Rabu, 27 November 2013

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gastritis

1.             ANATOMI FISIOLOGI LAMBUNG (GASTER)

Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
Ø  Kardia.
Ø  Fundus.
Ø  Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
  • Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
  • Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein

2.             PENGERTIAN  GASTRITIS
 
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau local
(Soepaman, 1998).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.
3.             ETIOLOGI
a.      Gastritis Akut
Merupakan inflamasi akut dari dinding lambung, biasanya terbatas pada mukosanya saja.
                    i.      Gastritis eksogen akut, disebabkan faktur dari luar yang terdiri dari beberapa bagian:
§  Gastritis eksogen akut yang simple, disebabkan oleh :
~ Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung,   seperti rempah-rempah, alcohol dan sebagainya.
~ Obat-obatan seperti, digitalis, iodium, SF, kortison, dsb. 
§     Gastritis akute korosiva, disebabkan oleh:
~ Obat-obatan seperti : Analgetik, Anti inflamasi, antibiotik dsb.
~ Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosif, bahan alkali yang kuat seperti, soda, kaustik, (non-hydroxide) korosif sublimat.  
                        ii.      Gastritis endogen akut, disebabkan kelainan dalam tubuh yang terdiri dalam beberapa bagian :
1.      Gastritis infektiosa akut, disebabkan oleh toxin atau bakteri yang beredar      
        dalam darah dan masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri , variola dsb.
2.      Gastritis egmonos akute, di sebabkan oleh invasi langsung dari bakteri pirogen pada dinding lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus dsb.
b.      Gastritis Kronis
Merupakan suatu inflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama pada permukaan mukosa lambung, penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga disebabkan oleh :
1.Bakteri, infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi kronis.
2.Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan gastritis.
3.Alkohol dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung.
4.Faktor, psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.
 
4.             PATOFISIOLOGI
 
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah. Sehingga kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis maupun melena.

PATHWAY GASTRITIS


 
5.             MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)
 
a. Gastritis Akut
                          i.         Gastritis Akute Eksogen Simple :
~ Nyeri epigastrik mendadak.
~ Nausea yang di susul dengan vomitus.
~ Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai panas serta tachicardi.
~ Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
                        ii.      Gastritis Akute Eksogen Korosiva :
~ Pasien kolaps dengan kulit yang dingin.
~ Tachicardi dan sianosis.
~ Perasaan seperti terbakar, pada epigastrium.
~ Nyeri hebat / kolik.
                      iii.      Gastritis Infeksiosa Akute :
~ Anoreksia
~ Perasaan tertekan pada epigastrium.
~ Vumitus.
~ Hematemisis
                      iv.      Gastritis Hegmonos Akute :
~ Nyeri hebat mendadak di epigastrium.           ~ Neusia.
~ Rasa tegang pada epigastrium.                       ~ Vomitus.
~ Panas tinggi dan lemas                                   ~ Tachipneu.
~ Lidah kering sedikit ekterik.                           ~ Tachicardi
~ Sianosis pada ektremitas.                                ~ Diare.
~ Abdomen lembek.                                          ~ leukositosis
  
2.  Gastritis Kronis
a.       Gastritis Superfisialis
~ Rasa tertekan yang samar pada epigastrium. 
~ Penurunan BB.
~ Kembung / rasa penuh pada epigastrium.      
~ Nousea.
~ Rasa perih sebelun dan sesudah makan.        
~ Terasa pusing.
~ Vomitus.
b.      Gastritis Atropikan
~ Rasa tertekan pada epigastrium.                                 ~ Anorexia.
~ Rasa penuh pada perut.                                              ~ Nousea.
~ Keluar angin pada mulut.                                           ~ Vumitus.
~ Mudah tersinggung.                                                    ~ Gelisah.
~ Mulut dan tenggorokan terasa kering.
c.       Gastritis Hypertropik Kronik
~ Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
~ Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
~ Kadang disertai melena.
6.             KOMPLIKASI
 
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan menelan, dapat berakhir sebagai syak hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan hamper sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi Helicobakter pytori, sebesar 100% pada hikak duodenum dan 60-90% pada tikak lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi.


a. Gastritis Akute
- Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian.
- Ulkus pada lambung.
- Perforasi lambung.
b. Gastritis Kronis
- Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan   terjadi anemia pernisiosa.
- Gangguan penyerapan zat besi.
- Penyempitan daearah fillorus.
- Kanker lambung.
7.             PROGNOSIS
 
Infeksi lambung pada umumnya mempunyai prognosis ysng baik, gastritis akut dan Kronik tidak ada yang mati, kematian di jumpai pada waktu perdarahan yang berat shock yang tidak teratasi, efus, lambung yang berat dan infeksi, Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan rumah sakit yang kurang baik dan bersih, kematian terjadi pada kasus berat yaitu muncul pada komplikasi sistem saraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah dan organ lain.
 
8.             PEMERIKSAAN PENUNJANG
 
a. Darah lengkap.                                 f.  Faeces
b.Gastroscopy                                     g.  Biosi dan sitologi
c. Nasogastrik aspiration.                     h.  Endoscopy
d.   Angiografie visualization               i.  Double-contrast
e. Semin-gastrin
9.             PENATALAKSANAAN MEDIS
 
a. Gastritis Akut
                                i.      Gastritis Eksogen Akute Simple
~ Fase akute, istirahat total 1-2 hari.
~ Hari I sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah berkurang, coba berikan teh hangat dan air minum.
~ Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah banyak muntah.
~ Hari ketiga boleh makan bubur dan bisa makan lembek lainnya.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian cairan.
2. Antimentek untuk mengurangi muntah  ~ Sotatik.
3. Anti spasmodik untuk memperbaiki spasme otot.
                              ii.      Gastritis Infektiosa Akute
~ Pengaturan diet.
~ Beri makanan lembek dan tidak merangsang mual dan muntah.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian antibiotik untuk penanganan factor penyebab.
2. Pembrian anti spasmodik.
                            iii.      Gastritis Hegmonos Akute.
~ Pengaturan diet.
~ Pada abses lokal perlu dilakukan drainase.
~ Pada pasien dengan hegmonos dispus perlu gastriktomy.
~ Kolaborasi medik :
1. Antibiotik untuk penanganan faktor penyebab.
b.      Gastritis Kronis
                          i.            Gastritis Superfisialis.
~ Istirahat yang cukup.
~ Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan perdarahan sedikit.
~ Makanan lembek untuk yang tidak terjadi perdarahan.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian anti spasmodic.
                              ii.      Gastritis Atropikan.
~ Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mnecegah terjadinya neusea dan vumitus.
~ Beri makanan lembek dan porsi kecil tapi sering.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian anti spasmodik.
2. Beri ekstrak hati, Vit. B12, dan zat besi.
                            iii.      Gastritis Hypertropikan.
~ Istirahat yang cukup.
~ Hindari merokok.
~ Beri makanan cair dan lembek.
~ Kolaborasi medik :
1. Anti spasmodik.
2. Anti perdarahan k/p.

10.         PENGKAJIAN KEPERAWATAN
 
PENGKAJIAN
1.      Aktivitas / istirahat
Gejala                    :     ·    Kelemahan / kelelahan.
Tanda                    :     ·    Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ).
2.      Sirkulasi
Gejala                    :     ·    Hipotensi.
·         Takhikardi. Disritmia.
·         Kelemahan nadi / perifer
·         Pengisian kapiler lambat.
·         Warna kulit pucat, sianosis.
·         Kelembaban kulit, berkeringat.
3.      Integritas Ego
Gejala                    :     ·    Faktor stress akut / psikologi.
·         Perasaan tidak berdaya.
      Tanda                    :     ·    Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat.
·         Perhatian menyempit.
4.   Eliminasi
Gejala                    :    ·     Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.
Tanda                    :     ·    Nyeri tekan abdomen.
·         Distensi abdomen. Peningkatan bunyi usus.
·         Karakteristik feses ; diare dan konstipasi.
5.   Makanan / Cairan
Gejala                    :     ·    Anorexia, mual, dan  muntah, cegukan.
·         Tidak toleran terhadap makanan.
Tanda                    :     ·    Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.
6.    Neorosensori
      Gejala                    :     ·    Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.
·         Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk, disorientasi, bingung.
7.   Nyeri / Kenyamanan
Gejala                    :     ·    Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih
·         Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan &  hilang setelah minum obat antasida.
·         Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-2 jam setelah makan ( ulkus peptik ).
·         Nyeri epigastrium kanan ±  4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi antasida ( ulkus doudenum ).
·         Faktor pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu.
·         Stress psikologis.
8.     Keamanan
      Gejala                 :     ·    Alergi terhadap obat.
      Tanda                 :     ·    Peningkatan suhu.
  1. Faktor predisposisi dan presipitasi
    Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid, obat analgetik, anti inflamasi, cuka atau lada.
    Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok, penggunaan obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta gaya hidup seperti kurang istirahat.
  1. Test dignostik
    • Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya tersebar. 
    • Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis. 
    • Pemeriksaan radiology.
    • Pemeriksaan laboratorium. 
      • Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada klien dengan gastritis kronik.
      • Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
      • Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
      • Gastroscopy.
        Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsy
11.         DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL PADA PASIEN GASTRITIS
1.      Perubahan kenyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa gaster
Tujuan jangka pendek       :     Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang.
Tujuan jangka panjang      :     Tidak terjadi iritasi berlanjut.
¨      Rencana Tindakan.
1.      Puasakan pasien pada 6 jam pertama.
2.      Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum yang hangat.
3.      Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
4.      Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya, ( skala 0-10 ), serta perubahan karakteristik nyeri.
¨      Rasionalisasi.
1.      Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung.
2.      Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat etelah periode puasa.
3.      Dapat menyebabkan distres pada bermacam-macam individu / dispepsia.
4.      Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit / terjadinya komplikasi.
2.      Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anorexia.
Tujuan jangka pendek       :     Pemasukan nutrisi yang adekuat.
Tujuan jangka panjang      :     Mempertahankan BB tetap seimbang.
¨      Rencana Tindakan
1.      Buat program kebutuhan nutrisi harian & standar BB minimum.
2.      Berikan perawatan mulut sebelum & sesudah makan.
3.      Monitor aktivitas fisik dan catat tingkat aktivitas tersebut.
4.      Hindari makanan yang menimbulkan gas.
5.      Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan yang  menyenangkan, dengan situasi yang tidak terburu-buru.
¨      Rasionalisasi
1.      Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
2.      Memberikan rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi rasa mual.
3.      Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan juga untuk mengontrol tingkat pembakaran kalori.
4.      Dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi masukan nutrisi.
5.      Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
3.      Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan jangka pendek : Pasien dapat mendiskusikan permasalahan yang dihadapinya.
Tujuan jangka panjang: Pasien dapat memecahkan masalah dengan menggunakan     sumber yang efektif.
¨   Rencana Tindakan
1.      Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing.
2.      Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung.
3.      Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik.
4.      Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.
5.      Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan imaginasi.
6.      Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif.
¨      Rasionalisasi
1.      Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.
2.      Indikator derajat ansietas.
3.      Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan dan menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.
4.      Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat meningkatkan ketrampilan koping.
5.      Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.
6.      Perilaku yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima ansietas, meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan keyakinan.

12.         IMPLEMENTASI
 
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari Lyer, et.al, 1996)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping”. (Nursalam, 2001 ; 63).
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan, perencanaan dan dokumentasi.
a.   Fase persiapan, meliputi:
1)    Review tindakan keperawatan
2)    Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3)    Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4)    Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5)    Persiapan lingkungan yang kondusif
6)    Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b.   Fase intervensi:
1)      Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2)      Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).
3)      Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis dilaksanakan.
c.   Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
1)      Sources Oriented Records (SOR)
2)      Problem Oriented Records (POR)
3)      Computer Assisted Records (CAR)
   (Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)
Adapun kriteria yang diharapkan pada implementasi penyakit Gastritis adalah:
1.      Memberitahukan kepada pasien untuk melakukan persiapan puasa pada 6 jam pertama.
2.      Mengidentifikasi  dan membatasi makanan yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan.
3.      Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
4.      Penkes kepada pasien mengenai therafi yang diberikan dan indikasi dari pemberian obat - obatan .
5.   Menyarankan untuk istirahat sebelum makan.
6.   Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.
7.   Memberi penjelasan tentang pentingnya makanan sehingga tidak terjadi keragu – raguan     terhadap makanan yang dapat menyebabkan eksaserbarsi gejala
8.   Memantau respon fisiologis untuk mengindari terjadi masalah.
9.   Membuat catatan perilaku seperti gelisah, mudah marah danmmudah tersinggung.
10. Menciptakan hubungan saling percaya dengan sering melakukan komunikasi yang terafiutik.
11. Membantu pasien melakukan latihan nafas dalam.

13.         EVALUASI
 
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Ignatavicius & Bayne, 1994).
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith dan Christensen, 1986)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a.   Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
b.   Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan).
c.   Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).
(Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a.   Proses (Formatif)
Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b.   Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien.
(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)          
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
a.   Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b.   Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
c.   Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
d.  Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
e.  Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
( Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi penyakit Gastritis adalah:
1.      Gangguan rasa nyeri berkurang.
2.      Tidak terjadi iritasi berlanjut.
3.      Kebutuhan nutrisi teratatasi.
4.      Tidak terjadi penurunan berat badan.
5.      Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya.
6.      Klien mampu memecahkan masalah dengan menggunakan sumber yang efekrif.



DAFTAR PUSTAKA
Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hadi, Sujono. (1999). Gastroentrologi. Jakarta : Penerbit Alumni.
Inayah. Lin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien denagn gangguan sistem
Masjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4, Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran  EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Underwood, J. C. E. (1996). Patologi Umum dan Sitemik, edisi 2. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M.  (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
http://www.indofarma.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=27&Itemid=125