Anak Kebutuhan
Khusus (Retardasi Mental)
A. Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa
dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir
atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang.
Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren:
jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Pada Wikipedia (The Free Encyclopedia, 2010), dinyatakan:
Mental retardation (MR) is a generalized disorder, characterized by
significantly impaired cognitive functioning and deficits in two or more
adaptive behaviors with onset before the age of 18. It has historically been
defined as an Intelligence Quotient score under 70. The term “mental retardation”
is a diagnostic term denoting the group of disconnected categories of mental
functioning such as “idiot”, “imbecile”, and “moron” derived from early IQ
tests, which acquired pejorative connotations in popular discourse.
Retardasi mental merupakan kelemahan yang terjadi pada
fungsi intelek. Kemampuan jiwa retardasi mental gagal berkembang secara wajar.
Mental, inteligensi, perasaan, dan kemauannya berada pada tingkat rendah,
sehingga yang bersangkutan mengalami hambatan dalam penyesuaian diri.
B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Retardasi
Mental
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1
(W.F. Maramis, 2005: 386-388) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah
sebagai berikut.
a. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat
buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan
terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya
menimbulkan retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis,
toksoplasma, dll. ke dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula
halnya dengan intoksinasi, karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya
dibutuhkan.
b. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper
radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan
kelainan berupa retardasi mental.
Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat
mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena
terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi
sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
c. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh
gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein),
gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi
yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat
mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental.
Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi
sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri
dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar
untuk ditingkatkan.
d. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat
beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif,
radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan
penderita mengalamai keterbelakangan mental.
e. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam
kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer
dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun
bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu
sering disebut mongoloid. .
g. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental
yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya
kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan
jiwa yang berat pada masa kanak-kanak.
i. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak
terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat
menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.
C. Tingkatan Retardasi Mental
Untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria
yang dipakai adalah:
- Intelligence Quotient (IQ),
- Kemampuan anak untuk
dididik dan dilatih, dan
- Kemampuan sosial dan
bekerja (vokasional).
Berdasarkan kriteria
tersebut kemudian dapat diklasifikasikan berat-ringannya retardasi mental yang
menurut GPPDGJ – 1 (W.F. Maramis, 2005: 390-392) adalah :
- Retardasi Mental Taraf
Perbatasan (IQ = 68 – 85),
- Retardasi Mental Ringan (IQ
= 52 – 67),
- Retardasi Mental Sedang (IQ
= 36 – 51),
- Retardasi Mental Berat (IQ
= 20 – 35), dan
- Retardasi Mental Sangat
Berat (IQ = kurang dari 20).
Ada juga yang
mengklasifikasi berat ringanya retardasi mental sebagai berikut :
D. Pencegahan Retardasi
Mental
Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi
mental dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
a. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi
mental dapat dilakukan dengan:
1) pendidikan kesehatan pada masyarakat,
2) perbaikan keadaan sosial-ekonomi,
3) konseling genetik,
4) Tindakan kedokteran, antara lain:
- perawatan prenatal dengan
baik,
- pertolongan persalinan yang
baik, dan
- pencegahan kehamilan usia
sangat muda dan terlalu tua.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental
dapat dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan
gangguan lainnya.
E. Penanganan Retardasi Mental
Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya
tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa
demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan
jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat
dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan
benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah
maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara
fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi
bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu
diambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan,
dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
a. Pentingnya Pendidikan dan
Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas
yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki
sifat-sifat yang salah.
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat
keterampilan berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi
berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari
pada melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi
mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat
dilakukan adalah dengan merangsang indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk
Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita
retardasi mental, yaitu:
1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan
badan dan berpakaian sendiri, dst.,
2) Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap
social,
3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat
dan jenis kelamin penderita, dan
4) Latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan
mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral.
Referensi :
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:
Airlangga University Press.
Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) “Mental
Retardation.” Terdapat pada: http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.
http://ebekunt.wordpress.com/2010/03/30/retardasi-mental/
jurnal
fisioterapi :
http://jurnal-fisioterapi.blogspot.com/2012/07/anak-kebutuhan-khusus-retardasi-mental.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar