Sabtu, 20 Juli 2013

Laporan Pendahuluan Transplantasi Ginjal dan Haemodialisa


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
Tentang
TRANSPLANTASI GINJAL dan HAEMODIALISA









Oleh : KELOMPOK IV
  1. MEYDA HASNA D.W.G
  2. MARIA GRATIA A
  3. SINDIA NOVIANTI
  4. YOHANES P FUNAN

PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2012/2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRANSPLANTASI GINJAL
Pengertian
Transplantasi ginjal adalah pembedahan ginjal manusia yang ditransfer dari satu individu ke individu lain (Lucman and Sorensen).
Transplantasi ginjal merupakan insersi pembedahan ginjal manusia dari sumber yang hidup atau ginjal cadaver kepada klien dengan penyakit ginjal tahap akhir,untuk mengganti hilangnya fungsi ginjal yang normal (Gorzemen and Bawdain).
Tujuan
Transplantasi mempunyai 2 tujuan yaitu:
1.      Untuk membebaskan diri dari ketergantungan terhadap dialysis.
2.      Dapat menikmati hidup yang lebih baik, makan/minum bebas, perasaan sehat seperti orang lain/normal.
Syarat-syarat
Recipient:
-          Usia 13-60 tahun
-          Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, Jantung
-          Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan harus patuh minum obat
-          Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnya
-          Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.
Donor:
-          Usia 18-50 tahun
-          Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan
-          Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi
-          Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi ginjal dan komplikasi setelah operasi
-          Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal.
Jika donor hidup tidak tersedia, pasien harus menunggu jaringan yang diambil dari mayat yang cocok, dan untuk mendapatkan donor yang cocok akan diatur oleh organisasi dibawah aturan pemerintah yaitu organisasi yang dibiayai secara federal yang mengkoordinasi pertukaran organ,dan dengan sistim komputer akan mencocokkan donor mayat dengan calon penerima.
Persiapan transplantasi ginjal
a.      Persiapan resipient dan keluarga
Perawat mempunyai peran penting sebagai advokat untuk memastikan bahwa semua upaya dibuat untuk menentukan dan bertindak atas keinginan pasien berkenan dengan pendonoran dan perawat juga berperan vital dalam mendukung keluarga secara psikologis, terutama saat mereka mencoba menerima donor dari mayat, serta sebagai koordinator transplan yaitu memastikan bahwa keluarga mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memberikan surat persetujuan.
Setelah ada persetujuan dari keluarga, tim akan menjelaskan mengenai operasi dan perawatannya:
1.      Lokasi dan letak ginjal baru
2.      Penggunaan bermacam-macam peralatan yang mungkin diperlukan selama perawatan
3.      Pengambilan darah yang sering dilakukan
4.      Untuk mencegah infeksi pasien ditempatkanditempat khusus, dimana anggota keluarga tidak diperbolehkan masuk
5.      Kemungkinan timbul komplikasi seperti infeksi, rejeksi setelah operasi
6.      Mobilisasi: merubah posisi, membatukkan, latih duduk dan berdiri serta cara nafas efektif.
Dengan demikian diharapkan pasien dan keluarga akan merasa aman dan dapat bekerja sama dan bersikap lebih terbuka untuk membantu perawatan.
b.      Persiapan donor dan keluarga
Pada prinsipnya sama dengan persiapan operasi pada umumnya hanya spesifikasinya 2jam sebelum operasi resipient dan donor dikompres dengan cairan bethadin pada daerah yang akan dioperasi dan setelah operasi resipient masuk kedalam ruangan khusus dan steril.
c.       Persiapan ruangan dan peralatan
Ruangan yang akan dipakai setelah operasi 2 hari sebelumnya harus dibersihkan,semua peralatan dan obat-obatan dimasukkan ke ruangan tersebut dengan disinari ultraviolet selama 24jam.
Resipient transplantasi biasanya dirawat dalam area lengkap yang dirancang secara khusus baik untuk fase penyembuhan maupun fase pemulihan, hal ini untuk menghindari pemindahan pasien, menurunkan resiko terhadap infeksi bagi pasien yang mengalami imunosupresan.
d.      Persiapan pasien sebelum operasi
Persiapan ini termasuk pengkajian yang berhubungan dengan riwayat penyakit yang lalu (mis: HT,DM,kanker), tingkat kecemasan pasien, pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur transplan,efek samping dari pembedahan juga termasuk pemeriksaan laboratorium, ECG, pemeriksaan radiologi (mis: foto thorak,USG ginjal,CT scan ginjal, IVP),pemeriksaan fisik (mis: BB, TTV, pola eliminasi urine, adakah tanda-tanda infeksi, gangguan pernafasan, tanda-tanda kelebihan/kekurangan cairan elektrolit) dan dialisis dalam 24 jam pembedahan. Dialisis ini dilakukan untuk menggembalikan kimia darah ke kadar mendekati normal, memperbaiki perubahan agregasi trombosis yang ditimbulkan oleh uremia dan mengeluarkan kelebihan cairan.
Bila donor hidup, persiapan dapat dilakukan sehari sebelum transplantasi, tetapi bila donor mayat/cadaver semua persiapan harus selesai dalam beberapa jam.
e.       Persiapan pasien setelah transplantasi ginjal
-          Setelah operasi pasien langsung ditempatkan diruangan khusus yang telah disediakan peralatan dan obat-obatan
-          Memonitor tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien dan derajat nyeri
-          Menghitung jumlah line intravena yang terpasang, catat tempat insisi, jenis cairan dan kecepatan tetesan
-          Monitor balutan abdomen dan catat apakah ada drain
-          Catat dan amati letak kateter urether serta drainase urine dari tiap kateter
-          Temukan akses vaskuler dan tentukan patensinya dengan meletakkan jari atau stetoskop tepat diatas tempat akses dan raba atau dengarkan karakteristik bunyi denyutan disebut desiran (bruit)
-          Bila terpasang NGT sambungkan selang tersebut ke sistim drainase yang sesuai
-          Ukur lingkar abdomen pada insisura iliaka, ini merupakan informasi dasar yang digunakan nanti untuk pengkajian ada tidaknya komplikasi (mis: kebocoran uretra, limfosel atau perdarahan)
-          Pada pasien anak dipantaunya lebih sering daripada pasien dewasa karena sifat dinamik dari cairan anak dan status kardiovaskuler seperti tekanan darah, BB
-          Rungan harus ditutup dan hanya anggota tim transplantasi ginjal yang diperkenankan masuk
-          Setiap petugas yang memasuki ruangan harus memakai masker dan baju serta alas kaki yang khusus
-          Keluarga pasien tidak diperkenankan masuk ruangan tersebut, hanya diperbolehkan melihat melalui kaca, semua itu dilakukan untuk mencegah infeksi.

Komplikasi
Komplikasi transplantasi ginjal ada 2 yaitu:
·         Komplikasi bedah: kebocoran, trombosis pada vena renalis dan ateri renalis
·         Komplikasi medik: infeksi, rejeksi, toksitas obat.

Pendidikan Pasien Sebelum Pulang
Sebelum pulang pasien harus dapat melakukan perawatan sendiri dengan dibantu oleh keluarganya sesuai dengan yang dilakukan di rumah sakit, oleh karena itu pasien dan keluarga harus dilibatkan selama perawatan di rumah sakit. Misalnya mengenai obat-obatan sebaiknya ditulis pada kertas nama obat, dosis, cara pemberian dan bila perlu waktu/jam pemberiannya.
Disamping itu dijelaskan juga efek sampingnya dan pentingnya obat tersebut agar dapat diminum secara teratur dan tepat agar mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan keinginan kita. Pasien juga dianjurkan untuk membuat catatan mengenai cairan yang masuk dan keluar selama 24jam, tekanan darah, suhu badan, dan juga kelainan yang mungkin terjadi juga harus dicatat.
Karena masih mudahnya terkena infeksi, maka pasien dianjurkan untuk mandi 2x sehari, pasien juga tidak boleh mengangkat beban yang berat, olah raga, dan pasien harus rutin memeriksakan kesehatannya secara teratur terutama bila ada keluhan dan kelainan-kelainan segera dilaporkan ke dokter.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRANSPLANTASI GINJAL

PRE OPERASI
Diagnosa keperawatan :
Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari transplantasi ginjal.
Kriteria hasil  :
ü  Rasa cemas berkurang

ü  Pasien dapat menyebutkan proses transplantasi ginjal
  
ü  Wajah rileks.

Intervensi :
  1. Gambarkan persiapan praoperasi pada pasien termasuk puasa, pemberian infuse, dialysis dan obat praoperasi
  2. Terangkan bahwa dialysis mungkin perlu secara sementara setelah transplantasi ginjal
  3. Jelaskan prosedur pembedahan termasuk dimana ginjal akan diletakkan dalam abdomen, dan bagaimana ginjal akan berfungsi dan lamanya pembedahan
  4. Gambarkan adanya infus pasca operasi, drain dan kateter
  5. Diskusikan nyeri insisi, pastikan pasien bahwa akan ada metode untuk menurunkan nyeri termasuk obat dan pembebatan insisi
  6. Latih cara batuk, nafas dalam, ganti posisi tidur pasien
  7. Dorong keterlibatan dengan kelompok pasien yang telah menjalani transplantasi
  8. Gambarkan pernyataan sederhana, ulangi dan ungkapkan dengan kalimat lain jika perlu
  9. Beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan kecemasannya tentang pembedahan, mengungkapkan berbagai ketidakpastian dan mengajukan pertanyaan
  10. Tawarkan kesempatan pada pasien untuk memperjelas dengan seseorang yang telah berhasil dan tidak berhasil dalam transplantasi ginjal.

POST OPERASI 
1.      Diagnosa keperawatan :
Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau adanya distensi abdomen/kandung kemih.
Kriteria hasil : 
Pasien dapat toleransi terhadap rasa nyeri

Ungkapan rasa nyeri berkurang/hilang

Ekpresi wajah tenang.
Intervensi :
  1. Beri support kepada pasien untuk menggungkapkan raya nyerinya
  2. Atur posisi yang nyaman
  3. Anjurkan untuk istirahat baring di tempat tidur
  4. Pantau skala nyeri nyeri, tentukan lokasi, jenis factor yang meningkatkan rasa nyeri serta tanda dan gejala yang menunjang
  5. Ciptakan lingkungan yang tenang
  6. Ajarkan tehnik relaksasi (latih nafas dalam)
  7. Longgarkan atau kencangkan bebat daerah yang sakit
  8. Beri kesempatan untuk istirahat selama nyeri, buat jadwal aktifitas bila nyeri berkurang
  9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik, oksigen dan pemeriksaan penunjang
  10. Berikan obat pengurang rasa sakit dan observasi 30 menit kemudian.

2.      Diagnosa Keperawatan:
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan   transplantasi ginjal, penolakan, obat-obatan nefrotoksik, gagal ginjal.
Kriteria Hasil : Pasien akan mempertahankan keluaran urine yang adekuat.
Intervensi :
  1. Periksa haluaran urine setiap 1 jam pada awalnya
  2. Catat warna urine adanya bekuan
  3. Amati dan pertahankan terhadap patensi serta drainase urine pada setiap kateter
  4. Pertahankan banyaknya volume cairan intravena untuk membilas ginjal sesuai program
  5. Beritahu dokter terhadap adanya kebocoran urine pada balutan abdomen, nyeri abdomen hebat atau destensi abdomen
  6. Bila pasien oligouri progresif, teliti pemeriksaan fungsi ginjal, kaji status hidrasi dan beritahu dokter.

3.      Diagnosa Keperawatan :
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, gagal ginjal, penolakkan tranplantasi, tingginya volume cairan intravena.
Kriteria Hasil : Pasien mengeluarkan urine yang adekuat dan tidak menahan cairan.
Intervensi :
  1. Monitor TD dan nadi setiap 1jam
  2. Ukur haluaran urine setiap 1jam
  3. Timbang BB setiap hari
  4. Auskultasi paru-paru setiap pergantian dinas sesuai indikasi
  5. Pertahankan keakuratan catatan masuk dan keluarnya cairan
  6. Beri banyak cairan sesuai program
  7. Beri obat diuritik sesuai program
  8. Pertahankan mesukan natrium sesuai program
  9. Laporkan semua temuan abnormal.



4.      Diagnosa Keperawatan :
Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunosupresi
Kriteria hasil : 
ü  Pasien akan mengalami penyembuhan jaringan normal
     
ü  Pasien tidak demam, insisi kering, urine jernih/kuning tanpa sediment, paru-paru bersih.
     
      Intervensi :
a.       Lakukan cuci tangan dengan bersih sebelum, selama, dan setelah merawat pasien.
b.      Gunakan tehnik aseptik dengan saksama dalam merawat semua kateter, selang infus sentral, pipa endoktrakheal, dan selang infuse perifer.
c.       Periksa suhu tubuh setiap 4 jam.
d.      Pertahankan lingkungan yang bersih.
e.       Lepaskan kateter secepat mungkin sesuai program.
f.       Ganti segera balutan yang basah untuk membatasi media bagi organisme.
g.      Berikan nutrisi yang adekuat.
h.      Pertahankan integritas kulit.
i.        Larang pengunjung dan perawat dengan infeksi saluran pernapasan aktif untuk kontak dengan pasien.
j.        Pantau nilai-nilai laboraturium, khususnya SDP (sel darah putih) dan periksa spicemen dari drainase yang dicurigai untuk dikultur dan sensitivitas.
k.      Inspeksi daerah insisi tiap hari terhadap semua tanda-tanda inflamasi; nyeri, kemerahan, bengkak, panas, dan drainase.
l.        Auskultasi paru terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.
m.    Anjurkan dan bantu ambulasi dini.
n.      Perhatikan karakter urine dan laporkan bila keruh dan bau busuk.
o.      Beritahu dokter setiap adanya indikasi infeksi.
p.      Berikan antimicrobical, sesuai program.


5.      Diagnosa Keperawatan :
Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan resiko dari reaksi imun transplantasi dan efek samping dari obat-obatan imunosupresi, atau kebutuhan hemodialisa lanjut.
Kriteria hasil : 
ü  Pasien akan mempertahankan fungsi ginjal.

ü  Tidak ada tanda dan gejala reaksi imun

ü  Immunosupresan sesuai toleransi tanpa adanya efek samping
     
      Intervensi :
a.       Pantau dan laporkan tanda dan gejala reaksi imun(kemerahan, bengkak,nyeri tekan diatas sisi transplantasi, peningkatan suhu, peningkatan sel darah putih, penurunan haluaran urine, peningkatan proteinuria, peningkatan BB tiba-tiba, peningkatan BUN dan kreatinin, edema).
b.      Periksa tanda-tanda vital setiap 2-4 jam.
c.       Monitor masukan dan haluaran cairan setiap jam selanjutnya setiap 3 jam.
d.      Kaji akses dialysis
e.       Pantau dan laporkan efek samping dari obat-obatan immunosupresif
f.       Siapkan pasien untuk operasi mengangkat ginjal yang ditolak jika terjadireaksi hiperakut
g.      Berikan dukungan kepada pasien dan keluarga.

6.      Diagnosa keperawatan :
Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan diri, riwayat ketidak patuhan.
      Kriteria hasil : Menyatakan mengerti tentang instruksi pulang.
      Intervensi :
a.       Kembangkan rencana penyuluhan bekerja sama dengan koordinator transplantasi. Pastikan pasien dan anggota keluarga mengetahui:
-    Nama, frekuensi, indikai, dosis, dan efek samping dari semua obat yang di berikan.
-    Tanda dan gejala infeksi untuk di laporkan.
-    Tanda dan gejala reaksi imun untuk di laporkan.
-    Diet – biasanya pembatasan natrium; atur untuk konsul tentang diet.
-    Bagaimana mengumpulkan specimen yang di perlukan, seperti pengumpulan urine 24 jam dan urine bersih.
-    Nilai normal laboraturium untuk kreatinin dan BUN.
-    Kaji berat badan dan suhu tubuh setiap hari. Pastikan pasien mempunyai catatan berat badan dan suhu tubuh setiap hari.
b.      Tinjau ulang jadwal untuk kunjungan lanjut ke kantor atau klinik transplantasi. Pastikan pasien mengetahui dimana dan seberapa sering darah perlu di periksa. Pastikan semua instruksi perawatan mandiri dan perjanjian evaluasi di tulis.
c.       Anjurkan pasien untuk berpartisipasi penuh dalam kegiatan perawatan diri sejak di rumah sakit (meminum obat sendiri, mengukur berat badan sendiri, mengukur suhu, memonitor nilai-niali laboraturium).
d.      Anjurkan pasien untuk meningkatkan kegiatan ketika di rumah sakit. Jika di ijinkan, mungkin pasien dapat melihat fasilitas lain seperti kafetaria dan toko souvenir.
e.       Ingatkan pasien :
-    Bahwa agen imunosupresif harus di berikan untuk mempertahankan cangkokan ginjal.
-    Memakai gelang waspada-medik untuk identifikasi diri sebagai seorang dengan cangkok ginjal dan pengguna agen imunosupresif.
-    Menghindari diri dari kegiatan olahraga kontak.
f.       Rujuk pasien pada bimbingan pekerjaan untuk bantuan rencana kerja bila pasien merasa siap.
g.      Libatkan anggota keluarga dalam semua penyuluhan jika memungkinkan.
h.      Tekankan kembali perlunya melaporkan lebih awal tanda-tanda.



LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

Pengertian
Hemodialisa adalah suatu tindakan untuk memisahkan sampah dan produk hail metabolic esensial (sampah nitrogen dan sampah yang lain) melalui selaput membrane semi permiabel.

Indikasi
v  Penyakit dalam (Medikal)
v  ARF- pre renal/renal/post renal, apabila pengobatan konvensional gagal mempertahankan RFT normal.
v  CRF, ketika pengobatan konvensional tidak cukup
v  Snake bite
v  Keracunan
v  Malaria falciparum fulminant
v  Leptospirosis
v  Ginekologi
v  APH
v  PPH
v  Septic abortion
v  Indikator biokimiawi yang memerlukan tindakan hemodialisa
v  Peningkatan BUN > 20-30 mg%/hari
v  Serum kreatinin > 2 mg%/hari
v  Hiperkalemia
v  Overload cairan yang parah
v  Odem pulmo akut yang tidak berespon dengan terapi medis

Pada CRF:
v  BUN > 200 mg%
v  Creatinin > 8 mg%
v  Hiperkalemia
v  Asidosis metabolik yang parah
v  Uremic encepalopati
v  Overload cairan
v  Hb: < 8 gr% - 9 gr% siap-siap tranfusi

Kontra Indikasi
v  Gangguan pembekuan darah
v  Anemia berat
v  Trombosis/emboli pembuluh darah yang berat

Komponen HD
Ada 3 unsur pokok yang saling terkait dalam proses pemisahan tersebut, yaitu: darah, ginjal buatan dan dialisat.  Pada prinsipnya dengan memakai selang darah akan dipompakan ke ginjal buatan sementara, dari arah yang berlawanan dialisat dialirkan juga menuju ginjal buatan.  Di dalam ginjal buatan terjadi proses dialysis yang meliputi difusi, osmosis dan ultra filtrasi.  Setelah melaui proses dialysis darah akan dipompakan kembali ke dalam tubuh pasien.  Demikian siklus proses dialisia terjadi berulang-ulang sesuai waktu yang dibutuhkan.

Prosedur pelaksanaan HD
v  Persiapan
v  Persiapan pasien
v  Persiapan mesin
v  Persiapan alat dan obat-obatan

Pelaksanaan
v  Urutan awal tindakan HD
v  Setting: mengeset alat HD
v  Priming: pengisian pertama kali AVBL, dialiser menggunakan Nacl
v  Soaking: (melembabkan) untuk meningkatkan permeabilitas membran
v  Menentukan dan melakukan penusukan
v  Memulai hemodialisis
v  Melakukan monitoring saat HD
v  Mengakhiri HD

Lama HD: 10-15 jam/minggu
v  Creatinin kliren 3-5 ml/m: 10 jam
v  Creatinin < 3 ml/m: 15 jam.

Tanda-tanda dialysis adekuat:
v  Tercapai BB kering
v  Pasien tampak baik
v  Bebas simtom uremia
v  Nafsu makan baik
v  Aktif
v  TD terkendali
v  Hb > 10 gr/dl

Keunggulan HD
v  Produk sampah nitrogen molekul kecil cepat dapat dibersihkan
v  Waktu dialisis cepat
v  Resiko kesalahan tehnis kecil
v  Adequasy dialisis dapat ditetapkan segera, underdialisis segera dapat dibenarkan.

Kelemahan HD
v  Tergantung mesin
v  Sering terjadi: hipotensi, kram otot,disequilibrium sindrom
v  Terjadi aktivasi: complement, sitokines mungkin timbul amiloidosis
v  Vaskuler access: infeksi – trombosis
v  Sisa fungsi ginjal cepat menurun disbanding peritoneal dialysis.



Proses Keperawatan
v  Pengkajian
v  Pengkajian Pre HD
v  Riwayat penyakit, tahap penyakit
v  Usia
v  Keseimbangan cairan, elektrolit
v  Nilai laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH
v  Keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi
v  Respon terhadap dialysis sebelumnya.
v  Status emosional
v  Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP
v  Sirkuit pembuluh darah.
v  Pengkajian Post HD
v  Tekanan darah: hipotensi
v  Keluhan: pusing, palpitasi
v  Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, dsb
Rencana keperawatan:

No
Diagnosa kep./ masalah kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan & criteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap penusukan & pemeliharaan akses vaskuler
Pasien tidak mengalami cedera dg kriteria:
     kulit pada sekitar AV shunt utuh/tidak rusak
     Pasien tidak mengalami komplikasi HD
    Kaji kepatenan AV shunt sebelum HD

     Monitor kepatenan kateter sedikitnya setiap 2 jam

    Kaji warna kulit, keutuhan kulit, sensasi sekitar shunt
      Monitor TD setelah HD

       Lakukan heparinisasi pada shunt/kateter pasca HD

    Cegah terjadinya infeksi pd area shunt/penusukan kateter
AV yg sudah tidak baik bila dipaksakan bisa terjadi rupture vaskuler
Posisi kateter yg berubah dapat terjadi rupture vaskuler/emboli
Kerusakan jaringan dapat didahului tanda kelemahan pada kulit, lecet bengkak, ↓sensasi
Posisi baring lama stlh HD dpt menyebabkan orthostatik hipotensi
Shunt dapat mengalami sumbatan & dapat dihilangkan dg heparin
Infeksi dpt mempermudah kerusakan jaringan
2
Kelebihan volume cairan b.d:
     penurunan haluaran urine
     diet cairan berlebih
     retensi cairan & natrium
Keseimbangan volume cairan tercapai setelah dilakukan HD 4-5 jam dengan kriteria:
     BB post HD sesuai dry weight
     Udema hilang
     Retensi 16-28 x/m
      kadar natrium darah 132-145 mEq/l
K kaji status cairan
T timbang bb pre dan post hd
K keseimbangan masukan dan haluaran
    Turgor kulit dan edema
D sistensi vena leher
    Monitor vital sign
     Batasi masukan cairan
    Pada saat priming & wash out hd

     Lakukan hd dengan uf & tmp sesuai dg kenaikan bb interdialisis

    Identifikasi sumber masukan cairan masa interdialisis
    Jelaskan pada keluarga & klien rasional pembatasan cairan
    Motivasi klien untuk ↑ kebersihan mulut
P pengkajian merupakan dasar untuk memperoleh data, pemantauan 7 evaluasi dari intervensi
P pembatasan cairan akan menetukan dry weight, haluaran urine & respon terhadap terapi.
U F&TMP yang sesuai akan ↓ kelebihan volume cairan sesuai dg target BB edeal/dry weight
S sumber kelebihan cairan dapat diketahui
P pemahaman ↑kerjasama klien & keluarga dalam pembatasan cairan
K kebersihan mulut mengurangi kekeringan mulut, sehingga ↓ keinginan klien untuk minum
3
Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d:
    anoreksia, mual & muntah
     pembatasan diet
     perubahan membrane mukosa oral
Keseimbangan nutrisi tercapai setelah dilakukan HD yang sdekuat (10-12 jam/mg) selama 3 bulan, diet protein terpenuhi, dengan kriteria:
      Tidak terjadi penambahan atau ↓ BB yang cepat
        turgor kulit normal tanpa udema
       kadar albumin plasma
3,5-5,0 gr/dl
     konsumsi diet nilai protein tinggi
   Kaji status nutrisi:
    Perubahan BB
    Pengukuran antropometri
    Nilai lab. (elektrolit, BUN, kreatinin, kadar albumin, protein
    kaji pola diet


   kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
   kolaborasi menentukan tindakan HD 4-5 jam 2-3 minggu

   kolaborasi pemberian infus albunin 1 jam terakhir HD

   Tingkatkan masukan protein dengan nilai biologi tinggi: telur, daging, produk susu
   Anjurkan camilan rendah protein, rendah natrium, tinggi kalori diantara waktu makan
   Jelaskan rasional pembatasan diet, hubungan dengan penyakit ginjal dan ↑urea dan kreatinin
   Anjurkan timbang BB tiap hari
        Kaji adanya masukan protein yang tidak adekuat
     Edema
     Penyembuhan yang lama
     Albumin serum turun
     Sebagai dasar untuk memantau perubahan & intervensi yang sesuai
     Pola diet dahulu & sekarang berguna untuk menentukan menu
     Memberikan informasi, faktor mana yang bisa dimodifikasi.
      Tindakan HD yang adekuat, ↓ kejadian mual-muntah & anoreksia, sehingga ↑ nafsu makan
      Pemberian albumin lewat infus iv akan ↑ albumin serum
      Protein lengkap akan ↑ keseimbangan nitrogen

      Kalori akan ↑ energi, memberikan kesempatan protein untuk pertumbuhan
↑ pemahaman klien sehingga mudah menerima masukan

    untuk menentukan status cairan & nutrisi
     penurunan protein dapat ↓ albumin, pembentukan udema & perlambatan penyembuhan
4
Intoleransi aktivitas b.d.:
     Keletihan
    Anemia
    Retensi produk sampah
    Prosedur dialisis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan & HD, klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi, dengan kriteria:
      berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
     berpartisipasi dalam ↑ aktivitas dan latihan
      istirahat & aktivitas seimbang/bergantian
     Kaji faktor yang menimbulkan keletihan:
        Anemia
        Ketidakseimbangan cairan & elektrolit
        Retensi produk sampah
        depresi
      Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi
     Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat


    Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis
     Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan




     Meningkatkan aktifitas ringan/sedang & memperbaiki harga diri

     Mendorong latihan & aktifitas yang dapat ditoleransi & istirahat yang adekuat
      Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, karena adanya perubahan keseimbangan cairan & elektrolit yang cepat pada proses dialisis sangat melelahkan
5
Harga diri rendah b.d:
     Ketergantungan
     Perubahan peran
     Perubahan citra tubuh dan fungsi seksual
Memperbaiki konsep diri, dengan criteria:
     Pola koping klien dan keluarga efektif
     Klien & keluarga bisa mengungkapkan perasaan & reaksinya terhadap perubahan hidup yang diperlukan
     Kaji respon & reaksi klien & keluarganya terhadap penyakit & penanganannya.
      Kaji hubungan klien dan keluarga terdekat
      Kaji pola koping klien & keluarganya



     Ciptakan diskusi yang terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit & penangannya
     Perubahan peran
     Perubahan gaya hidup
     Perubahan dalam pekerjaan
     Perubahan seksual
     Ketergantungan dg center dialisis
     Gali cara alternatif untuk ekspresikan seksual lain selain hubungan seks
     Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan dan kemesraan
    Menyediakan data klien & keluarga dalam menghadapi perubahan hidup
      Penguatan & dukungan terhadap klien diidentifikasi
     Pola koping yang efektif dimasa lalu bisa berubah jika menghadapi penyakit & penanganan yang ditetapkan sekarang
     Klien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah-langkah yang harus dihadapi






     Bentuk alternatif aktifitas seksual dapat diterima.

      Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu, tergantung dari maturitasnya.
6
Resiko infeksi b.d prosedur infasif berulang
Pasien tidak mengalami infeskis dg criteria:
     Duhu dbn
     Al dbn
     Tak ada kemerahan sekitar shunt
     Area shunt tidak nyeri/bengkak
        Pertahankan area steril selama penusukan kateter
         Pertahankan teknik steril selama kontak dg akses vaskuler: penusukan, pelepasan kateter
        Monitor area akses HD terhadap kemerahan, bengkak, nyeri
        Beri pernjelasan pd pasien pentingnya ↑satus gizi
        Kolaborasi pemberian antibiotik 
     Mikroorganisme dapat dicegah masuk kedalam tubuh saat insersi kateter
      Kuman tidak masuk kedalam area insersi
     Inflamasi/infeksi ditandai dg kemerahan, nyeri, bengkak
     Gizi yang baik ↑daya tahan tubuh
     Pasien HD mengalami sakit khonis, ↓imunitas






















DAFTAR PUSTAKA

Carpernito, Linda juall, 1995. Nursing Care Plans and Documentation : Nursing diagnosis and colaborative problems. Second Edition J.B. Lippincott Company.
Engram, Barbara. 1998. Rencana asuhan keperawatan medical bedah. Edisi bahasa Indonesia. Volume satu.
Hudak, Carolyn, 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Edisi pertama. Jakarta; EGC.
Hamilton, D. 1984. Kidney Transplantation in P. J. Morris (Ed). Kidney Transplantation : Principles and Practice. New York : Grune & Stratton.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner Suddarth. Edisi delapan. Volume dua. Jakarta. EGC.
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian  perawatan  Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA
Puji Rahardjo, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,  Jilit II, Edisi III, BP FKUI Jakarta.
Hundak, Gallo, 1996, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Volume II, Jakarta, EGC.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar