Kamis, 15 Agustus 2013

Makalah Imunologi

IMUNOLOGI



Disusun Oleh:
⦁    David Rio Wijaya
⦁    Dian Erlita Sari
⦁    Enik Faridatus S.
⦁    Ika Ratnasari
⦁    Lukman Aripin
⦁    Lutfi Grasia Uranta

   

PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNP KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2012/2013

KATA PENGANTAR

     Puji syukur  kami  panjatkan kehadirat  Allah SWT. Atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat membuat sekaligus menyelesaikan karya ilmiah ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada:
Ibu Norma Risnasari,S.Kep.,Ns selaku dosen pengajar kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II yang membimbing dan mengajar kami.
Kedua Orang tua kami yang memotivasi sekaligus membiayai kuliah kami.
Teman-teman kelompok  yang telah membuat sekaligus menyelesaikan karya ilmiah ini.
Tujuan disusunnya karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II .
Akhirnya kami berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Oleh karena itu kami senantiasa bersikap terbuka untuk menerima kritik dan saran yang positif guna penyempurnaan karya ilmiah ini.



                                                                              Kediri, Maret 2012


                                                                                           Penyusun
















DAFTAR ISI

Halaman Judul        i
Kata Pengantar       ii
Daftar isi      iii
BAB I  PENDAHULUAN       1
           1.1  Latar Belakang       1
           1.2  Tujuan       1
BAB II  SISTEM KEKEBALAN TUBUH       2
            2.1    Pengertian       2
            2.2    Fungsi Sistem Imun       2
            2.3    Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh       2
            2.4    Jenis-jenis Antibodi       4
            2.5    Faktor-faktor Yang Merendahkan Sistem Keimunan       6
            2.6    Penyakit Akibatkan Ketidakseimbangan Sistem Imun       6
            2.7    Antigen       8
            2.8    Antibodi-imunologlobulin     10
            2.9    Reaksi Antigen dan Antibodi     12
            2.10  Fagositosis     18
            2.11  Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh     19
BAB III  PENUTUP     22
            3.1    Kesimpulan     22
            3.2    Saran       22
DAFTAR RUJUKAN     23




BAB I
PENDAHULUAN


LATAR BELAKANG

Untuk melawan benda asing, tubuh memiliki sistem pertahanan yang saling mendukung.Epidermis yang berfungsi sebagai pertahanan fisik, dibantu oleh airmata, sebum, ludah, dan getah lambung yang mengandung unsure pertahanan kimiawi.
Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam rseistensi terhadap bahan atau zat yang masuk kedalam tubuh. Jika bakteri pathogen berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh melawan serangan dengan reaksi radang(inflamasi) atau reaksi imun yang spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan sel-sel dan molekul-molekul terhadap banda asing yang masuk kedalam tubuh disebut respon imun. Sistem imun ini sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulakn oleh berbagai bahan atau zat dari lingkungan hidup.

TUJUAN

1. Agar lebih memahami Sistem kekebalan tubuh/system imun
2. Agar menambah wawasan dan memperbanyak ilmu
3. Memenuhi tugas mata kuliah mikrobiologi dan parasitologi



















BAB II
SISTEM KEKEBALAN TUBUH

2.1 PENGERTIAN
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
2.2 FUNGSI SISTEM IMUN
Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:
Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan jika       sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan atau tidak bekerja dengan baik, maka oranmg akan mudah terkena sakit
Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari komponen tubuh.
Perondaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuna untuk memantau ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka sel peronda tersebut akan membinasakannya.
2.3 MACAM-MACAM SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2, yaitu kekebalan tubuh tidak spesifik dan kekebalan tubuh spesifik.
2.3.1 Sistem kekebalan tubuh non spesifik
Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami. Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif.
Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut. Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis. Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba. Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial), otak(sel–sel microgial), jaringan penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan spleen. Acidofil/Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-granul sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang paling penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.
2.3.2 Sistem kekebalan tubuh spesifik
Pertahanan spesifik: imunitas diperantarai antibodi untuk respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut. Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat daripada respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori
biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit b bisa saja mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus diulang dari awal.
PERTAHANAN SPESIFIK:IMUNITAS DIPERANTARAI SEL
Untuk respon imun yang diperantarai sel, Limfosit yang berperan penting adalah limfosit T.
Jika suatu saat ada patogen yang berhasil masuk dalam tubuh kemudian dimakan oleh suatu sel yang tidak bersalah(biasanya neutrofil), maka patogen itu dicerna dan materialnya ditempel pada permukaan sel yang tidak bersalah tersebut. Materi yang tertempel itu disebut antigen. Respon imun akan dimulai jika kebetulan sel tidak bersalah ini bertemu dengan limfosit T yang sedang berpatroli, yaitu sel tadi mengeluarkan interleukin 1 sehingga limfosit T terangsang untuk mencocokkan antibodi dengan antigennya. Permukaan Limfosit T memiliki antibodi yang hanya cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika antibodi dan antigennya cocok, Limfosit T ini, yang disebut Limfosit T pembantu mengetahui bahwa sel ini sudah terkena antigen dan mempunyai 2 pilihan untuk menghancurkan sel tersebut dengan patogennya. Pertama, Limfosit T pembantu akan lepas dari sel yang diserang dan menghasilkan senyawa baru disebut interleukin 2, yang berfungsi untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T Sitotoksik. Kemudian, Limfosit T Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel yang terkena penyakit tersebut. Kedua, Limfosit T pembantu bisa saja mengeluarkan senyawa bernama perforin untuk membocorkan sel tersebut sehingga isinya keluar dan mati.
2.4 JENIS-JENIS ANTIBODI
Antibodi adalah protein berbentuk Y dan disebut Immunoglobulin(Ig), hanya dibuat oleh Limfosit B. Antibodi berikatan dengan antigen pada akhir lengan huruf Y. Bentuk lengan ini akan menentukkan beberapa macam IG yang ada, yaitu IgM, IgG, IgA,IgE dan IgD. Saat respon imun humoral, IgM adalah antibodi yang pertama kali muncul. Jenis lainya akan muncul beberapa hari kemudian. Limfosit B akan membuat Ig yang sesuai saat interleukin dikeluarkan untuk mengaktifkan Limfosit T saat antigen menyerang.
Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak dengan cara mengikatkan antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut dari sel yang ingin dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi. Semua Ig mempunyai kemampuan ini. Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan oleh makrofag. Antobodi mengikatkan diri pada antigen sehingga permukaannya menjadi lebih mudah menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi.
IgM dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok protein yang mempunyai kemampuan unutk memecah membran sel. IgMdan IgG bekerja paling maksimal dalam sistem sirkulasi,IgA dapat keluar dari peredaran darah dan memasuki cairan tubuh lainnya. IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi pada permukaan mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak penyakit. IgA dapat ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh bayi.IgD merupakan antibodi yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon imun. IgE merupakan antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan besar merespon infeksi dari protozoa dan parasit.
Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan tetapi menetralkannya atau menyebabkan antigen ini menjadi target bagi proses penghancutan oleh mekanisme opsonosasi, aglutinasi,presipitasi atau fiksasi komplemen. Opsonisasi, aglutinasi dan presipitasi meningkatkan proses fagositosis dari komplek antigen-antibodi sementara fiksasi komplemen memicu proses lisis dati protein komplemen pada bakteri atau virus.
Sistem imun manusia terdiri daripada organ imun, sel imun dan lain-lain. Organ imun merujuk kepada sumsum tulang, kelenjar timus, limpa, nodus limfa, tonsil, apendiks dan sebagainya. Kebanyakan sel imun terdiri daripada sel T dan sel B. Sel B akan matang dalam sumsum tulang, apabila sistem darah diserang, ia akan memproses antibodi untuk menentang virus dan bakteria. Sel T dihasil oleh sumsum tulang, bertumbuh dan matang di kelenjar timus tetapi ia tidak menghasilkan antibodi. Tugas utamanya adalah: menentang sel yang dijangkiti virus, bakteria dan kanker. Apabila sistem imun berada di dalam keadaan normal, tubuh manusia akan dapat menentang berbagai patogen. Walau bagaimana, jika daya imun berada dalam paras rendah, peluang menghidapi penyakit menjadi lebih tinggi, terutamanya bayi, kanak-kanak dan orang tua. Sistem imun bayi masih di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Oleh itu, antibodi badan masih lemah untuk melawan pelbagai mikroorganisma. Manakala organ sistem imun orang tua telah uzur dan semakin merosot, jadi daya tahan sistem imun juga menurun.
Sistem kekebalan tubuh harus selalu dalam keadaan seimbang.Jika tidak, akan terganggu.Penyebab gangguan sistem kekebalan tubuh ada yang tidak diketahui dan telah ada sejak lahir (primer). Ada juga gangguan kekebalan sekunder karena faktor lain, misalnya infeksi (AIDS, campak dan lain-lain), gizi buruk, serta penyakit ganas misalnya kanker, leukemia, obat-obatan misalnya obat yang mengandung hormon kortikosteroid, obat untuk kanker, dan lain-lain.
Sebetulnya, tubuh memiliki zat yang secara otomatis akan menormalkan sistem imun.Kalau imunnya kurang maka ditingkatkan, kalau terlalu tinggi diturunkan.Di dalam tubuh, ada zat yang mempunyai sifat seperti itu. Namun, ada kalanya tubuh tak berhasil menormalkan sistem imunnya sendiri. Akhirnya, dicarilah cara menormalkan sistem imun tubuh dari luar dengan imunomodulator.
Imunomodulator adalah zat yang dapat memodulasi (mengubah atau memengaruhi) sistem imun tubuh menjadi ke arah normal. Produk imunomodulator berperan menguatkan sistem imun tubuh (imuno stimulator) atau menekan reaksi sistem imun yang berlebihan (imuno suppressan).Misalnya,diberikan bersama antibiotic.Selain sintetik, produk imunomodulator kini juga dibuat dari tanaman. Ternyata, ada tanaman tertentu yang memiliki efek meningkatkan kekebalan tubuh. Misalnya, daun meniran. Setelah diteliti, daun ini punya efek meningkatkan sistem imun tubuh. Sekarang sudah dibuat dalam bentuk obat. Yang harus diketahui, imunomodulator adalah obat, dan bukan suplemen yang bisa dikonsumsi sehari-hari. Fungsinya pun hanya membantu meningkatkan kekebalan.
Konsumsi imunomodulator pada orang normal tidak ada gunanya, karena tubuh masih bisa menyeimbangkan sistem imun.. Sistem imun tubuh itu, kan, sama seperti organ tubuh lain, memerlukan energi. Oleh karenanya, agar sistem imun tubuh baik, gizi pun harus seimbang. Sel-sel kekebalan itu bisa bergerak, butuh makanan (energi) juga. Jadi, makan cukup protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Sama seperti fungsi organ lain.
2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MERENDAHKAN SISTEM KEIMUNAN
Sistem imun mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup kita. Berikut adalah faktor-faktor yang merendahkan sistem keimunan kita:
1. Cara hidup yang tidak sihat
2. Kekurangan zat makanan
3. Pencemaran udara atau alam sekitar
4. Keletihan
5. Tekanan dan kerisauan
6. Kurang bersenaman
7. Penggunaan antibiotik yang berlebihan
Apabila sistem imun kita menurun, maka lebih mudah untuk kita mendapat jangkitan. Orang yang mempunyai sistem imun yang rendah mudah berasa letih, tidak bersemangat, sentiasa selesema, jangkitan usus (makanan yang tidak sesuai akan menyebabkan muntah dan mual), luka sukar untuk sembuh, alergi dan sebagainya. Selain itu, sistem imun yang tidak teratur juga boleh menyebabkan kecederaan pada sel.
2.6 PENYAKIT AKIBATKAN  KETIDAKSEIMBANGAN  SISTEM  IMUN
Berikut adalah penyakit yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan sistem imun:
Penyakit AIDS
Juga dikenali sebagai sindrom kurang daya tahan melawan penyakit; yang mana virus HIV menyerang sistem imun. Apabila memasuki badan manusia, virus tersebut akan memusnahkan sel otak dan ‘leucocytes’ dan ia membiak dan berkembang di limfosit menyebabkan badan manusia hilang keupayaan untuk melawan penyakit. Pesakit akan lemah dan terdedah kepada pelbagai penyakit berjangkit seperti tuberkulosis pulmonari, kandidiasis, kayap, manakala enteritis, pneumonia, ‘cephalitis’ dan lain-lain yang disebabkan oleh mikroorganisma patogenik yang luar biasa.
Penyakit Autoimunitas
Autoimunitas adalah respon imun tubuh yang berbalik menyerang organ dan jaringan sendiri. Autoimunitas bisa terjadi pada respon imun humoral atau imunitas diperantarai sel. Sebagai contoh, penyakit diabetes tipe 1 terjadi karena tubuh membuat antibodi yang menghancurkan insulin sehingga tubuh penderita tidak bisa membuat gula. Pada myasthenia gravis, sistem imun membuat antibodi yang menyerang jaringan normal seperti neuromuscular dan menyebabkan paralisis dan lemah. Pada demam rheumatik, antibodi menyerang jantung dan bisa menyebabkan kerusakan jantung permanen. Pada Lupus Erythematosus sistemik, biasa disebut lupus, antibodi menyerang berbagai jaringan yang berbeda, menyebabkan gejala yang menyebar.
Alergi
Alergi, kadang disebut hipersensitivitas, disebabkan respon imun terhadap antigen. Antigen yang memicu alergi disebut allergen. Reaksi alregi terbagi atas 2 jenus yaitu:reaksi alergi langsung dan reaksi alergi tertunda.
Reaksi alergi langsung disebabkan mekanisme imunitas humoral. Reaksi ini disebabkan oleh prosuksi antibodi IgE berlebihan saat seseorang terkena antigen. Antibodi IgE tertempel pada sel Mast,leukosit yang memiliki senyawa histamin. Sel mAst banyak terdapat pada paru-paru sehingga saat antibodi IgE menempel pada sel Mast, Histamin dikeluarkan dan menyebabkan bersin-bersin dan mata berair.
Reaksi alergi tertunda disebabkan oleh perantara sel. Contoh yang ekstrim adalah saat makrofag tidak dapat menelan antigen atau menghancurkannya. Akhirnya Limfosit T segera memicu pembengkakan pada jaringan.
Untuk mempunyai sistem imun yang sempurna untuk menentang virus dan bakteri, kita perlu mempunyai syarat tertentu seperti berikut:
1. Nutrisi Yang Sempurna
Setiap hidangan mesti mempunyai berbagai zat yang lengkap, tidak memilih makanan, tidak berlebihan serta meliputi nutrien asas seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral, air, fiber, lemak dan sebagainya.
2. Olah raga Yang Sesuai
Olah raga dapat meningkatkan  ketahanan asalkanbermasa panjang (15 menitt ke atas), olah raga ini dapat menyalurkan oksigen yang segar kepada organ dan tisu dalam badan kita. Olah raga merujuk kepada joging, berenang, berjalan, berbasikal, melompat, yoga dan sebagainya, yang mana ia dapat menggalakkan peredaran darah, menguatkan fungsi kardiovaskular dan meningkatkan sistem imun badan.
3. Sentiasa Gembira dan Bijak Menangani Tekanan
Tekanan psikologi dan kegelisahan dalam tempo yang panjang boleh mengganggu sistem keimunan badan dan tidak baik untuk kesihatan. Apabila otak berada dalam keadaan tertekan, ia menghasilkan sejenis hormon kortisol. Jika hormon ini berlebihan, ia memberi kesan yang negatif dan mengganggu sistem keimunan kita.
4. Pengambilan Nutrisi Yang Mencukupi
Kesibukan menyebabkan ramai yang menjadikan makanan yang telah diproses sebagai pilihan, yang mana mempunyai kandungan nutrient yang telah hilang. Nutrien dan sistem imun mempunyai hubung kait. Oleh itu, adalah penting untuk kita mengambilkan nutrien yang meningkatkan keimunan kita.
• Protein: Pengambilan protein yang mencukupi dalam pemakanan harian kita amatlah penting kerana protein adalah nutrien penting yang diperlukan untuk penghasilan imunoglobulin dan pelbagai antibodi. Ini kerana protein terdiri daripada 22 jenis asid amino yang berlainan, 8 jenis daripadanya ialah keperluan badan manusia, badan manusia tidak dapat memprosesnya dan harus mengambilnya badan anda dengan protein yang mencukupi dan berkualiti seperti: daging, ikan, telur dan kekacang.
• Vitamin dan mineral: Membekalkan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh badan seperti Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, Zink, Besi, Selenium dan sebagainya.
    • Lingzhi: Lingzhi mengandungi polisakarida, kompaun triterpene, germanium, protein, unsur selenium dan sebagainya yang dapat membantu menentang kanser dan melaraskan sistem imun. Lingzhi kaya dengan germanium yang dapat meningkatkan penyerapan oksigen dalam darah, mempercepatkan metabolisme dan meningkatkan tahap imun badan manusia. Kompaun Triterpene ialah organik kompaun semula jadi yang dapat memperbaiki alergi dan keradangan. Polisakarida yang mengandungi bahan pencegah kanser dapat mempercepatkan pertumbuhan antibodi, menguatkan sistem imun dan daya tahan badan untuk membantu mencegah pertumbuhan tumor dan penyakit kanker.
• Teh Hijau: Teh hijau mempunyai kandungan antioksidan seperti Flavonoid dan catechin. Oleh itu, ia dapat membantu meningkatkan sistem imun kita. Ahli sains menemui “theanine” di dalam daun teh yang dapat membantu sel imun badan menentang bakteria dan virus.
• Aloe Vera: Tumbuh di kawasan panas dan kering, aloe vera mempunyai ketahanan terhadap cuaca yang tinggi. Ia boleh menyejukkan badan dan mengeluarkan toksin, menyembuhkan keradangan dan menentang bakteria serta meningkatkan daya ketahanan tubuh. Aloe vera mempunyai pelbagai zat aktif seperti asid amino, unsur mikro, vitamin dan sebagainya, khasnya unsur germanium dan sebagainya yang terkandung dalam unsur mikro yang dapat membantu badan mengeluarkan bahan toksin, memulihkan tisu yang luka dan meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.
2.7  ANTIGEN
          Antigen ialah suatu zat yang bila diberikan secara parenteral ke dalam tubuh akan merangsang pembentukan antibodi yang akan bereaksi secara khas dan dapat diamati.

2.7.1 Determinan antigen
Untuk menjadi suatu antigen, sesuatu zat harus memiliki sejumlah sifat-sifat tertentu.
Sifat asing
Hanya antigen yang bersifat asing terhadap suatu individu akan merangsang suatu respon imun. Suatu individu dalam keadaan normal tidak akan memberikan respons imun terhadap antigen tubuhnnya sendiri.
Keantigenan suatu zat berkaitan dengan derajat keasingannya. Penyuntikan sel darah merah domba atau ekstrak jaringan ginjal tikus kepada seekor kelinci akan merangsang pembentukan antibodi. Tetapi penyuntikan sel darah merah kelinci atau ekstrak jaringan ginjal terhadap kelinci yang sama tidak akan merangsang pembentukan antibodi.
Ukuran
Keantigenan berkaitan dengan ukuran molekulnya. Molekul yang sangat besar misalnya hemosianin (Berat Molekulnya 6,75 juta ) bersifas sangat antigenik. Biasanya suatu antigen mempunnyai berat molekul 10.000 atau lebih.
Tergantung dari ukuran antigen dan kemampuan merangsang pembentukan antibodi antigen-antigen dapat dibagi menjadi :
Antigen lengkap
Antigen tidak lengkap/sebagian
Antigen lengkap: Dapat merangsang pembentukan antibodi dan menyebabkan reaksi khas dan dapat diamati dengan antibodi yang terbentuk contohnya protein, polisakarida dan lain-lain.
Antigen tidak lengkap (juga disebut hapten): Hapten ialah zat-zat yang tidak dapat merangsang pembentukan antibodi sendiri, tetapi dapat bereaksi secara khas dengan antibodi, contohnya lipid, asam nukleat, sulfonamida, penisilin dan lain-lain.golongan ini penting dalam klinik karena dapat  terjadi sejumlah reaksi hipersensitivitas sebagai komplikasi pemberian obat-obatan. Hapten dapat dibagi dalam 2 jenis:
Hapten rumit
Hapten sederhana
Hapten rumit
Merupakan zat-zat yang berat molekulnya relatif tinggi dan dapat mengadakan presipitasi dengan antibiotik yang khas misalnya antigen Wassermann (kardiolipit), polisakarida (zat Cstreptokokus) dan asam nukleat.
Hapten sederhana:
Berat molekulnya relatif sederhana dan tidak dapat mengadakan presipitasi dengan antibodi yang khas misalnya pikrat klorida, asam tartrat, asam para aminobenzoat. Zat-zat semacam ini jika terkena tangan, terisap melalui pernafasan atau disuntikan dapat membentuk senyawaan dengan protein plasma sehingga menjadi gabungan hapten asing dan menyebabkan sensitisasi.

Sifat kimiawi:
Sebagai besar antigen yang ada  berupa protein dan polisakarida. Tetapi tidak semua protein bersifat antigenik, gelatin misalnya merupakan salah satu perkecualian. Gugus aromatik harus ada supaya bersifat antigen. Gelatin tidak bersifat antigenik sebab tidak mempunyai gugus aromatik.
Kepekaan terhadap enzim-enzim jaringan:
Hanya zat-zat yang dimetabolisasikan dan peka terhadap enzim-enzim jaringan tdak bersifat antigenik misalnya lateks polistiren. Asam D amino yang tidak di metabolisasikan bi dalam tidak bersifat antigenik. Polipeptiida yang tersusun dari asam  L amino bersifat antigenik.
Kekhasan antigen:
Suatu molekul antigen ada tempat-tempat aktif pada daerah tertentu. Tempat-tempat ini disebut determinan antigen. Bagian lainya molekul antigen bersift lembam(INERT). Pada reaksi antigen-antibodi, molekul antigen akan bereaksi khas pada tempat detrminan dengan gugus pasanganya pada molekul antibodi,misalnya kekhasan antigenik pada kelompok Lancefield pada Streptoccoccus pyogenes type A tergantung pada adanya N. Asetilglukosamin  pada rantai samping kerangka ramnosa.
Kekhasan spesies:
Jaringan dari semua individu pada suatu spesies mengandung antigen yang spesies. Hal ini berguna untuk :
Melacak hubungan evolusi
Pada kedokteran kehakiman dipakai untuk mengidentifikasi spesies dari daerah dan bercak- bercak cairan seperma
Isospesifisitas
Isoangen ialah antigen yang ditemukan pada beberapa anggota dari suatu spesies misalnya :
Antigen eritrosit manusia yang dipakai untuk mengklompokkan golongan darah manusia.
Antigen hitokompatibilitas: HL-A (human leucocyte antigen sistem). Dipergunakan pada transplantasi jaringan dari suatu individu kepada individu lain.
Auto spesifisitas:
Sejumlah antigen dapat bekerja sebagai auto antigen, misalnya protein lensa mata, tiroglobulin dan lain-lain. Dalam keadan tertentu misalnya terluka, terinfeksi atau pada pemberian obat-obatan, jaringan berubah molekul-molekulnya sehinga menjadi asing bagi tubuh individu tersebut dan merangsaang pembuatan antibodi.
Spesifisitas organ
Sifat ini terbatas pada organ atau jaringan suatu spesies. Jika mereka sangat terbatas pada suatu organ, hal ini disebut khas organ misalnyatiroglobuin, proten lensa mata otak, susunan tulang belakang dan kelenjar adrenal suatu apesies  mempunyai spesifisitas yang mirip dengan organ yang sama pada spesies lain.
Spesifisitas heterogenik (hetrofil)
Ditemukan pada sejumlah binatang dan mikrooganisme yang sekelompok. Contoh- contohnya ialah:
Antigen forsmann ditemukan pada jaringan marmut, kucing, kuda, domba, kuman, rikettsia
Reaksi Weil felik pada demam tikus
Reaksi Paul Bunnel pada mononucleosis infectiosa
Uji aglutinasi dingin pada pneumoni atipik primer (primary atypical pneumonia)
2.8  ANTIBODI –IMUNOLOGLOBULIN
          Antibodi  didefinisikan sebagai suatu  zat cair ( ᵞ- globulin) yang dibuat sebagai respon terhhadap rangsangan antigen. Ia bekerja sebagai zat perlindungan terhadap organisme tertentu. Antibodi ditentukan di dalam serum, getah bening dan cairan tubuh lainya. Serum yang mengandung kadar antibodi tinggi sesudah infeksi atau imunisasi disebut serum imun. Sifat-sifat antibodi:
Merupakan suatu protein
Terbentuk sebagai respon terhadap rangsangan antigen
Bereaksi khas dengan antigen yang cocok dengannya dan hasil reaksinya mudah diamati
 Secara kimiawi molekul antibodi sulit dibedakan dengan gama globulin biasa. Globulin merupakan suatu campuran yang rumit dari molekul-molekul protein yang mirip satu sama lain.
IMUNOGLOBULIN: Sebagai batas imunoglobulin ialah protein yang berasal dari hewan yang memiliki aktivitas sebagai antibodi, termasuk juga protein-protein lain yang struktur kimiawinya mirip dengannya
Imunoglobulin dibuat oleh elpplasma dan juga oleh linfosit. Imunoglobulin merupakan 20 sampai 25% dari seluruh protein serum. Istilah imunoglobulin bedasarkan konsep struktural dan kimiawi, sedangkan istilah antibodi berdasarkan konsep biologis dan fungsional. Semua antibodi merupakan imunoglobulin, tetapi tdak semua imunoglobulin bersifat sebagai antibodi.
Bedasarkan ukuranya,kandungan karbonhidrat dan analisis asam aminonya, telah ditetapkan lima kelompok imunoglobulin yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE
2.8.1 Struktur Imuoglobulin:
Imunoglobulin adalah glikoprotein,tiap molekulnya mempunyai dua pasang rantai polipeptida yang ukurannya berbeda terikat oleh ikatan disulfide (S-S). Rantai pendek disebut rantai ringan (light = L) dan rantai panjang disebut rantai berat (heavy = H). Berat molekul rantai L ialah 25.000 sedangkan rantai H 50.000. Rantai L menempel pada rantai H oleh ikatan disulfide. Kedua rantai H diikat oleh 1-5 ikatan S-S tergantung jenis kelas immunoglobulin tersebut. Secara structural dan antigenic rantai H berbeda untuk tiap-tiap kelas.
Kelas-kelas immunoglobulin
IgG merupakan bagian terbesar immunoglobulin serum. Berat molekulnya 150.000 dan angka sedimentasinya 7S. Distribusinya merata pada ruang intravaskuler dan ekstravaskuler. Waktu paruhnya 23 hari. Bentuknya serupa lingkaran dan panjangnya 250-300 A°. Konsentrasinya didalam serum normal adalah 5-16 mg/ml. IgG berperan pada berbagai reaksi imunologis seperti presipitasi, pengikatan komplemen, netralisasi toksin dan virus.
Sifat-sifatnya dapat dilihat pada table berikut:

No.    Sifat-sifat    IgG1    IgG2    IgG3    IgG4
1.    Pengikatan komplement
    +    +    +    +
2.    Pengikatan makrofag
    +    +    +    +
3.    Pengikatan jaringan heterogen
    +    -    +    +
4.    Hambatan pengikatan IgE
    -    -    -    +
5.    Melewati plasenta    +    +    -    +

Ada 4 kelas IgG yang telah ditemukan yaitu IgG1, IgG2, IgG3, IgG4. Tiap-tiap jenis ini mempunyai jenis rantai gama yang berbeda yang dapat dibedakan dengan antiserum khusus.
IgA
IgA adalah gama atau beta globulin yang dapat bergerak cepat, merupakan 10% globulin serum. Kadar normalnya di dalam serum ialah 0,6-4,2 mg/ml. Waktu paruhnya 6-8 hari. Berat molekulnya 160.000 dengan angka sendimentasi 7S. Terdapat dalam konsentrasi tinggi pada kolostrum, air mata, cairan empedu, air liur serta secret saluran pencernaan dan hidung. Jumlahnya akan sangat meningkat pada kasus myeloma multiple. Tidak dapat melewati plasenta. IgA tidak mengikat komplemen tetapi secara aktif mengubah jalur reaksi complement. IgA mengikat fagositosit dan penghancuran mikroorganisme di dalam sel.
IgA yang terdapat di dalam secret mengandung unit struktur tambahan yang disebut bagian transport (T) atau sekretori (S). Bagian T dibuat di dalam sel epitel kelenjar, usus dan saluran pernafasan. Bagian ini melekat pada molekul IgA selama pengangkutannya melalui sel. Bagian T mengikatkan dua molekul IgA pada bagian Fc. Juga dapat ditemukan rantai J pada IgA. Rantai J ini dibuat oleh sel limfoid.
IgM
Juga disebut sebagai macroglobulin yang merupakan 5%-10% dari seluruh serum globulin (kadarnya di dalam serum 0,5-2 mg/ml). Waktu paruhnya 10 haril. Berat molekulnya 900.000-1.000.000 dengan angka sendimentasi 19S. Sebagian besar IgM  berada di dalam pembuluh darah (intravaskuler). Sering ditemukan bentuk polimer dengan rantai J. Bentuknya merupakan bulatan. IgM terbentuk lebih dini pada respon primer, sedangkan IgG dibuat lebih belakangan. Waktu paruhnya 5 hari. Tidak dapat melewati plasenta. IgM lebih efisien bekerja pada reaksi aglutinasi, reaksi sitolisis dan sitotoksik. Pada septikemia sering ditemukan difisiensi IgM.
IgD
Konsentrasinya di dalam serum ialah 0,03 mg/ml. Sebagian besar berada intravaskuler. Waktu paruhnya 3 hari. Fungsinya tidak diketahui dengan jelas.
IgE
Merupakan antibody reaginik yang berperan pada reaksi hipersensitivitas tipe cepat.
Berat molekulnya 190.000 dan angka sedimentasinya 8S. Waktu paruhnya 2 hari. Dapat diinaktifkan dengan pemanasan pada 56°C selama 1 jam. Mempunyai afinitas terhadap sel-sel jaringan (terutama mast-cell) pada spesies yang sama. Menjadi perantara pada reaksi Prausnitz-Kustner. Tidak dapat melewati plasenta atau mengikat komplemen. Sebagian besar berada intravaskuler. Dalam keadaan normal, kadarnya di dalam serum sangat kecil. Pada keadaan atopic seperti asma, demam jerami (hayfever) atau eksim kadarnya akan meningkat, demikian pula pada anak-anak yang mengidap infeksi cacing.
2.9  REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI
Reaksi Antigen antibody sangat berguna untuk menegakkan diagnosis laboratorium berbagai penyakit dan untuk mengidentifikasikan mikroorganisme penyebab infeksi pada survey epidemiologis. Reaksi antigen antibody in vitro disebut reaksi serologis.
Gambaran reaksi antigen antibody:
Reaksi ini bersifat sangat spesifik
Seluruh molekul bereaksi, bukan hanya fragmennya
Tidak terjadi denaturasi antigen atau antibody selama terjadinya infeksi
Ikatan ini terjadi pada permukaan antigen sebab permukaan antigenlah yang bersifat imunologis.
Ikatan yang terjadi bersifat kokoh tetapi reversibel. Daya ikatan ini dipengaruhi oleh sifat afinitas dan aviditas. Afinitas ialah intensitas daya tarik antara molekul-molekul antigen dan antibody. Aviditas ialah kekuatan ikatan sesudah terjadi pembentukan kompleks antigen antibody.
Baik antigen maupun antibody keduanya berperan pada pembentukan aglutinasi atau presipitasi.
Antigen dan antibody dapat berikatan dalam proporsi yang beraneka ragam.
Perbandingan efisiensi kelas-kelas Imunoglobulin pada berbagai jenis reaksi serologis
Reaksi    IgG    IgM    IgA
Presipitasi    Kuat    Lemah    Variabel
Aglutinasi    Lemah    Kuat    Sedang
Pengikatan komplemen    Lemah    Kuat    Negatif
Lisis    Lemah    Kuat    Negatif

PRESIPITASI
    Jika antigen terlarut bergabung dengan antibodinya dalam lingkungan yang mengandung elektrolit (NaCl) pada suhu dan pH yang cocok, maka gabungan antigen ini menjadi presipitat yang tidak dapat larut.

Penggunaan reaksi presipitasi
Penentuan jenis kuman, misalnya mendeteksi adanya zat polisakarida khas kelompok pada streptokokus menurut lancefield dll.
Identifikasi unsur antigenic pada kuman di dalam jaringan binatang yang terinfeksi misalnya uji ascoli pada diagnosis penyakit antraks.
Pembakuan toksin dan antitoksin
Mencari antibody di dalam serum misalnya reaksi kahn untuk membantu menegakkan diagnosis sifilis.
Uji serologis medikolegal untuk mendeteksi darah, serum,dll.

HIPOTESIS PEMBENTUKAN JALA: Antigen bervalensi banyak yang bergabung dengan antibody bervalensi dua dalam perbandingan yang beraneka ragam bereaksi di dalam campuran dan hasilnya tergantung dari perbandingan di dalam campuran tersebut. Presipitasi terjadi bila terbentuk jala yang cukup besar dengan formasi molekul antigen dan antibody berselang-seling. Hal ini hanya mungkin terjadi pada daerah keseimbangan. Pada daerah kelebihan antigen dan antibody pembentukan jala tidak meluas sebab valensi antigen dan antibody sudah jenuh.

2.9.1  Presipitasi :
Jika antigen terlarut bergabung dengan antibodinya dalam lingkungan yang mengandung elektrolit ( NaCl ) pada suhu dan pH yang cocok, maka gabungan antigen antibodi ini menjadi presipitat yang tidak dapat larut.
Penggunaan reaksi presipitasi :
Menentukan jenis kuman
Identifikasi unsur antigenik pada kuman di dalam jaringan binatang yang terinfeksi
Pembakuan toksin dan antitoksin
Mencari antibodi di dalam serum
Uji serologis medikolegal untuk mendeteksi darah, serum dll.
HIPOTESIS PEMBENTUKAN JALA :
    Antigen bervalensi banyak yang bergabung dengan antibodi bervalensi dua dalam perbandingan yang beraneka ragam bereaksi di dalam campuran dan hasilnya tergantung dari perbandingan di dalam campuran tersebut. Presipitasi terjadi bila terbentuk jala yang besar dengan formasi molekul antigen dan antibodi berselang-seling. Mungkin terjadi pada daerah keseimbangan. Daerah kelebihan antigen dan antibodi pembentukan jala tidak meluas sebab valensi antigen antibodi sudah jenuh.
Cara melakukan reaksi presipitasi :
Uji cincin :
Uji ini sangat sederhana untuk mendeteksi adanya antigen. Antigen di alirkan melalui tepi tabung kecil yang telah berisi serum sehingga membentuk dua lapisan. Reaksi smpai terlihat berupa zona putih pada batas antara kedua cairan antigen dan serum yang berisi antibodi tadi.
Cara gelas atas :
Jika setetes antigen dan setetes antibodi di reaksikan pada sebuah gelas alas lalu di aduk dan di goyang-goyangkan maka akan terlihat suatu flokulasi
( penggumpalan ), misalnya pada uji VDRL untuk membantu diagnosis sifilis.
Uji tabung reaksi :
Uji Khan untuk membantu diagnosis sifilis merupakan salah satu contoh reaksi flokulasi di dalam tabung reaksi.
Cara difusi dalam jel :
Antigen dan antibodi dapat di bandingkan untuk menentukan determinan yang sesuai.
Contoh difusi dalam jel :
 Difusi tunggal satu dimensi
 Difusi ganda satu dimensi
 Difusi tunggal dua dimensi ( imunodifusi radial )
 Difusi ganda dua dimensi
 Imunoelektroforesis
 Elektroforesis radioimun
REAKSI AGLUTINASI
    Jika suatu partikel dicampurkan dengan antibodi di dalam elektrolit pada suhu dan pH yang cocok, partikel ini akan di gumpalkan atau di aglutinasikan. Cara ini lebih peka dari pada cara presipitasi dalam mendeteksi suatu antibodi.
Cara melakukan uji aglutinasi :
Uji aglutinasi langsung :
Mikroaglutinasi
Dikerjakan pada sebuah gelas alas bersih dengan mencampurkan satu tetes serum anti dengan satu tetes suspensi antigen. Reaksi ini akan segera terjadi, dipergunakan untuk mendeteksi antigen kuman, penentuan golongan dan tipe darah dll.

2. Makroaglutinasi
    Dikerjakan sebagai uji kuantitatif untuk menghitung titer antibody dan untuk memastikan hasil mikroaglutinasi. Dibawah ini diuraikan jenis-jenis aglutinasi yang terlihat pada antigen kuman:
Jenis aglutinasi flagel atau “H” yang tampak jika suatu suspensi  kuman bergerak yang diberi formalin dicampurkan dengan serum anti. Terjadi flokulasi atau gumpalan seperti salju. Aglutinasi ini akan terjadi setelah pengeraman selama 2 sampai 4 jam pada 52 ͦ C.
Aglutinasi jenis somatik atau “O” terjadi apabila suatu suspensi kuman yang dimatikan dengan pemanasan atau diolah dengan alkohol dicampur dengan serum anti homolog. Aglutinasi yang terjadi bersifat padat dengan butiran-butiran halus. Reaksi ini terjadi dalam waktu 18 sampai 24 jam sesudah pengeraman pada 37 ͦ C.
Aglutinasi Vi mirip dengan aglutinasi O dan terjadi perlahan-lahan pada 37 ͦ C.
Uji aglutinasi tak langsung atau pasif :
Dewasa ini partikel-partikel lembam seperti lateks, bentonit atau sel darah merah telah banyak dipakai sebagai pembantu antigen. Cara ini lebih peka. Partikel lateks terutama dipergunakan untuk menunjukkan adanya faktor Rematoid.
     Suatu uji hemaglutinasi pasif jenis khusus ialah uji Rose-Waaler. Pada penderita artritis rematoid, auto antibodi penderita (faktor RA) muncul di dalam serum dan bekerja sebagai antibodi terhadap gama globulin. Faktor RA dapat mengumpulkan sel darah merah yang dilapisi oleh globulin. Antigen yang dipergunakan disini ialah suspensi sel darah merah domba yang disensitisasikan dengan dosis subaglutinasi anti eritrosit domba dari kelinci (amboseptor).
     Uji Coomb: Dipergunakan untuk mendeteksi adanya antibodi tak lengkap (antibodi anti Rh non aglutinasi), antigen brucella, Shigella dan Salmonella.
     Serum yang mengandung antibodi anti Rh tak lengkap dicampurkan dengan sel-sel Rh positif. Globulin antibodi melapisi permukaan eritrosit. Eritrosit yang dilapisi globulin antibodi dicuci supaya bebas dari protein-protein yang tidak melekat padanya, lalu diolah dengan serum anti kelinci terhadap gama globulin manusia (serum Coomb). Sel-sel ini akan diaglutinasikan. Inilah dasar dari UJI COOMB.
Uji peningkatan komplemen (Complement fixation test atau CFT): Cara ini sangat peka dan dapat mendeteksi 0,04 µg nitrogen antibodi dan 0,1 µg antigen. Cara ini dipergunakan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit:
Penyakit-penyakit oleh kuman misalnya gonore, bruselosis.
Penyakit-penyakit spiroketa misalnya sifilis (reaksi Wassermann) dan lain-lain.
Penyakit-penyakit oleh rickettsia misalnya demam tifus.
Penyakit-penyakit oleh Chlamydia misalnya Lymphogranuloma venereum.
Penyakit-penyakit parasit misalnya Kala azar, kista hidatid, amubiasis.
Dasarnya :
Kemampuan kompleks antigen antibodi mengikat komplemen.
Caranya :
Serum penderita dipanaskan pada 56 ˚C selama 30 menit untuk merusak komplemen yang terkandung di dalam serum itu sendiri. Serum penderita, komplemen (serum marmot) dan antigen dieramkan pada 37 ˚C selama 1 jam. Lalu dimasukkan sel darah merah domba yang disensitisasikan sebagai sistem indikator. Seluruh campuran ini dieramkan lagi pada 37 ˚C selama 1 jam.
Penafsiran :
Jika komplemen sudah terpakai habis, tidak akan terjadi hemolisis. Hal ini berarti bahwa telah terjadi reaksi antara antigen dan antibodi dan hasilnya dinyatakan positif.
     Jika sel darah merah yang disensitisasikan dilisiskan, berarti komplemen tidak terikat dan hasilnya dinyatakan negatif.
Uji netralisasi :
Antibodi khas dapat menetralkan efek biologis virus, toksin dan enzim.
Netralisasi virus : Jika virus dicampurkan dengan serum imun akan kehilangan kemampuan untuk mengidentifikasikan pejamu baru misalnya vaksinia, influenza dan poliomielitis. Netralisasi dapat dihitung pada :
Selaput korio alantois janin ayam (pembentukan “pocks”)
Menghitung “plaque” pada biakan jaringan selapis.
Netralisasi toksin : toksisitas endotoksin tidak dapat dinetralkan dengan serum anti, tetapi eksotoksin kuman merupakan antigen kuat yang dapat merangsang pembentukan antibodi (antitoksin). Antibodi ini dapat melindungi seseorang dari penyakit-penyakit seperti difteri dan tetanus. Uji schick didasarkan atas kemampuan antibodi yang beredar untuk menetralkan toksin difteri. Uji anti streptolisin “O”  (ASO) menetralkan aktivitas hemolisis toksin karena adanya antitoksi pada serum penderita.
Opsonisasi : Merupakan suatu reaksi serologis lain yang menyebabkan kuman lebih peka terhadap fagositosis. Zat yang ada di dalam serum yang meningkatkan fagositosis disebut opsonin.
     Indeks opsinin ialah perbandingan aktivitas fagositosis darah normal. Indeks opsonin diukur dengan mengeramkan darah sitrat agar dengan suspensi kuman pada 37 ˚C selama 15 menit. Lalu jumlah kuman yang difagosit tiap lekosit dihitung pada sediaan hapus darah yang telah diwarnai.
     Uji perlekatan imun (Treponema pallidum):
        Jika suatu suspensi spiroketa hidup diolah dengan antibodi khas dan komplemen. Spiroketa ini akan saling melekat. Uji ini dipakai untuk mengidentifikasikan spiroketa. Reaksi perlekatan ini juga terjadi pada protozoa, microfilaria dan kuman lain.
       Imunoflouresensi: Flouresensi ialah sifat penyerapan berkas sinar suatu panjang gelombang lain. Reaksi serologis yang menggunakan serum anti berlabel dipergunakan untuk mendeteksi sejumlah kecil antigen atau antibodi aktif. Cara ini hanya cocok untuk reaksi kualitatif. Cara antibodi fluoresensi dipergunakan untuk:
Diagnosis serologis cepat sejumlah bakteri
Mendeteksi antibodi antitoksoplasma
Menunjukkan adanya leptospira pada otot manusia dan binatang
Mendeteksi adanya virus di dalam sel.
Sejumlah modifikasi cara antibodi fluoresensi dapat diuraikan seperti di bawah ini:
Cara langsung:
Biasanya dipergunakan untuk mendeteksi antigen dengan menggunakan satu tahap antibodi berlabel zat berfluoresensi.
Cara tak langsung:
Dipergunakan dengan cara menuangi sediaan antigen pada gelas alas dengan serum tak berlabel. Sediaan ini lalu di cuci bersih dan diberi gamaglobulin terhadap serum manusia yang berlabel zat berfluoresensi.
Cara “Sandwitch”
Dipergunakan untuk mendeteksi antibodi di dalam jaringan. Irisan jaringan diberi larutan encer antigen. Sesudah dicuci (untuk menghilangkan kelebihan antigen), irisan ini diberi antibodi berlapis fluoresensi.
Uji mikroskop elektron imun:
Mikroskop elektron imun:
Cara ini berguna untuk mempelajari beberapa virus misalnya virus hepatitis B dan virus-virus penyebab diare. Partikel-partikel virus dicampur dengan serum anti khas lalu dilihat di bawah mikroskop elektron. Partikel-partikel virus akan menggumpal.
Uji feritin imun:
Feritin dikonyugasikan dengan antibodi, lalu antibodi berlabel ini bereaksi dengan antigen dan hasilnya dapat dilihat dibawah mikroskop elektron. Feritin merupakan zat yang padat elektron yang diperoleh dari limpa kuda.
Sistem imunoenzim:
Beberapa enzim stabil seperti peroksida dapat dikonyugasikan dengan antibodi. Irisan jaringan yang mengandung antigen yang sesuai diolah dengan serum anti berlabel peroksidasa. Peroksidasa yang terikat pada antigen dapat diamati di bawah mikroskop elektron dengan cara mikro-histokimia. Beberapa enzim lain seperti oksidasa glukosa, fosfatasa dan tirosinasa juga dapat dipakai pada uji imunoenzim
ini.
2.10 FAGOSITOSIS
           Fagositosis adalah proses seluler dari fagosit dan protista yang menggulung partikel padat dengan membran sel dan membentuk fagosom internal. Fagositosis adalah bentuk spesifik dari endositosis yang melibatkan internalisasi vesikular terhadap partikel padat, seperti bakteri, dan bentuk lain yang cukup berbeda dengan fagositosis, yaitu pinositosis, yaitu internalisasi vesikular terhadap berbagai cairan. Fagositosis bertanggung jawab terhadap akuisisi nutrisi pada beberapa sel, dan di dalam sistem imunitas, fagositosis adalah mekanisme utama untuk menghilangkan patogen dan serpihan sel. Bakteri, sel mati jaringan, dan partikel mineral kecil adalah contoh objek yang akan difagositasi.
Proses ini mirip dengan proses memakan pada tingkat sel tunggal organisme. Di makhluk multiseluler, proses telah diadaptasi untuk mengeliminasi serpihan dan patogen.
Fagositosis di sistem imunitas mamalia diaktifkan oleh penempelan Pathogen-associated moleculer patterns (PAMPS), yang mengaktivasi NF-κB. Oposin seperti C3b dan antibodi bisa beraksi sebagai tempat penempelan dan membantu fagositosis patogen.
Fagositosis adalah sebuah proses yang aktif dimana patogen yang telah terikat oleh pencerap, akan diliputi oleh membran makrofaga dengan kontraksi sistem aktin-miosin, dan masuk ke dalam vesikel yang disebut fagosom. Setelah fagosom menjadi asam, beberapa lisosom makrofaga akan terinduksi dan membentuk fusi guna mengeluarkan enzim, protein untuk mendegradasi patogen. Fusi antara fagosom dan granula makrofaga disebut fagolisosom dengan respon antomikrobial intraselular. Degradasi bisa dilakukan dengan menggunakan oksigen ataupun tanpa oksigen
Degradasi menggunakan oksigen bergantung pada NADPH. Hidrogen peroksida dan myeloperoksidase mengaktifkan sistem berhalogenasi yang memicu penghancuran bakteri. Beberapa zat yang disekresi di dalam fagolisosom antara lain adalah hidrogen peroksida (H2O2), anion superoksida (O2-), nitrit oksida (NO). Zat ini diperoleh dengan bantuan enzim NADPH lysosomal dan enzim lain melalui proses kimiawi yang disebut respiratory burst yang disertai peningkatan konsumsi oksigen dalam rentang waktu yang sangat singkat.[1]
Degradasi tanpa oksigen bergantung pada pelepasan granula, berisi enzim proteolitik seperti defensin, lisozim, dan protein kationik. Peptida antimikrobial juga muncul dalam granula ini, termasuk laktoferin yang melepaskan zat besi untuk menyediakan kondisi yang tidak baik bagi pertumbuhan bakteri.
Di berbagai protista, fagositosis digunakan sebagai cara untuk mencari makan untuk menyediakan semua kebutuhan nutrisi mereka. Hal ini disebut nutrisi fagotropik, berbeda dengan nutrisi osmotrofik yang melakukan penyerapan, bukan fagositosis.
2.11 MEKANISME SISTEM KEKEBALAN TUBUH

         Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak memiliki pertahanan yang kuat, akan  mudah mendapatkan perlawanan baik dari dalam maupun dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur. Begitupun halnya tubuh kita. Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya tubuh kita akan jatuh sakit dan mungkin akan berujung kepada kematian. Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk menjaga agar tubuh kita bisa melawan serangan apapun baik dari dalam maupun dari luar.
Sistem  imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa  membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri.
Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru.
Sistem limfatik  baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan kelenjar limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan sel T dan penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus, bayi yang baru lahir akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel darah putih) dihasilkan oleh Thymus, lien dan sumsum tulang. Leukosit bersirkulasi di dalam badan antara organ tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah. Dengan begitu, sistem imun bekerja terkoordinasi baik memonitor tubuh dari kuman ataupun substansi lain yang bisa menyebabkan problem bagi tubuh.
Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan mereka. Sedangkan sel lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri. Jika kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di dalamnya.
 Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfost B berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T merupakan tentara yang bisa menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi.
 Beberapa kasus penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan system kekebalan tubuh, diantaranya:
Penyakit autoimun dimana sistem imun yang kadangkala salah mengira bagian tubuh kita sendiri dikenal sebagai benda asing dan menyerang diri kita sendiri. Biasanya antibodi yang menyerang diri sendiri ini bisa terbentuk karena adanya rangsangan virus sebelumnya, sehingga antibodi ikut beredar ke seluruh tubuh dan dapat memberikan kerusakan organ pada tubuh kita. Salah satu contoh penyakit yang paling nyata yaitu Sistemic Lupus Eryhtematosus (Lupus).
Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
Sistem imun kadang merespons secara berlebihan atau hipereaktif terhadap suatu benda asing sehingga antigen yang masuk ini disebut alergen dan bisa menumbulkan gejala seperti bengkak, mata berair, pilek alergi, bahkan bisa menimbulkan reaksi alergi hebat yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis. Berbagai macam reaksi alergi yang ditimbulkan antara lain adalah asma, eksim, pilek alergi, batuk alergi, alergi makanan, alergi obat dan alergi terhadap toksin.
Jumlah antibodi bisa diukur secara tak langsung dengan jumlah CD4. Jika jumlahnya kurang maka dicurigai seseorang mempunyai penyakit immunocompromized dimana daya tahan tubuhnya sangat rendah, hal ini bisa terjadi pada orang yang terkena HIV/AIDS, dan non HIV (pengguna kortikosteroid lama, individu yang terkena kanker,penyakit kronik seperti gagal ginjal, gagal jantung, diabetes, dll)







  


























BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
        Keimunan badan kita mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup dan pemakanan kita. Jika badan dibekalkan dengan nutrien yang mencukupi dan sesuai, sistem imun kita dapat diperkuatkan. Produk berkualiti seperti Phyto Greens, Jus Aloe Vera, Royal Spora Lingzhi dan Teh Hijau dapat meningkatkan daya ketahanan badan kita. Kita dikelilingi oleh virus dan bakteri, oleh itu, adalah amat penting untuk memastikan sistem imun kita berfungsi dengan baik supaya dapat mempertahankan badan dan melawan dari berbagai penyakit.
3.2 SARAN
        Agar dalam penyusunan karya ilmiah ini bisa memberikan manfaat yang besar maka penulis menyarankan:
Jaga pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit
Memperhatikan setiap makanan yang akan dikonsumsi
Memelihara lingkungan yang bersih dan sehat













DAFTAR RUJUKAN

Guide,Suide,MD,(1990).Mikrobiologi Dasar Ed.3.Jakarta: Binarupa Aksara
Tambayong,Jan,dr,(2000).Mikrobiologi Untuk Keperawatan.Jakarta: Widya Medika
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kekebalan
Ishimoto H, Yanagihara K, Araki N, et al. (2008). "Single-cell observation of phagocytosis by human blood dendritic cells". Jpn. J. Infect Dis.
M.J.Parka, V.A. Stucke.Microbiology for Nursing.(1982).Bailliere Tindall.



   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar