Askep
Penyakit Mata Luar
Dosen pembimbing : Mudzakir, S.Kep.,Ns
Oleh
:
Arif Fitrianto
Dermelia
Linda Wati
Endri
Darma S
Haridahnata
Lutfi
Grasia
Prodi D - III Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Univeritas Nusantara PGRI Kediri
Tahun Ajaran 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Mata dapat
terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang
lain, sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain. kebanyakan kondisi
tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan
dapat dipertahankan.(Brunner dan Suddarth, 2001).
Infeksi
adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yan
menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin,
replikasi intraselular/respon antigen antibodi (dr. Difa Danis, kamus istilah
kedokteran , 2002)
Inflamasi
dan inefksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari
setengah kelainan mata. kelainan-kelainan yang umum terjadi pada mata oarng
dewasa meliputi sebagai berikut :
1.Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtira, kornea, koroid badan ciriary
dan iris
2.Katarak, kekeruhan lensa
3.Glaukoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP)
4.Retina robek/lepas
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang
mata/mata merah hanya penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup.
padahal bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi
seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina. untuk itu kali ini penulis
memusatkan pada pencegahan dan penata laksanaan infeksi/radang mata terdiri
dari konjungtivitis, kerositis dan uveitis
(Barbara C.Long, 1996)
A.TUJUAN
1.Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan pembaca tentang penyakit
infeksi mata terdiri dari
konjungstivitis, keratitis, dan uveitis.
2.Tujuan
Khusus
1.Mengetahui
definisi konjungtivitis, keratitis, dan uveitis
2.Mengatur tentang infeksi mata
3.Mengerti tentang tanda dan gejal infeksi mata
4.Mengetahui macam – macam infeksi mata
5.Mengetahui komplikasi infeksi mata
6.Mengetahui cara pencegahan dan penatalaksanaan infeksi mata
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.KONSEP DASAR
1.Definisi
a.Konjungtivitis
Konjungtivitis (mata merah) adalah
inflamasi pada konjungtiva oleh virus, bakter, clamydia, alergi, trauma
(sengatan matahari)(Barbara C Long, 1996)
Konjungtivitas adalah inflamasi
peradangan konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat, matatampak
merah sehingga sering disebut penyakit mata merah.(Brunner dan suddarth, 2001)
b.Keraktitis
Keraktitis adalah inflamasi pada
kornea oleh bakteri, virus, hespes simplek, alergi, kekurangan vit. A . (Barbara
C Lonf 1996)
Keratitis adalah peradangan pada
kornea, keratitis disebabkan oleh mikrobial dan pemajanan.
Keraktitis Mikrobial adalah infeksi pada kornea yang disebabkan oleh berbagai
organisme bakteri, virus, jamur/parasit. serta abrasi yang sangat bisa menjadi
pintu masuk bakteri.
Keraktitis Pemajanan adalah infeksi
pada ornea yang terjadi akibat kornea tidak dilembabkan secara memadai dan
dilindungi oleh kelopak mata kekeringan mata dapat terjadi dan kemudian diikuti
ulserasi dan infeksi sekunder (Brunner dan Suddarth, 2001)
c.Uveitis
Uveitis adalah peradangan pada urea
yang terdiri dari 3 struktur yaitu iris, badan siliar, karoid.
(www.medicastore.com, 2008)
Uveitis adalah invlamasi salah satu
struktur traktus uvea (iris, badan siliar dan karoid). karena uvea mengandung
banyak pembuluh darah yang memberikan nutrisi pada mata maka jika terjadi
peradangan pada lapisan ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan.
(Brunner dan Suddarth, 2001)
2.Etiologi
a.Keratitis
1)Organisme
bakteri
2)Virus
3)Jamur atau parasit
(Brunner dan Suddarth, 2001)
b.Konjungtivitis
1)Bisa
bersifat infeksius (bakteri, klamidia, virus, jamur, parasit)
2)Imunologis (alergi)
3)Iritatif (bahan kimia, suhu listrik, radiasi, misalnya akibat sinar
ultraviolet)
4)Berhubungan dengan penyakit sistemik
(Brunner dan Suddarth, 2001)
c.Uveitis
1)Alergen
2)Bakteri
3)Jamur
4)Virus
5)Bahankimia
6)Trauma
7)Penyakit sistemik seperti sarkoidosis, kolitis, ulserativa, spondilitis,
ankilosis, sindroma
reiter, pars planitis, toksoplasmosis, infeksi
sitomegalovirus, nekrosis retina akut,
toksokariasis, histoplamosis, tuberkulosis, sifilis,
sindroma behcel, oflamia simpatetik,
3.Menifestasi Klinis/Tanda dan Gejala
a.Konjungtivitis
Tanda dan
gejala konjungtivitis bisa meliputi
1)Hiperemia (kemerahan)
2)Cairan
3)Edema
4)Pengeluaran air mata
5)Gatal pada kornea
6)Rasa terbakar/rasa tercakar
7)Seperti terasa ada benda asing
b.Keratitis
Manifestasi klinis dari keratitis meliputi :
1)Inflamasi bola mata yang jelas
2)Terasa benda asing di mata
3)Cairan mokopurulen dengan kelopak mata saling melekat saat bangun
4)Ulserasi epitel
5)Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera anterior)
6)Dapat terjadi perforasi kornea
7)Ekstrusi iris dan endoftalmitis
8)Fotofobia
9)Mata berair
10)Kehilangan penglihatan bila tidak terkontrol
(Brunner dan Suddarth, 2001)
c.Uveitis
1)Monifestasi klinis dari uveitis meliputi :
Anterior :
1.nyeri mata
2.fotofobia
3.lakrimasi penglihatan kabur
4.pupil kecil
Posterior :
1.penurunan penglihatan
2.tidak nyaman yang ringan pada mata
2)Gejala awal pada uveitis mungkin tidak terlalu berat. penglihatan menjadi
kabur/penderita melihat bintik–bintik hitam yang nelayang–layang. pada iritis
biasanya timbul nyeri hebat, kemerahan pada sklera (bagian putih mata) dan
fotofobia.
(www.medicastore.com)
4.Klasifikasi/Macam–macam
a.Konjungtivitis
1)Konjungtivitis kataral akula/subakuta/kronika
2)Konjungtivitis purulenta
3)Konjungtivitis flikten
4)Konjungstivitis membranasea/pseudomembran asea
5)Konjungstivitis vernal
6)Konjungstivitis atopi
7)Konjungstivitis folikularis non trakoma
8)Konjungstivitis folikularis trahoma
b.Keratitis
1)Keratitis superfisial nono ulseratif
seperti :
keratitis pungtata superfisial dari fuchs
keratitis nomularis dari dimmer
2)Keratitis superfisial ulseratif
seperti :
keratitis pungtata superfisial ulseratif
keratitis flikten
keratitis herpetika
3)Keratitis profunda non ulseratif
seperti :
keratitis interstisialis
keratitis pustuliformis profunda
4)Keratitis profunda ulseratif
seperti :
keratitis et lagoftalmus
keratitis neuroparalitik
c.Uveitis
1)Uveitis granulomatosa
2)Uveitis non granulomatosa
3)Uveitis campuran
(dr. Nana Wijaya, 1993)
5.Pathofisiologi
Sebagian besar inflamasi mata
disebabkan oleh makroorganisme, irigasi mekanis, atau sensitivitas terhadap
suatu zat. untungnya inflamasi tersebut tidak meningalkan bekas yang permanen.
inflamasi kornea yang berat atau ulkus kornea dapat menyebabkan kerusakan
kornea yang meyebabkan ganguan penglihatan. komplikasi dari uveitis dapat
menimbulkan perekatan, glaukoma sekunder dan hilang penglihatan.
Sebaian besar inflamasi mata adalah
tembel dan konjungstivitis. Tembel adalah infeksi folikel bulu mata atau
kelenjar pinggir kelopak mata yang relatif ringan. Organisme orang yang sering
menginfeksi adalah stafilokokus. Infeksi ini cenderung berkumpul karena organisma
infeksi menyebar dari folikel rambut yang satu ke yang lainnya. Kebersihan yang
kurang dan gangguan kosmetik yang berlebihan dapat merugikan faktor pendukung.
Orang–orang seharusnya diajarkan untuk tidak memencet tembel karena infeksi
dapat menyebar dan menyebabkan selulitis pada kelopak mata.
Konjungtivitis merupakan bagian besar dari penyakit mata dan ada yang akut dan
ada yang kronik. Konjungstivitis bakteri akut biasanya ditularkan oleh kontak
langsung. Orang yang menyentuh matanya dengan jari akan mengkontaminasi
benda–benda seperti : handuk atau lap. Organisme penyebabnya biasanya
stafilokokus dan adenovirus. Konjungstivitis sederhana biasanya tidak lama.
Infeksi oleh Chlamydia trachomatis
menyebabkan trachoma, suatu bentuk konjungstivitis yang jarang di Amerika
Serikat. tetapi bisa menyebabkan kebutaan terutama bagi orang-orang yang hidup
didaerah kering dan pendapatannya rendah, negara-negara di mediterranean yang
panas dan timur jauh. Trachoma timbul mengikuti konjungstivitis akut, kelopak mata
menjadi berparut dan terbentuk granulasi-granulasi di permukaan dalam kelopak
dan menyebar ke kornea yang pada akhirnya menimbulkan hilangnya penglihatan.
Pemeliharaan kebersihan penting untuk mencegah dan mengatasi trachoma. Kornea
yang parut memerlukan transplantasi kornea mata. Konjungstivitis alergi
biasanya disertai demam, kronis dan berulang-ulang.
(Barbara C .Long, 1996)
6.Komplikasi
a.Konjungstivitis
1)Komplikasi pada konjungstivitis kataral teronik
merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin, trikiasis
2)Komplikasi pada konjungstivitis purulenta adalah
seringnya berupa ulkus kornea
3)Komplikasi pada konjungstivitis membranasea dan
pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di
kornea dapat mengganggu
penglihatan orang menjadi buta
4)Komplikasi konjungstivitis vernal adalah pembentukan
jaringan sikratik dapat
mengganggu pengelihatan
b.Keratitis
Komplikasi
keratitis
1)Hipopion
2)Perforasi kornea
3)Prognosis
c.Uveitis
Komplikasi
uveitis
1)Katarak
2)Retinitis proliferans
3)Ablasi retina
4)Glaukoma sekunder, yang dapat terjadi pada stadium dini dan juga pada stadium
lanjut
(dr. Nana Wijana, 1993)
7.Pemeriksaan
Penunjang
a.Pemeriksaan Mata
1)Pemeriksaan
tajam penglihatan
2)Pemeriksaan
dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan
lapang pandangan)
3)Pemeriksaan
dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea)
4)Pemeriksaan
dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran
kornea)
5)Pemeriksaan
oftalmoskop
6)Pemeriksaan
dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi
lebih besar dibanding ukuran
normalnya)(Prof.dr. H. Sidafta Ilyas, SpM , 2008)
b.Therapi Medik
1)Konjungtivitis
: Antibiotik topikal, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada
hespes simplek virus)
2)Keratitis
: Antibiotik topikal untuk infeksi bakteri, sulfat atropin, doyuridin untuk
herpes simplek
3)Uveitis :
Scopoto lamine atau atropine untuk melebarkan pupil, kompres basah
kortitkosteroid.(Barbara C. Long,
1996)
8.Penatalaksanaan
a.Konjungtvitis
Penatalaksanaan, konjungtivitis
biasanya hilang sendiri. Tapi, bergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi
antibiotik sistemik atau topikal, bahan antiinflamasi, irigasi mata, pembersih
kelopak mata, atau kompres hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme,
pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat
atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak
menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci
tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap,
handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah. Asuhan khusus harus dilakukan oleh
personal asuhan kesehatan. Untuk mengindari penyebaran konjungtivitis antar
pasien.
b.Keraktitis
1)Keraktitis Mikrobial
Pasien dengan infeksi kornea berat
dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali) tetes anti
mikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli optalmologi
Cuci tangan secara seksama
Harus memakai sarung tangan setiap
intervensi keperawatan yang melibatkan mata
Kelopak mata harus dijaga kebersihannya dan perlu diberi kompres dingin
Diperlukan aseaminofen untuk mengontrol nyeri. Dan diresepkan sikloplegik dan
midriatik untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
2)Keraktitis Pemajanan
Memplester kelopak mata atau
membalut dengan ringan mata yang telah diberi pelumas. Pada yang mengalami
penurunan perlindungan sensori terhadap kornea
Dapat dipasang lensa kontak lunak
tipe-balutan. Lensa kontak lunak tipe-balutan dipasang sesuai ukuran. Hal ini
untuk mempertahankan permukaan kornea, mempercepat penyembuhan efek epitel dan
memberikan rasa nyaman
Perisai kolagen bisa dipergunakan
untuk perlindungan kornea jangka pendek(Brunne dan Suddarth, 2001)
c.Uveitis
Penatalaksanaan Uveitis
1)Pada uveitis anterior kronis (iritis), obat mata dilatar harus diberikan segera
untuk
mencegah pembentukan jaringan parut
dan adesi ke lensa. Kortikosteroid lakal
dipergunakan untuk mengurangi
peradangan dan kaca mata hitam
2)Pada uveitis intermediat (pars planis, siklitis kronis), diberikan steroid
topikal atau injeksi
untuk kasus yang berat
3)Pada uveitis posterior (peradangan yang mengenai khoroid/retina) biasanya
berhubungan
dengan
berbagai macam penyakit sistemik seperti AIDS. Kortikosteroid sistemik
diindikasikan
untuk mengurangi peradangan bersama dengan terapi terhadap keadaan
sistemik
yang mendasarinya.
B.ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a.Pengkajian ketajaman mata
b.Pengkajian rasa nyeri
c.Kesimetrisan kelopak mata
d.Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata
e.Warna mata
f.Kemampuan membuka dan menutup mata
g.Pengkajian lapang pandang
h.Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya
pembengkakan 4 inflamasi( Brunner dan Suddarth, 2001)
2.Analisa Data
a.Data fokus
1)Gatal-gatal
2)Nyeri (ringan sampai berat)
3)Lakrimasi (mata selalu berair)
4)Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak
mata)
b.Diagnosa Kemungkinan Penyebab
- Nyeri : pada mata - Edema mata, sekresi, fotofobia, peningkatan TIO atau
inflamasi
- Potensial infeksi, - Kurang pengetahuan penyebaran ke mata yang tidak sakit
3.Fokus Intervensi
Diagosa Keperawatan
a.Nyeri pada mata berhubngan dengan edema mata, fotofobia dan inflamasi
Tujuan yang diharapkan
Keadaan nyeri pasien berkurang
Intervensi
1)Beri kompres basah hangat
Rasionalisasi : Mengurangi nyeri, mempercepat
penyembuhan, dan
membersihkan mata
2)Kompres basah dengan NaCL dingin
Rasionalisasi : mencegah dan mengurangi edema dan gatal-gatal
yang berat
3)Beri irigasi
Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda
asing/kotoran dan zat-zat
kimia dari mata (Barbara C .Long,
1996)
4)Dorong penggunaaan kaca mata hitam pada cahaya kuat
Rasionalisasi : cahaya yang kuat meyebabkan rasa tak
nyaman
5)Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep
Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan
mengurangi nyeri
(Brunner dan Suddarth, 1996)
b.Gangguan penglihatan berhubungan dengan kerusakan kornea
Tujuan yang diharapkan
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
Intervensi
1)Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
Rasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan
intervensi bervariasi sebab kehilangan
penglihatan terjadi lambat dan progesif, bila
bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada
laju yang berbeda tetapi, biasanya
hanya satu mata diperbaiki per prosedur.
2)Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
Rasionalisasi : Memberikan peningkatan kenyamanan dan
kekeluargaan menurunkan
cemas dan disorientasi pascaoperatif(Marilynn
E. Doenges, 2000)
c.Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan
kurang pengetahuan
Tujuan yang diharapkan
Infeksi tidak menyebar ke mata sebelahnya
(Barbara C .Long, 1996)
Intervensi
1)Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya
Rasionalisasi : mencegah komplikasi
2)Lakukan tehnik steril
R asionalisasi : mencegah infeksi silang
3)Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan penyakit
Rasionalisasi : memberikan pengetahuan dasar bagaimana
cara memproteksi diri
(Tarwoto dan Warunnah, 2003)
d.Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan
Tujuan yang diharapkan
Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri
Intervensi
1)Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat,
sehubungan
dengan terlihatnya kehilangan,
kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam
Rasionalisasi : Dengan kehilangan bagian atau fungsi
tubuh bisa menyebabkan
individu melakukan penolakan, syok,
marah, dan tertekan
2)Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak
dengan
penolakan, syok, marah,dan tertekan
Rasionalisasi : Supaya pasien dapat menerima
kekurangannya dengan lebih ikhlas
3)Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu dan
dorong
membagi perasaan dengan orang lain.
Rasionalisasi : Bila reaksi keluarga bagus dapat
meningkatkan rasa percaya diri
individu dan dapat membagi perasaan
kepada orang lain.
4)Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri
Rasionalisasi : Mengetahui seberapa jauh kemampuan
individu dengan kekurangan
yang dimiliki (Lynda Jual Carpenito, 1998)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mata merupakan bagian yang sangat
peka. mata dapat terjadi infeksi mata/radang mata yang disebabkan oleh virus,
bakteri, trauma, penyakit sistemik, ataupun sensitivitas terhadap suatu zat.
seperti halnya konjungstivitis (peradangan pada konjungtiva), keratitis
(peradangan pada kornea) dan uveitis (peradangan pada uvea yaitu iris, badan
siliar, karoid). tanda dan gejala pada infeksi mata biasanya gatal-gatal, nyeri
(ringan–berat) , lakrimasi dan fotofobia. Bila infeksi mata ini tidak segera
diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata dan menimbulkan beberapa
komplikasi, pada konjungstivitis komplikasinya dapat berupa ulkus kornea dan
meninggalkan jaringan perut, komplikasi keratitis dapat berupa hipopion,
perforasi kornea, prognosis sedangkan komplikasi pada uveitis dapat berupa
katarak, ablasi retina maupun katarak. therapi medik untuk infeksi mata dapat
diberikan antibiotik topikal, obat tetes steroid, sulfat atropin, douridin dan
kompres basah kortikosteroid.
B. SARAN
1.Untuk klien yang terkena penyakit infeksi mata, penulis berharap klien segera
berobat
atau infeksi tersebut segera diobati
agar tidak terjadi kerusakan pada mata atau
komplikasi-komplikasi yang lain
2.Kita harus menjaga kebersihan mata dan menghindari kosmetik yang berlebihan,
karena kosmetik yang berlebihan
merupakan faktor pendukung terjadinya infeksi mata.
3.Untuk klien yang terkena infeksi mata, disarankan untuk tidak menggosok mata
yang
sakit lalu menyentuh mata yang sehat
atau menggunakan sapu tangan. hal ini untuk
menghindari kontaminasi mata yang
sehat dengan yang sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1.Sidarta,
Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;
1998.
2.Darling, Vera H & Thorpe Margaret R. Perawatan Mata.
Yogyakarta : Penerbit Andi; 1995.
3.Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian
Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta, 2000