Jumat, 28 Maret 2014

Laporan Pendahuluan Osteoartritis (OA)


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Penyakit Sendi Degeneratif (osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997). Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
1.2  TUJUAN
      1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa keperawatan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan akibat sirosis hepatis secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi).
Agar mahsiswa keperawatan  bisa menyelesaikan  kasus-kasus yang terjadi dalam masalah keperawatan.
      2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk menjelaskan pengertian dari Osteoartritis.
b.      Untuk menjelaskan Etiologi dari Osteoartritis.
c.       Untuk menjelaskan patofisiologi Osteoartritis.
d.      Untuk menjelaskan manifestasi klinis Osteoartritis
e.       Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Osteartritis.
f.       Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Osteoartritis.
BAB 2
LANDASAN TEORI
1.1. PENGERTIAN
Osteoartritis   yang   dikenal   sebagai   penyakit   sendi   degeneratif   atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling   sering   ditemukan   dan   kerapkali   menimbulkan   ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
 Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan   kelainan   sendi   non   inflamasi   yang   mengenai   sendi   yang   dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk  sendi, sebagai   hasil   akhir   terjadi   perubahan   biokimia,   metabolisme,   fisiologis   dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)
1.2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan   kerusakan   pada   integritas   struktur   dan   biomekanik   sendi tersebut.
5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan   pada   pria   yang   kedua   orang   tuanya   terkena   osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan   dan   pengeluaran   enzim   perusak   matriks   rawan   sendi     oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan   membal   dan   menyebabkan   sendi   menjadi   tidak   stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
9. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,   penyakit   Wilson,   akronotis,   kalsium   pirofosfat   dapat  mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
1.3. KLASIFIKASI
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe  primer  (  idiopatik)   tanpa kejadian   atau  penyakit  sebelumnya  yang   berhubungan dengan osteoartritis
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara, 1996  hal 336)
1.4. PATOFISIOLOGI
Penyakit   sendi   degeneratif   merupakan   suatu   penyakit   kronik,   tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan   sendi   mengalami   kemunduran   dan   degenerasi   disertai   dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis  pada beberapa kejadian  akan mengakibatkan  terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. 
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
1.5.  WOC

1.6. MANIFESTASI KLINIS
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik. 
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri. 
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. 
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan   sendi  merupakan   reaksi  peradangan   karena  pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
1.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto   Rontgent  menunjukkan   penurunan   progresif   massa  kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi
- Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
1.8. PENATALAKSANAAN
a. Tindakan preventif
- Penurunan berat badan
- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha
- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
c. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat      ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
e. Pembedahan;  artroplasti
1.9. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/Istirahat
- Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan  stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
- Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego
- Faktor-faktor   stress   akut/kronis   (misalnya   finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan   dan   ketidakberdayaan   (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman   pada   konsep   diri,   gambaran   tubuh,   identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
4. Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan   untuk   mengunyah,   penurunan   berat   badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
- Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
- Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
- Fase   akut   nyeri   (kemungkinan   tidak   disertai   dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
8. Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan   dalam   menangani   tugas/pemeliharaan   rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
- Kerusakan   interaksi   dengan   keluarga   atau   orang   lain, perubahan peran: isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan   makanan   kesehatan,   vitamin,   penyembuhan penyakit tanpa pengujian
- Riwayat   perikarditis,   lesi   tepi   katup.   Fibrosis   pulmonal, pkeuritis.
11. Pemeriksaan Diagnostik
- Reaksi aglutinasi: positif
-  LED meningkat pesat
- protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
- SDP: meningkat pada proses inflamasi
- JDL: Menunjukkan ancaman sedang
- Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
- RO:   menunjukkan   pembengkakan   jaringan   lunak,   erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi
1.10.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.  Nyeri   akut/kronis   berhubungan   dengan   distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan perubahan otot.
3.      Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.
4.      Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri
5.  Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
6.      Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan   kemampuan   untuk melakukan tugas-tugas umum.
1.11.  PERENCANAAN
DX.1. Nyeri   akut / kronis   berhubungan   dengan   distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi, distruksi sendi.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
- Klien terlihat rileks dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
- Mengikuti program terapi
-Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10), catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri.
2.      berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
3.      biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
4.      dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
5.      anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi.
6.      berikan masase yang lembut kolaborasi.
7.      Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.
1.      Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.
2.      Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
3.      Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
4.      Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi. 
5.      Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.
6.      Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot
7.      Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
DX.2. Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil :
Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
2.      Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
3.      Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
4.      Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
5.      Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
1.      Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
2.      Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3.      Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
4.      Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
5.      Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
DX.3. Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil  :
Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil
2.      Memantau regimen medikasi
3.      Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
1.      Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
2.      Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas
DX.4. Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil  :
Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri  :
1.      Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.
2.      Berikan tempat tidur yang nyaman.
3.      Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
4.      Instruksikan tindakan relaksasi
5.      Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
6.      Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.
7.      Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi
Kolaborasi :
1.      Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi
                     
1.      Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
2.      Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis
3.      Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang.
4.      Membantu menginduksi tidur
5.      Meningkatkan efek relaksasi
6.      Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk membantu mengubah posisi
7.      Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun.
        
1.      Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.
DX.5. Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal : Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri secara mandiri
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji tingkat fungsi fisik
2.      Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan
3.      Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan
4.      Identifikasikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda
1.      Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan
2.      Mendukung kemandirian fisik/emosional
3.      Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
4.      Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri
DX.6. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan   kemampuan   untuk melakukan tugas-tugas umum.
Kriteria Hasil :
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri :
1.      Dorong pengungkapan mengenai masalah mengenai proses penyakit,harapan masa depan.
2.      Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi psien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual.
3.      Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaiman orang terdekat menerima keterbatasan.
4.      Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.              
5.      Perhatikan perilaku menarik diri,penguanan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.
6.      Susun batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
7.      Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
Kolaborasi :
1.      Rujuk pada konseling psikiatri
2.      Berikan obat-obat sesuai petunjuk
1.      Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal menghadapinya secara langsung.
2.      Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut.
3.      Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri.
4.      Nyeri melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi.
5.      Dapat menunjukkan emosional atau metode maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis.
6.      Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.
7.      Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi.                                    
1.      Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkadukungann selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan
2.      Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuankoping yang efektif.




BAB 3
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
.
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi
3.2  SARAN
             1)      Mahasiswa
1.      Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan yang cemerlang.
2.      Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sirosis hepatis.
              2)      Akademik
1.      Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar