Jumat, 24 Januari 2014

Laporan Keperawatan Gerontik Di Ruang Tulip Panti Wherda Tulung Agung




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup bangsa Indonesia.
Adat budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan, lansia merupakan figur yang dihormati dan merupakan sumber daya yang bernilai tentang pengetahuan dan pengalaman hidup serta kearifan yang dimiliki masih dapat dimanfaatkan. Lansia pada umumnya saat ini mengalami keluhan penyakit degeneratif yang juga merupakan salah satu indikator berhasil atau tidaknya pembangunan nasional itu sendiri.
Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Dinegara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari. Pada tahun 1985 dan diperkirakan 50 % dari penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga istilah “baby bom” pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Menurut Boedhi Darmojo, disebutkan bahwa orang lanjut usia (lebih 55 tahun), di Indonesia tahun 2000 sebanyak 22,2 juta atau sebanyak 10 % dari total penduduk dan diperkirakan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 29,12 juta atau 11,0 %. Peningkatan tersebut berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 65 – 70 tahun pada 2000 menjadi 70 – 75 pada tahun 2020.
Meningkatnya umur harapan hidup tersebut akan terwujud bila :
a)      Pelayanan kesehatan efektif
b)      Angka kematian bayi menurun
c)      Adanya perbaikan gizi dan sanitasi serta
d)     Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi
Berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup akan memberikan dampak meningkatnya masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri.
Peran perawat dalam meminimalkan dan mengantisipasi masalah kesehatan pada lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawaatan pada lansia baik dalam keadaan sehat maupun sakit pada tingkat individu maupun kelompok. Fokus asuhan keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.
Kegiatan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung merupakan salah satu sasaran pelayanan keperawatan yang komprehensif pada lansia dari individu maupun kelompok. Berkaitan dengan kondisi diatas kami mahasiswa Prodi DIII Keperawatan UNP Kediri yang bertugas di wisma Tulip dalam rangka praktik klinik Keperawatan Gerontik II ingin menerapkan konsep asuhan keperawatan tentang lansia secara langsung di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan kelompok lanjut usia dalam kehidupan panti secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
a)      Mampu melakukan pengkajian pada lansia
b)      Mampu merumuskan diagnosa keperawatan lansia
c)      Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan
d)     Melakukan tindakan keperawatan pada lansia
e)      Mampu melaksanakan evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang diberikan.







1.3  Manfaat Kegiatan
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan konsep teori tentang asuhan keperawatan kelompok gerontik yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
1.3.2 Bagi lansia
a)      Lansia mendapatkan pelayanan keperawatan secara komprehensif.
b)      Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya.
c)      Lansia mendapat penjelasan tentang kesehatan secara sederhana.
1.3.3        Bagi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
a)      Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia
b)      Mendapatkan masukan tentang masalah kesehatan pada lansia serta alternatif pemecahannya.
1.3.4     Bagi institusi pendidikan
Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia di lingkungan Panti.

1.4  Sistematika laporan
1.4.1        Sistematika laporan kegiatan ini adalah:
a)      Bab 1 pendahuluan memuat : latar belakang, tujuan kegiatan, manfaat kegiatan, dan sistematika laporan
b)      Bab 2 konsep teori memuat : konsep lansia dan asuhan keperawatan
c)      Bab 3 asuhan keperawatan gerontik memuat : pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
d)     Bab 4 penutup  memuat kesimpulan dan saran






BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Pengertian UPT PSLU
UPT PSLU (Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia) merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur yang mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan sosial bagi para lanjut usia yang terlantar sehingga dihari tuanya akan tercipta suasana hidup dengan ketentraman lahir dan batin

2.2  Pelayanan dalam Panti
2.2.1     Pelayanan sosial : diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan hubungan sosial dan penyesuaian sosial secara serasih dan harmonis diantara lanjut usia, lanjut usia dengan keluarganya, lanjut usia dengan petugas, lanjut usia dengan pimpinan Panti dan lanjut usia sengan masyarakat. Pelayanan sosial ini berupa konsultasi sosial, terapi sosial, konseling perorangan, bimbingan kelompok, pelayanan rekreasi,bimbingan ketrampilan merawat orang sakit atau meninggal (termasuk cara memandikan jenasah).
2.2.2     Pelayanan fisik : diberikan kepada klien dalam rangka memperkuat daya tahan fisik. Dalam bentuk : pelayanan kesehatan meliputi penyediaan tenaga dokter atau perawat, fisioterapi, penyediaan menu makanan tambahan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan, klinik lanjut usia, kebugaran, kerja bakti, pakaian, sarana dan prasarana hidup sehari-hari (peralatan mandi, tidur, sholat).
2.2.3     Pelayanan psikososial adalah diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan situasi sosial psikologis yang memungkinkan tumbuhnya perasaan nyaman, senang dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Misalnya : konseling atau konsultasi psikososial.
2.2.4     Pelayanan ketrampilan adalah diberikan tidak saja untuk pengisian waktu luang, melainkan untuk meningkatkan produktivitas agar ia dapat menambah penghasilannya atau mempertahankan kemampuan atau ketrampilan.
2.2.5     Pelayanan spiritual/keagamaan : diberikan kepada klien dalam rangka memperkuat mental/spiritual dan kerohaniaan terutama dalam melaksanakan peribadatan sehari-hari. Pelayanan yang diberikan antaralain : penyediaan sarana dan prasarana ibadah, bimbingan rohani.

2.2.6     Pelayanan pendampingan : diberikan dengan cara mendampingi setiap lanjut usia dalam melanjutkan kehidupan sehari-hari. Pelayanan ini bisa dilakukan baik oleh pengasuh, perawat atau pekerja sosial sesuai kondisi Panti.
2.2.7     Pelayanan bantuan hukum : diberikan kepada lanjut usia yang mengalami tindak kekerasan baik dalam pelayanan Panti maupun dalam keluarganya. Tujuannya untuk melindungi lanjut usia dari hal-hal yang tidak di inginkan yang menyebakan lanjut usia menjadi korban pihak-pihak tertentu yang kurang bertanggung jawab.

2.3  Aspek Sosial dan Budaya Lansia
Pembangunan di segala bidang menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik, dan usia harapan hidup makin meningkat, serta jumlah lanjut usia makin bertambah. Untuk meningkatkan kesejahteraan lanjut usia tersebut, oleh pemerintah bersama masyarakat telah digerahkkan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia dalam bentuk :
a)      Perlindungan sosial.
b)      Bantuan sosial.
c)      Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
d)     Pelayanan kesehatan.
e)      Pemberdayaan lanjut usia agar mereka siap didayagunakan sesuai kemampuan masing-masing.
f)       Mendorong agar lanjut usia bergabung dengan organisasi sosial atau organisasi lanjut usia atau organisasi masyarakat lainnya.
Di samping perbaikan di bidang kesejahteraan sosial, arus globalisasi di bidang komunikasi, informasi, transportasi, dan pendidikan niscaya menimbulkan pengaruh luar yang mengikis budaya masyarakat yang selama ini ada terhadap hubungan antar anggota keluarga mereka, termasuk yang tergolong lanjut usia. Nilai kekerabatan dalam kehidupan keluarga semakin melemah dalam keluarga yang mengarah pada bentuk keluarga kecil, terlebih-lebih dalam masyarakat industri dimana lanjut usia terpisah dari anggota keluarga lainnya akibat urbanisasi. Anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan dan terpaksa hidup sendiri dan dalam kesepian. Dengan demikian, budaya “Tiga generasi dibawa satu atap” makin sulit dipertahankan, karena ukuran rumah didaerah perkotaan yang sempit, sehingga kurang memungkinkan para lanjut usia tinggal bersama anak, menantu dan cucunya.
Menggabungkan diri dengan organisasi sosial dan organisasi kemasyarakatan belum membudaya dan melembaga, sehingga pembinaan terhadap lanjut usia secara kelompok sulit dilakukan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu dilakukan upaya khusus yang dasarnya telah dirumuskan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dan tambahan lembaran Negara Nomor 3796.
Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual, yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia. Menurut Undang-undang no. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia potensial (masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa) meliputi: pelayanan keagamaan dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan kerja, pelayanan pendidikan dan pelatihan, pelayanan untuk mendapat kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum, pemberian kemudahan dalam  layanan dan bantuan hukum, bantuan sosial.
Dan untuk yang tidak potensial meliputi : pelayanan keagamaan dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum, pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, perlindungan sosial. Ini adalah bentuk perlindungan sosial dan bantuan sosial dari pemerintah dan atau masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia,dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Upaya ini bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain permasalahan umum : masih besarnya jumlah lanjut usia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan, lahirnya kelompok masyarakat industri, masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia dalam berbagai bisdang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia, belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut usia. Disamping itu menurut Departemen Sosial Republik Indonesi (1998), ada beberapa permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia yang salah satunya adalah berlangsungnya Aging proses, yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penurunan peran sosialnya dan dapat menjadikannya lebih tergantung kepada pihak lain. Aging proses membawa banyak perubahan pada badan/jasmani, jiwa, social.
Jika dilihat dari aspek sosial dan budaya begitu banyak permasalahan yang timbul dan membutuhkan penanganan dari berbagai bidang dan melibatkan berbagai kelompok profesional, yang salah satunya adalah keperawatan ,yang merupakan bagian integral dari kesehatan yang mempunyai ilmu dan kiat-kiat tertentu didalam ikut bertanggungjawab meningkatkan kesejahteraan sosial usia lanjut. Kesehatan dalam pengertian UU no. 13/1998 adalah Keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan adanya undang-undang no. 13 / 1998 adalah merupakan suatu kekuatan yang menjadi dasar untuk bekerja dan ini tentu perlu berkordinasi dengan departemen terkait yang menangani masalah lansia tersebut.

2.4  Teori tentang Proses menua
Sebelum membahas tentang teori tentang proses menua, terlebih dahulu diberikan batasan mengenai lanjut usia, menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
2.4.1        Teori Biologis
a)      Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b)      Pemakaian dan Rusak
Setiap sel pada tubuh manusia telah menjalankan tugasnya masing-masing. Kelelahan dan stres selama pemakaian sel untuk proses perkembangan dan pertumbuhan perlahan-lahan menyebabkan kerusakan pada sel itu sendiri.
c)      Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Pada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d)     Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan  lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah  dipakai.
e)      Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

2.4.2        Teori Sosial
a)      Teori Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
b)      Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni:
1)      Kehilangan peran
2)      Hambatan kontrol sosial
3)      Berkurangnya komitmen
c)      Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1)      Lansia tidak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
2)      Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
3)      Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.

2.4.3        Teori Psikologi
a)      Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b)      Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar  atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.

2.5  Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
2.5.1        Perubahan fisik
a)      Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler.
b)      Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra  sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran  timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin.
c)      Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis  dan hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d)     Sistem Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggal.
e)      Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f)       Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80%, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin.
g)      Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, GFR menurun sampai 50%. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75% doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang  dan menjadi alkali.
h)      Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i)        Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan  jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j)        Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban  bergerak, otot kram dan tremor.

2.5.2        Perubahan Mental
a)      Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
1)      Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2)      Kesehatan umum
3)      Tingkat pendidikan
4)      Keturunan
5)      Lingkungan
b)      Kenangan (memori) ada 2 :
1)      Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
2)      Kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
c)      Intelegentia Quote :
1)      Tidak berubah dengan informasi  matematika dan perkataan verbal
2)      Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

2.5.3        Perubahan Perubahan Psikososial
a)      Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b)      Merasakan atau sadar akan kematian
c)      Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

2.6  Masalah-masalah yang sering terjadi pada Lanjut Usia
2.6.1Masalah gizi
a)      Gizi Berlebihan
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sukar diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.
b)      Gizi Kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun kemungkinan akan mudah kena infeksi pada organ-organ tubuh yang vital.
c)      Kekurangan Vitamin
Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, lesu, dan tidak semangat.

2.6.2        Resiko cedera (Jatuh)
Jatuh akan menyebabkan cedera jaringan lunak bahkan fraktur pangkal paha atau pergelangan tangan. Keadaan tersebut menyebabkan nyeri dan immobilisasi dengan segala akibatnya. Banyak faktor resiko yang dapat diidentifikasi serta tak sedikit hal-hal yang dapat dimodifikasi agar jatuh tak terjadi / tak terulang.
a)      Faktor Resiko Internal
Gangguan penglihatan, gangguan adaptasi gelap, infeksi telinga, obat golongan Aminoglikosida, vertigo, perkapuran vertebra cervikal, gangguan aliran darah otak, artritis, lemah otot tungkai, hipotensi postural, pnemoni, penyakit sistemik (ISK, gagal jantung, dehidrasi, diabetes melitus, hipoglikemi).
b)    Faktor Resiko Eksternal
Turun tangga, benda-benda yang harus dilangkahi, lantai licin, kain atau celana terlalu panjang, tali sepatu, tempat tidur terlalu tinggi atau terlalu rendah, kursi roda tidak terkunci, penerangan kurang, tempat kaki kursi roda, WC jauh dari kamar, WC terlalu rendah.
c)     Tindakan
1)      Identifikasi faktor resiko
2)      Perhatikan kelainan cara berjalan/duduk
3)      Romberg test
4)      Uji keseimbangan sederhana
5)      Berkurangnya lebar langkah
6)      Modifikasi  faktor resiko internal.

2.6.3        Delirium
Salah satu karakteristik pasien geriatri adalah gejala dan tanda penyakit tidak khas sesuai dengan organ/ sistem organ yang sakit. Seringkali suatu penyakit siatemik dimunculkan dalam bentuk gangguan kesadaran walaupun sistem saraf pusat tidak terganggu.Walaupun demikian penyakit susunan saraf pusat juga tetap dapat muncul dalam bentuk gangguan kesadaran. Dengan demikian maka perlu ditingkatkan kewaspadaan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan – kelainan sistemik yang dapat mendasari delirium agar penyakit tidak berkembang menjadi berat.
a)      Penyebab: Stroke, tumor otak, pneumonia, ISK, dehidrasi, diare, hiper/hipoglikemia, hipoksia dan putus obat.
b)      Gejala: Kurang perhatian, gelisah, gangguan pola tidur, murung, perubahan kesadaran, disorientasi, halusinasi, sulit konsentrasi, sangat mudah lupa, hipoaktif, hiperaktif.
c)      Sikap:
1)      Sakit kepala / pusing dikaji dengan cermat
2)      Perhatikan keluahan penglihatan
3)      Atasi batuk pilek meriang secepatnya
d)     Rencana tindak lanjut: Identifikasi dan konsul lebih lanjut bila ada keluhan berkemih, nafsu makan berkurang, muntah berak, mual, berkeringat dingin, pingsan sesaat.

2.6.4 Immobilisasi
Immobilisasi atau berbaring terus ditempat tidur dapat menimbulkan atrofi otot, dekubitus dan malnutrisi serta pneumonia. Faktor resiko : Osteoartritis, fraktur, DC, stroke, demensia, vertigo, PPOK, hipotyroidi, gangguan penglihatan, hipotensi postural,anemia, nyeri, lemah otot, keterbatasan ruang lingkup gerak sendi, dan sesak nafas.

2.6.5 Hipertensi
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung, dan penyakit jantung kroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebro vaskuler.
Secara nyata kematian karena CVD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi. Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
a)   Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan  atau tekanan diastolik sama atau lebih dari 90 mmHg.
b)   Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 190 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.












BAB III

3.1  DATA UMUM
Identitas Panti Werda:
Nama Panti                      : UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar  di Tulungagung
Alamat                             : Jln. Panglima Jenderal Sudirman V/43 Tulungagung (66212)
Telepon                            : (0355) 331083
Nama Kepala Panti          : Suprianto, S.Sos. MM
Tahun berdiri                    : 1938
Kepala Seksi Bimbingan  : Sunu Pantjadarmo, Aks,Msi
Dikelola oleh                    : Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

3.2  DATA INTI
a.       Sejarah Berdirinya Panti Werda
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung merupakan tempat yang melaksanakan sebagian tugas Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur dibidang penyantunan, rehabilitasi, bantuan, pengembangan dan resosialisasi. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung didirikan pada tahun 1938 bersifat sebagai pennampung sosial (gelandangan dan pengemis, wanita tuna susila, orang terlantar) yang mana pada waktu itu bangunan belum permanen dan terbuat dari anyaman bambu.
Pada tahun 1984 sampai sekarang pelayanan lebih difokuskan lagi pada lansia terlantar, sedangkan pada tahun 1987 diadakan penataan panti dan perubahan menjadi Panti Werda Waluyo Husodo. Pada tahun 2002 dengan adanya otonomi daeran, ditindak lanjuti dengan keputusan gubernur No.51 tahun 2003 tentang fungsi dan tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Sosial (UPS) ada dibawah naungan PSTW Wlingi Blitar. Dan dengan adanya PERGUB No.119 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Unit Pelaksan Teknis Sosial Propinsi Jawa Timur. Maka pada tahun 2009 berubah lagi menjadi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar. Dan  di Tulungagung merupakan seksi bimbingan dan pembinaan lanjut dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar.
Sebagai pencerminan dari UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dan pasal 34, maka warga Negara yang sudah lanjut usia juga berhak mendapatkan pengayoman dari pemerintah yang diwujutkan melalui pelayanan lanjut usia/ jompo yang di tempatkan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.

b.      Data Demografi
*      Jumlah anggota           : 80 orang lansia
*      Jumlah personil/karyawan di tempatkan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung ada 23 orang terdiri dari :
·         PNS                                                     : 21 orang
·         Tenaga Honorer (kontrak)                   : 2 orang
-          Kepala Seksi                                 : 1 orang
-          Staf Panti                                      : 15 rang
-          Juru Masak                                    : 2 orang
-          SAT-POL-PP                                : 3 orang
-          Pembimbing                                  : 1 orang
-          Pesuruh                                         : 1 orang
-          Tukang kebun                               : 1 orang
·         Luas tanah ()/ Status                      : 9.170 m2/ Hak Pakai
·         Luas bangunan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
-          Total                                           : 2.083,85 m²
-          Kantor                                        : 78 m²
-          Ruang aula                                 : 320,85 m²
-          Ruang ibadah                             : 49 m²
-          Wisma                                        : 1.476 m²
-          Dapur                                         : 104 m²
-          Rumah dinas                              : 56 m²
·         Prasarana Lainyan                  
-          Komplek                                                : P. Jend. Sudirman GG. V No. 43
-          Pagar                                          : Tembok Keliling
-          Listrik                                         : 5 Bh Meter Kontrol
-          Sarana Air                                  : PDAM dan Sanyo
-          Lapangan Olah Raga                 : Tenis Meja
-          Kendaraan Roda 4                     :       -
-          Kendaraan Roda 2                     : 3 Buah

*      Distribusi lansia (Wisma Tulip) menurut:
Tabel  3.1 Tabel distribusi lansia wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan, tinggal dirumah

No
Distribusi Lansia Menurut
Frekwensi
1
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki

-
L: 20 orang
2
Umur  (WHO)
60-74 tahun
75-90 tahun
Diatas 90 tahun

11 Orang
9 Orang
0 Orang
3
Status perkawinan
Ø  Menikah
Ø  Tidak Menikah

16 orang
4 orang
4
Riwayat Pekerjaan
Ø  Bekerja
-          Sopir
-          Sinden
-          TNI
-          Kuli Bangunan
-          TKI
-          Tani
-          Lain-lain
Ø  Tidak bekerja

19 orang
2 orang
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
9 orang
3 orang
1 orang
5






Agama
Ø  Islam
Ø  Kristen
Ø  Katolik
Ø  Budha
Ø  Hindu
Ø  Lain-lain

15 orang
5 orang
-
-
-
-

6

Pendidikan Terakhir
*  SD
*  SMP
*  SMA
*  Tidak Sekolah


8 Orang
5 Orang
5 Orang
2 Orang


c.       Vital Statistik
1)      Identitas secara umum
Pengkajian yang terkaji
Gambar.3.1 Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan jumlah lanjut usia yang terkaji.
Dari diagram diatas jumlah lansia sebanyak 20 ( 100%)

Jenis Kelamin
Gambar 3.2. Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan jenis kelamin.
Dari diagram 3.2 diketahui 100 % (20) lansia yang berjenis kelamin laki-laki.





 Kategori Usia
Gambar 3.3. Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan usia
Dari diagram diatas jumlah 11 lansia tergolong lanjut  usia (elderly) dan 9 lansia tergolong lanjut usia tua (old)

Status Perkawinan
Gambar 3.4. Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan status perkawinan.
Dari Diagram diatas jumlah 16 lansia yang berstatus menikah, dan 4 lansia tidak menikah (n:20 orang)














Riwayat Pekerjaan
Gambar 3.5. Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan riwayat pekerjaan
Dari diagram diatas jumlah lansia memiliki riwayat pekerjaan sebagai sopir 2 orang, sinden 1 orang, TNI 1 orang, Tani 9 orang, kuli bangunan 2 orang, TKI 1 orang , lain-lain 4 orang.(n:20 lansia)

Agama
Gambar 3. 6 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan riwayat pekerjaan
Dari diagram diatas jumlah 16 lansia beragama islam dan 4 lansia beragama Kristen (n:20 lansia)





Pendidikan Terakhir
Gambar 3.7 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan Pendidikan terakhir
Dari diagram diatas jumlah 8 lansia berpendidikan terakhir SD, 5 lansia berpendidikan terakhir SMP, 5 lansia berpendidikan terakhir SMA, dan 2 lansia tidak pernah sekolah (n: 20 lansia)

 Lama Tinggal
Gambar3. 8 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan lama tinggal dipanti
Dari diagram diatas jumlah 6 lansia tinggal selama , 1 tahun, 12 lansia lama tinggal 1-5 tahun, dan 2 lansia .5 tahun(n:20 lansia)






2)      Riwayat kesehatan
Keluhan saat ini
Gambar  3.9 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan keluhan saat ini
Dari diagram diatas julah 4 lansia memiliki riwayat keluhan asam urat, 2 lansia mengeluh pusing, 8 lansia mengeluh tekanan darah tinggi, 3 lansia mengeluh pandangan kabur, 1 lansia mengeluh gatal-gatal, 1 lansia mengeluh kembung, 1 lansia mengalami DM(n:20 lansia)

Kegiatan hidup sehari-hari
Minum
Gambar 3.10 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan jumlah minum
Dari diagram 10 diketahui 8 lansia memiliki kebiasaan minum   <1l/hari,ada 8 lansia memiliki kebiasaan minum 1-2 l/hari,ada 4 orang yang memiliki kebiasaan minum >2l/hari (n:20 lansia)


Istirahat tidur
Gambar 3.11 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan istirahat.
Dari diagram diatas jumlah 1 lansia memiliki kebiasaan tidur 3,5 jam/ hari, ada 2 lansia 6 jam/hari, 3 lansia 7 jam/hari, ada 7 lansia8 jam/hari, 4 lansia 9 jam/hari, ada 3 lansia ada 10 jam/hari.

Kebersihan diri
Gambar 3.12 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan Kebersihan Diri.
Dari diagram diatas jumlah 16 lansia memiliki kebiasaan mandiri, 4 lansia memerlukan bantuan minimal.


Kemandirian
Gambar 3.13 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan kemandirian ADL.
Dari diagram diatas jumlah 13 mrmiliki kebiasaan mandiri, 6 lansia memerlukan bantuan minimal, 1 lansia memerlukan bantuan beraktifitas.(n:20 lansia)

Perilaku Terhadap Kesehatan
Merokok
Gambar 3.14 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan kebiasaan merokok.
Dari diagram diatas jumlah11 lansia memiliki kebiasaan merokok, dan 9 lansia tidak merokok.

Minum Kopi
Gambar 3.15 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan kebiasaan minum kopi.
Dari diagram diatas jumlah 2 lansiatidak terbiasa merokok, 14 lansia memiliki kebiasaan minum kopi 1 gelas/ hari, 4 lansia memiliki kebiasaan minum kopi 2 gelas/ hari.

Kebiasaan Minum alkohol
Gambar 3.16 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan kebiasaan minum alkohol
Dari diagram diatas jumlah 100 % lansia tidak terbiasa minum alkohol (n:20 lansia)



Gula
Gambar 3.17 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan kegiatan hidup sehari-hari dalam mengkonsumsi gula
Dari diagram diatas jumlah 14 lansia suka mengkonsumsi gula, dan 6 lansia tidak suka mengkonsumsi gula (n: 20 lansia)

Garam
Gambar 3.18 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan kegiatan hidup sehari-hari dalam mengkonsumsi garam.
Dari diagram diatas jumlah 14 lansia suka mengonsumsi garam, 6 lansia tidak suka mengkonsumsi garam




c)      Nilai Terhadap Keshatan.
Menurut beberapa lansia yang telah dilakukan wawancara dapat disimpulkan
Bahwa suatu penyakit adalah bawaan menurut usia saat ini dan sebagian lansia beranggapan bahwa sesuatu penyakit dapat dicegahdengan cara mengikuti senam lansia dan menyediakan obat-obatan yang pernah diderita.
      Mengenai posyandu lansia para lansia mengatakan tidak pernah mengikuti posyandu lansia melainkan langsung mendapat kunjungan rutin dari puskesmas setempat,untuk mengngkapkan permasalahan atau keluhan yang saat ini dirasakan untuk diberikan obat.
      Bila ditanya tentang cara pencegahan penyakit lansia mengatakan sudah memiliki persediaan obat yang dibeli sendiri diwrung atau apotek terdekat.Untuk gizi lansia,sebagian besar mereka kurang memahami dengan jelas .Terkadang ada beberrapa lansia bila tidak suka dengan menu makanan yang diberikan oleh pihak dapur,merka lebih memilih untuk membeli makanan diluar,atau pedagang makanan yang masuk diwilayah Panti.
d.      Data Sub Sistem
a)    Lingkungan fisik
1)      Sarana perumahan
a.         Kontruksi                                        : Permanen
b.         Luas                                                : 7656  
c.         Lantai                                             : Tegel
d.        Penerangan                                     : Lampu
e.         Pencahayaan                                   : Baik
f.          Jenis ruangan                                  : Petak
g.         Atap Rumah                                               : Genteng
h.         Dinding                                          : Tembok
i.           Kebersihan Lantai                                      : Baik
j.           Ventilasi                                         : 15% luas lantai
k.         Pengaturan penataan perabot         : Baik
l.           Kelengkapan alat rumah tangga     : Tidak Lengkap




2)      Sanitasi
a.       Penyediaan air bersih (MCK)         : Sumur
b.      Penyediaan air minum                    : Beli (aqua) atau air masak dari dapur
c.       Pengelolaan jamban                        : Bersama
d.      Jenis Jamban                                   : Leher angsa, 1 duduk
e.       Jarak dengan sumber air                 : < 10 meter
f.       Sarana pembuangan air limbah       : ada
g.      Petugas sampah                              : Dikelola dinas
h.      Polusi udara                                    :  tidak ada
3)      Fasilitas
a.         Peternakan                          : Tidak
b.        Perikanan                            : Ada, jenis: kolam ikan
c.         Sarana Olah Raga               : Ada, senam satu minggu 3 kali (Senin, Rabu, Jum’at)
d.        Taman                                 : Ada
e.         Ruang Pertemuan               : Ada
f.         Sarana Hiburan                   : televisi

4)      Keamanan, Transportasi, dan Komunikasi
a.    Keamanan
   Penanggulangan kebakaran              : Ada
   Penanggulangan bencana                   : Ada
b.    Transportasi
   Kondisi jalan masuk Panti                : Paving
   Jenis transportasi yang dimiliki         : Ambulan dari RS Dr.Iskak
c.    Komunikasi
   Sarana komunikasi                                                     : Ada
   Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti         : Telepon
   Cara penyebaran informasi                                       : Langsung     









5)      Politik dan pemerintahan
a.       struktur organisasi :
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI
UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BLITAR








 















Gambar Bagan 3.1 Bagan Struktur Organisasi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung










b.      Program – Program Panti Werda :
1)      senam lansia                     : setiap hari  senin, rabu, jumat.
2)      Bimbingan sosial : setiap hari kamis
3)      Kerajianan tangan            : setiap hari selasa (2 minggu sekali )
4)      Pengajian                                     : setiap hari rabu
5)      Agama Kristen                 : setiap hari jumat
6)      Kerja bakti                       : senin – minggu (jam 7.00-8.00)
7)      Pemberian alat mandi      : minggu ke 1 dan 2 ( 1 bulan 2 kali)
8)      Pemeriksaan kesehatan    : setiap hari rabu

c.       Sitem Pendanaan Panti
Dikelola oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

6)      Ekonomi
a.       Status Pekerjaan Anggota Kelompok Lansia
Sebagian besar kelompok lansia di wisma Tulip tidak bekerja
b.      Tingkat Pendapatan Anggota Kelompok
Kelompok lasia di wisma Tulip mendapatkan pendapatan dari keluarga yang berkunjung ataupun dari keluarga yang mengirim.
c.       Sarana Ekonomi Yang Tersedia di Masyarakat ( pasar, toko, warung) : terdapat warung dan pertokoan yang jaraknya hanya 100 meter dari UPT pelayanan Sosial Lanjut Usia.

7) Rekreasi
a.       Sarana rekreasi yang tersedia di masyarakat
Televisi, radio, ketrampilan tangan
b.      Kebiasaan rekreasi / pola pemanfaatan waktu luang
Nonton televisi, keterampilan tangan dan bersantai

8) Keselamatan
a. pola penggunaan alat bantu jalan, lingkungan yang beresiko terjadinya kecelakan pada lansia : disekitar wisma terdapat tiang pegangan untuk membantu berjalan lansia agar tidak jatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar