Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Geriatry
Dengan Benigna Prostat Hipertrofi
A. Pengertian
BPH adalah pembesaran glandula dan jaringan seluler
kelenjar prostat yang berhubungan dengan endokrin berkenaan dengan proses penuaan,kelenjar
prostat mengitari leher kandung kemih dan uretra, sehingga hipertrofi prostat
sering menghalangi pengosongan kandung kemih (Tucker, 1998).
BPH adalah kondisi patologis yang paling umum pada
pria lansia dan penyebab kedua yang sering untuk intervensi medis pada pria di
atas usia 60 tahun ( brunner suddart, 2001)
BPH adalah pembesaran adenomatosa pada prostate
B. Etiologi
1. Usia > 50 tahun
2. Radang
3. Tumor
C. Manifestasi Klinis
1. Peningkatan frekuensi berkemih
2. Nokturia (ngompol)
3. Anyang-anyangan
4. Abdomen tegang
5. Volume urin menurun
6. Aliran urin tidak lancar
7. Retensi urin
D. Komplikasi
1. Pre op
a. Pielonefritis
b. Hidronefrosis
c. Azotemia
d. Uremia
2. Post op
a. Hiponatremia dilusi (TURP)
b. Infeksi
c. Hidrokel
d. Syok
e. Retensi urin akut
f. Ileus paralitikum
g. Peningkatan suhu tubuh
h. Nyeri saat jalan
E. Penatalaksanaan
1. Pre op
a. Pemeriksaan diagnostik
1). Urinalisa
2). Cultur urin
3). Citologi urin
4). BUN (creatin)
5). Asam fosfat serum (antigen
khusus prostatik)
6). SOP
7). Sitoscopy
8). Urografi ekskretory/EVP
b. Kateterisasi
c. Terapi antibiotik
d. Balance cairan
e. Pembedahan
1). Reseksi transureteral
prostst (TUR/TUPP)
2). Prostotektomi suprapubis
3). Prostotektomi perineal
4). Prostotektomi retropublik
5). Insisi prostat transuretral
(TUIP)
2. Post op
a. Irigasi kandung kemih
kontinyu
b. Irigasi kandung kemih
intermitten
c. Analgetik
d. Terapi IV parentral
e. Balance cairan
f. Puasa sampai bising usus
terdengar
F. Pengkajian fokus
1. Pre op
a. Sirkulasi : peningkatan
tekanan darah
b. Eliminasi : Distensi VU,
nokturia, disuria,hematuri, konstipasi, penurunan aliran /kekuatan/dorongan
aliran urin (menetes)
c. Nutrisi dan cairan :
Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan
d. Nyeri/kenyamanan : Nyeri
supra pubis, nyeri punggung bawah
e. Keamanan (demam)
f. Seksualitas : Penurunan
kekuatan kontraksi ejakulasi, pembesaran dan nyeri tekan prostat
g. Penyuluhan dan pembelajaran
Riwayat keluarga : kanker, HT, penyakit ginjal, penggunaan anti
hipertensi,antibiotik, alergi obat.
2. Post op
a. Haluaran urin : karakter dan
jumlahnya
b. Hemoragia : drainase merah
terang dan bekuan dari kateter
c. Syok
d. Spasme kandung kemih
e. Distensi kandung kemih ;
nyeri supra pubis, peningkatan TD, takikardi, diaforesis, gelisah.
f. Dilusi hipernatremia :
peningkatan TD, sakit kepala, disorientasi, edema paru
g. Dilusi hiponatremia :
kelemahan otot, ketakutan, mual, muntah
h. Hiperapnue
i. Hipotensi
j. Ekstravasasi urin dalam
rongga abdomen
Abdomen tegang, kaku, peningkatan suhu tubuh, gagal ginjal
k. Kateter bebad tegangan paten
Lipatan, sumbatan mukosa
G. Diagnosa Keperawatan
1. Pre op
a. Gangguan pola eliminasi
urine b/d pembesaran prostat
KH : berkemih dengan jumlah yang adekuat tanpa adanya distensi kandung
kemih.
Intervensi :
1). Kaji balance cairan
2). Tentukan pola berkemih tiap
hari
3). Anjurkan klien untuk
berkemih setiap 2-4 jam
4). Anjurkan pasien diet dengan
ketat
5). Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium
b. Resti infeksi b/d
kateterisasi
KH : suhu dalam batas normal, urin jernih warna kuning, bau khas
Intervensi :
1). Kaji TTV tiap 4 jam
2). Gunakan teknik steril dalam
kateterisasi
3). Pantau VU terhadap distensi
c. Nyeri b/d retensi uris akut
KH : melaporkan penurunan nyeri, ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks
Intervensi :
1). Ajarkan teknik relaksasi
2). Berikan posisi yang nyaman
d. Kurang pengetahuan b/d
kurang informasi terhadap proses penyakit
KH : menyatakan pemahaman penyakit, melakukan perubahan pola hidup
Intervensi :
1). Kaji ulang proses penyakit
pengalaman pasien
2). Dorong klien untuk menyatakan
perasaannya
3). Berikan informsi bahwa
kondisi ini tidak ditularkan secara seksual
2. Post op
a. Nyeri b/d insisi bedah,
spasme kandung kemih, retensi urin
KH : melaporkan penurunan nyeri, ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks
Intervensi :
1). Ajarkan teknik relaksasi
2). Berikan posisi yang nyaman
3). Kaji tanda nonverbal (
gelisah kening berkerut)
4). Bantu pasien dengan posisi
yang nyaman
b. Perubahan pola eliminasi b/d
reseksi pembedahan dan irigasi kandung kemih
KH : kateter tetap paten pada tempatnya dan bekuan diirigasi keluar dari
kandung kemih dan tidak menyumbat aliran adarah melalui kateter
Intervensi :
1). Kaji uretra/kateter
suprapubis terhadap kepatenan
2). Catat jumlah irigasi dan
haluaran urin (30 ml/jam)
3). Kaji kandung kemih terhadap
retensi urin
c. Resti infeksi b/d
kateterisasi dan insisi pembedahan
KH : suhu dalam batas normal, insisi bedah kering, tidak terjadi infeksi
Intervensi :
1). Kaji TTV tiap 4 jam
2). Gunakan teknik steril dalam
intervensi
3). Perhatikan kateter
urin,laporkan bila keruh dan berbau busuk
4). Kaji luka insisi adanya
nyeri, kemerahan bengkak, adanya kebocoran urin tiap 4 jam
d. Resti kekurangan cairan b/d
kehilangan darah berlebih
KH : TTV normal, urin jernih, turgor kulit baik
Intervensi :
1). Pantau dan laporkan tanda
dan gejala (dingin, takikardi,hipotensi)
2). Pantau balutan pada abdomen
tiap 2 jam terhadap pendarahan
3). Laporkan perdarahan yang
hebat dan hematuri nyata pada dokter
4). Pantau Hb dan Ht jika
diinstruksikan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner And Suddart. 2002. keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Jilid I.
Jakarta : EGC
Carpenito,
Lynda Juall.1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Long. Barbara C. 1996. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 3. Bandung.
YIAP Keperawatan.
Silvya & Lorraine. 1985. Patofisiologi edisi 2. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Syaifulloh, Noer. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar