1.2. ETIOLOGI
Beberapa
penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
1.
Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang
terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan
kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2.
Pengausan (wear and tear)
Pemakaian
sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua
mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
3.
Kegemukan
Faktor
kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri
atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi
tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4.
Trauma
Kegiatan
fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan
pada integritas struktur
dan biomekanik sendi tersebut.
5.
Keturunan
Heberden
node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada
pria yang kedua
orang tuanya terkena
osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang
terkena.
6.
Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi
(artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran
enzim perusak matriks
rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
7.
Joint Mallignment
Pada
akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal
dan menyebabkan sendi
menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses
degenerasi.
8.
Penyakit endokrin
Pada
hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
9.
Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit
Wilson, akronotis, kalsium
pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer,
asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
1.3. KLASIFIKASI
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe primer
( idiopatik) tanpa kejadian atau
penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis
b. Tipe sekunder
seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara, 1996 hal 336)
1.4. PATOFISIOLOGI
Penyakit sendi
degeneratif merupakan
suatu penyakit kronik,
tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi
disertai dengan pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh
proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan
tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh
adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau
kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi
sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan
fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya
mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal
dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
1.5. WOC
1.6. MANIFESTASI KLINIS
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada
osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan
fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit
dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH
jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan
dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan
setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin
ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi
telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang
terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat
dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan
tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi
merupakan reaksi peradangan
karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan
sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara
tulang pembentuk sendi.
1.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto Rontgent
menunjukkan penurunan progresif
massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
- Serologi dan cairan
sinovial dalam batas normal
1.8. PENATALAKSANAAN
a. Tindakan preventif
- Penurunan berat badan
- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha
- Pendekatan ergonomik untuk
memodifikasi stres akibat kerja
b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri
muncul
c. Terapi konservatif ;
kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi
d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris
dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
e. Pembedahan; artroplasti
1.9. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/Istirahat
- Nyeri sendi karena gerakan, nyeri
tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris
limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit:
kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
- Fenomena Raynaud dari
tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari
sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego
- Faktor-faktor stress
akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.
-
Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada
konsep diri, gambaran
tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.
4. Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk
menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk
mengunyah, penurunan berat
badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
- Berbagai kesulitan
untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
- Kesemutan pada tangan dan kaki,
pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
- Fase akut
nyeri (kemungkinan tidak
disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
8. Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub
mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan dalam
menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran
mukosa
9. Interaksi Sosial
- Kerusakan interaksi
dengan keluarga atau
orang lain, perubahan peran:
isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan
kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
- Riwayat perikarditis, lesi
tepi katup. Fibrosis
pulmonal, pkeuritis.
11. Pemeriksaan Diagnostik
- Reaksi aglutinasi: positif
-
LED meningkat pesat
- protein C reaktif : positif pada masa
inkubasi.
- SDP: meningkat pada proses inflamasi
- JDL: Menunjukkan ancaman sedang
- Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar
menunjukkan proses autoimun
- RO: menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak,
erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang,
penyempitan ruang sendi
1.10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronis
berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Intoleran aktivitas berhubungan
dengan perubahan otot.
3. Risiko cedera berhubungan dengan
penurunan fungsi tulang.
4. Perubahan pola tidur berhubungan
dengan nyeri
5. Kurang
Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan,
Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
6. Gangguan citra tubuh/ perubahan
penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan
tugas-tugas umum.
1.11. PERENCANAAN
DX.1.
Nyeri akut / kronis berhubungan dengan
distensi jaringan oleh
akumulasi cairan / proses inflamasi, distruksi sendi.
|
Kriteria
Hasil :
|
- Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
- Klien terlihat
rileks dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
- Mengikuti program
terapi
-Menggabungkan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi
dan intensitas nyeri (skala 0 – 10), catat faktor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa nyeri.
2.
berikan
matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan.
3.
biarkan
pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
4.
dorong
untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
5.
anjurkan
pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air mandi.
6.
berikan
masase yang lembut kolaborasi.
7.
Beri
obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti
asetil salisilat.
|
1. Membantu dalam menentukan
kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.
2.
Matras
yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
3.
Pada
penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau
cedera sendi.
4.
Mencegah
terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/rasa sakit pada sendi.
5.
Panas
meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan
dan luka dermal dapat disembuhkan.
6.
Meningkatkan
elaksasi/mengurangi tegangan otot
7. Meningkatkan relaksasi, mengurangi
tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
|
DX.2.
Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
|
Kriteria
Hasil :
|
Klien mampu berpartisipasi pada
aktivitas yang diinginkan.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Pertahankan istirahat tirah
baring/duduk jika diperlukan.
2.
Bantu
bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
3.
Dorong
klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
4.
Berikan
lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
5.
Berikan
obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
|
1. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan
kekuatan.
2. Meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umum.
3. Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas.
4. Menghindari cedera akibat
kecelakaan seperti jatuh.
5. Untuk menekan inflamasi sistemik
akut.
|
DX.3. Risiko
cedera b/d penurunan fungsi tulang.
|
Kriteria
Hasil :
|
Klien dapat me mpertahankan
keselamatan fisik.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kendalikan lingkungan
dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera
akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur,
usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu
panggil
2. Memantau regimen
medikasi
3. Izinkan kemandirian
dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang
aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya
ketimbang mengagetkannya.
|
1. Lingkungan yang bebas
bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
2. Hal ini akan
memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi,
mengegetkan pasien akan
meningkatkan ansietas
|
DX.4.
Perubahan pola tidur b/d nyeri
|
Kriteria
Hasil :
|
Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri :
1.
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan biasanya dan perubahan
yang terjadi.
2. Berikan tempat tidur yang nyaman.
3. Buat rutinitas tidur
baru yang dimasukkan dalam pola
lama dan lingkungan baru.
4. Instruksikan tindakan
relaksasi
5. Tingkatkan regimen
kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
6. Gunakan pagar tempat
tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.
7.
Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk
obat atau terapi
Kolaborasi :
1.
Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi
|
1.
Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
2. Meningkatkan kenyamaan
tidur serta dukungan fisiologis/psikologis
3. Bila rutinitas baru
mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang
berhubungan dapat berkurang.
4. Membantu menginduksi
tidur
5. Meningkatkan efek
relaksasi
6. Dapat merasakan takut
jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk
membantu mengubah posisi
7. Tidur tanpa gangguan
lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali
tidur bila terbangun.
1.
Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.
|
DX.5. Kurang
Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal : Penurunan Kekuatan, Daya tahan,
nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
|
Kriteria
Hasil :
|
Klien
dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri secara mandiri
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji tingkat fungsi fisik
2. Pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan progran latihan
3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi
lingkungan
4. Identifikasikasi untuk perawatan
yang diperlukan, misalnya; lift, peninggian
dudukan toilet, kursi roda
|
1.
Mengidentifikasi
tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan
2.
Mendukung
kemandirian fisik/emosional
3.
Menyiapkan
untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
4.
Memberikan
kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri
|
DX.6.
Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d
perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
|
Kriteria
Hasil :
|
Mengungkapkan
peningkatan rasa percaya kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya
hidup dan kemungkinan keterbatasan.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri :
1. Dorong pengungkapan mengenai
masalah mengenai proses penyakit,harapan masa depan.
2.
Diskusikan
arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan
bagaimana pandangan pribadi psien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari
termasuk aspek-aspek seksual.
3.
Diskusikan
persepsi pasien mengenai bagaiman orang terdekat menerima keterbatasan.
4.
Akui
dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
5.
Perhatikan
perilaku menarik diri,penguanan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.
6.
Susun
batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
7. Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
Kolaborasi :
1.
Rujuk
pada konseling psikiatri
2.
Berikan
obat-obat sesuai petunjuk
|
1.
Beri
kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal menghadapinya secara
langsung.
2.
Mengidentifikasi
bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain
akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut.
3.
Isyarat
verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya sendiri.
4.
Nyeri
melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi.
5.
Dapat
menunjukkan emosional atau metode maladaptive, membutuhkan intervensi lebih
lanjut atau dukungan psikologis.
6.
Membantu
pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga
diri.
7.
Meningkatkan
perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong
partisipasi dan terapi.
1.
Pasien/orang
terdekat mungkin membutuhkadukungann selama berhadapan dengan proses jangka
panjang/ketidakmampuan
2.
Mungkin
dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan
kemampuankoping yang efektif.
|
|
|
|
|
BAB
3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
.
Osteoartritis merupakan
golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan
akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia
di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun.
Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto,
1994, Solomon, 1997).
Pasien yang beresiko
tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita
artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi
sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami
nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma
pascaoperasi
3.2 SARAN
1)
Mahasiswa
1.
Gunakanlah
waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan yang cemerlang.
2.
Gunakanlah
makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan sirosis hepatis.
2)
Akademik
1.
Bimbinglah
mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan
benar
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges E Marilynn,
2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu
Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita
Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar