BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembangunan nasional
telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran, sehingga dapat meningkatkan
kualitas kesejahteraan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup bangsa
Indonesia.
Adat budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan, lansia merupakan figur
yang dihormati dan merupakan sumber daya yang bernilai tentang pengetahuan dan
pengalaman hidup serta kearifan yang dimiliki masih dapat dimanfaatkan. Lansia pada umumnya saat ini mengalami keluhan penyakit
degeneratif yang juga merupakan salah satu indikator berhasil atau tidaknya
pembangunan nasional itu sendiri.
Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia
diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada
tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Dinegara maju seperti Amerika Serikat
pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari. Pada tahun 1985
dan diperkirakan 50 % dari penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga istilah
“baby bom” pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Menurut Boedhi Darmojo, disebutkan bahwa orang
lanjut usia (lebih 55 tahun), di Indonesia tahun 2000 sebanyak 22,2 juta atau
sebanyak 10 % dari total penduduk dan diperkirakan jumlah tersebut meningkat
pada tahun 2020 menjadi 29,12 juta atau 11,0 %. Peningkatan tersebut berkaitan
dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 65 – 70 tahun pada 2000 menjadi 70
– 75 pada tahun 2020.
Meningkatnya
umur harapan hidup tersebut akan terwujud bila :
a) Pelayanan
kesehatan efektif
b) Angka
kematian bayi menurun
c) Adanya
perbaikan gizi dan sanitasi serta
d) Meningkatnya
pengawasan terhadap penyakit infeksi
Berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan
meningkatnya umur harapan hidup akan memberikan dampak meningkatnya masalah
kesehatan terutama yang berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri.
Peran perawat dalam meminimalkan dan mengantisipasi
masalah kesehatan pada lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawaatan pada
lansia baik dalam keadaan sehat maupun sakit pada tingkat individu maupun
kelompok. Fokus asuhan keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dan mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.
Kegiatan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung merupakan salah satu sasaran pelayanan keperawatan yang
komprehensif pada lansia dari individu maupun kelompok. Berkaitan dengan
kondisi diatas kami mahasiswa Prodi DIII Keperawatan UNP Kediri yang bertugas
di wisma Tulip dalam rangka praktik
klinik Keperawatan Gerontik II ingin menerapkan konsep asuhan keperawatan
tentang lansia secara langsung di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di
Tulungagung.
1.2
Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa
dapat memberikan asuhan keperawatan kelompok lanjut usia dalam kehidupan panti
secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara
komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Mampu
melakukan pengkajian pada lansia
b) Mampu
merumuskan diagnosa keperawatan lansia
c) Mampu
menyusun rencana asuhan keperawatan
d) Melakukan
tindakan keperawatan pada lansia
e) Mampu
melaksanakan evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang diberikan.
1.3 Manfaat
Kegiatan
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Dapat
menerapkan konsep teori tentang asuhan keperawatan kelompok gerontik yang
tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
1.3.2
Bagi lansia
a) Lansia mendapatkan pelayanan keperawatan secara
komprehensif.
b) Lansia
dapat mengenal masalah kesehatannya.
c) Lansia
mendapat penjelasan tentang kesehatan secara sederhana.
1.3.3
Bagi UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
a) Dapat
mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia
b) Mendapatkan
masukan tentang masalah kesehatan pada lansia serta alternatif pemecahannya.
1.3.4 Bagi
institusi pendidikan
Tercapainya
tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia di lingkungan
Panti.
1.4 Sistematika
laporan
1.4.1
Sistematika laporan
kegiatan ini adalah:
a)
Bab 1 pendahuluan
memuat : latar belakang, tujuan kegiatan, manfaat kegiatan, dan sistematika
laporan
b)
Bab
2 konsep teori memuat : konsep lansia dan asuhan keperawatan
c)
Bab
3 asuhan
keperawatan gerontik memuat : pengkajian,
analisa data, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
d)
Bab
4 penutup memuat kesimpulan dan saran
BAB
II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian UPT PSLU
UPT PSLU (Unit Pelaksana Teknis
Pelayanan Sosial Lanjut Usia) merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial
Propinsi Jawa Timur yang mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan sosial bagi
para lanjut usia yang terlantar sehingga dihari tuanya akan tercipta suasana
hidup dengan ketentraman lahir dan batin
2.2 Pelayanan
dalam Panti
2.2.1 Pelayanan
sosial : diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan hubungan sosial dan
penyesuaian sosial secara serasih dan harmonis diantara lanjut usia, lanjut
usia dengan keluarganya, lanjut usia dengan petugas, lanjut usia dengan
pimpinan Panti dan lanjut usia sengan masyarakat. Pelayanan sosial ini berupa
konsultasi sosial, terapi sosial, konseling perorangan, bimbingan kelompok,
pelayanan rekreasi,bimbingan ketrampilan merawat orang sakit atau meninggal
(termasuk cara memandikan jenasah).
2.2.2 Pelayanan
fisik : diberikan kepada klien dalam rangka memperkuat daya tahan fisik. Dalam
bentuk : pelayanan kesehatan meliputi penyediaan tenaga dokter atau perawat,
fisioterapi, penyediaan menu makanan tambahan sesuai dengan kalori yang
dibutuhkan, klinik lanjut usia, kebugaran, kerja bakti, pakaian, sarana dan
prasarana hidup sehari-hari (peralatan mandi, tidur, sholat).
2.2.3 Pelayanan
psikososial adalah diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan situasi
sosial psikologis yang memungkinkan tumbuhnya perasaan nyaman, senang dan mampu
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Misalnya : konseling atau konsultasi
psikososial.
2.2.4 Pelayanan
ketrampilan adalah diberikan tidak saja untuk pengisian waktu luang, melainkan
untuk meningkatkan produktivitas agar ia dapat menambah penghasilannya atau mempertahankan
kemampuan atau ketrampilan.
2.2.5 Pelayanan
spiritual/keagamaan : diberikan kepada klien dalam rangka memperkuat
mental/spiritual dan kerohaniaan terutama dalam melaksanakan peribadatan
sehari-hari. Pelayanan yang diberikan antaralain : penyediaan sarana dan
prasarana ibadah, bimbingan rohani.
2.2.6 Pelayanan
pendampingan : diberikan dengan cara mendampingi setiap lanjut usia dalam
melanjutkan kehidupan sehari-hari. Pelayanan ini bisa dilakukan baik oleh
pengasuh, perawat atau pekerja sosial sesuai kondisi Panti.
2.2.7 Pelayanan
bantuan hukum : diberikan kepada lanjut usia yang mengalami tindak kekerasan
baik dalam pelayanan Panti maupun dalam keluarganya. Tujuannya untuk melindungi
lanjut usia dari hal-hal yang tidak di inginkan yang menyebakan lanjut usia menjadi
korban pihak-pihak tertentu yang kurang bertanggung jawab.
2.3 Aspek
Sosial dan Budaya Lansia
Pembangunan di segala bidang
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik, dan usia harapan
hidup makin meningkat, serta jumlah lanjut usia makin bertambah. Untuk
meningkatkan kesejahteraan lanjut usia tersebut, oleh pemerintah bersama
masyarakat telah digerahkkan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia dalam
bentuk :
a) Perlindungan
sosial.
b) Bantuan
sosial.
c) Pemeliharaan
taraf kesejahteraan sosial.
d) Pelayanan
kesehatan.
e) Pemberdayaan
lanjut usia agar mereka siap didayagunakan sesuai kemampuan masing-masing.
f) Mendorong
agar lanjut usia bergabung dengan organisasi sosial atau organisasi lanjut usia
atau organisasi masyarakat lainnya.
Di samping perbaikan di bidang
kesejahteraan sosial, arus globalisasi di bidang komunikasi, informasi,
transportasi, dan pendidikan niscaya menimbulkan pengaruh luar yang mengikis
budaya masyarakat yang selama ini ada terhadap hubungan antar anggota keluarga
mereka, termasuk yang tergolong lanjut usia. Nilai kekerabatan dalam kehidupan
keluarga semakin melemah dalam keluarga yang mengarah pada bentuk keluarga
kecil, terlebih-lebih dalam masyarakat industri dimana lanjut usia terpisah
dari anggota keluarga lainnya akibat urbanisasi. Anggota keluarga yang berusia
lanjut kurang diperhatikan dan terpaksa hidup sendiri dan dalam kesepian.
Dengan demikian, budaya “Tiga generasi dibawa satu atap” makin sulit
dipertahankan, karena ukuran rumah didaerah perkotaan yang sempit, sehingga
kurang memungkinkan para lanjut usia tinggal bersama anak, menantu dan cucunya.
Menggabungkan diri dengan organisasi
sosial dan organisasi kemasyarakatan belum membudaya dan melembaga, sehingga pembinaan
terhadap lanjut usia secara kelompok sulit dilakukan. Untuk mengantisipasi hal
tersebut, perlu dilakukan upaya khusus yang dasarnya telah dirumuskan dalam
Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia dan tambahan lembaran Negara Nomor 3796.
Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual,
yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang
memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani,
rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia. Menurut Undang-undang
no. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bahwa upaya peningkatan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia potensial (masih mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa) meliputi:
pelayanan keagamaan dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan
kerja, pelayanan pendidikan dan pelatihan, pelayanan untuk mendapat kemudahan
dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum, pemberian kemudahan
dalam layanan dan bantuan hukum, bantuan
sosial.
Dan untuk yang tidak potensial meliputi
: pelayanan keagamaan dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan
untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana
umum, pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, perlindungan sosial.
Ini adalah bentuk perlindungan sosial dan bantuan sosial dari pemerintah dan
atau masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga
berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan,
pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia,dan kondisi fisiknya,
serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.
Upaya ini bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif,
terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai
budaya dan kekerabatan bangsa indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Berbagai permasalahan sosial yang
berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain permasalahan
umum : masih besarnya jumlah lanjut usia yang berada di bawah garis kemiskinan,
makin melemahnya nilai kekerabatan, lahirnya kelompok masyarakat industri,
masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia
dan masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi
lanjut usia dalam berbagai bisdang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut
usia, belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut
usia. Disamping itu menurut Departemen Sosial Republik Indonesi (1998), ada
beberapa permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia
yang salah satunya adalah berlangsungnya Aging proses, yang berakibat timbulnya
masalah baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang
menyebabkan penurunan peran sosialnya dan dapat menjadikannya lebih tergantung
kepada pihak lain. Aging proses membawa banyak perubahan pada badan/jasmani,
jiwa, social.
Jika dilihat dari aspek sosial dan
budaya begitu banyak permasalahan yang timbul dan membutuhkan penanganan dari
berbagai bidang dan melibatkan berbagai kelompok profesional, yang salah
satunya adalah keperawatan ,yang merupakan bagian integral dari kesehatan yang
mempunyai ilmu dan kiat-kiat tertentu didalam ikut bertanggungjawab
meningkatkan kesejahteraan sosial usia lanjut. Kesehatan dalam pengertian UU
no. 13/1998 adalah Keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan
adanya undang-undang no. 13 /
1998 adalah merupakan suatu kekuatan yang menjadi dasar untuk bekerja dan ini
tentu perlu berkordinasi dengan departemen terkait yang menangani masalah
lansia tersebut.
2.4 Teori
tentang Proses menua
Sebelum membahas tentang teori tentang
proses menua, terlebih dahulu diberikan batasan mengenai lanjut usia, menurut
Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Lanjut Usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
2.4.1
Teori Biologis
a)
Teori Genetik dan
Mutasi
Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b) Pemakaian
dan Rusak
Setiap sel pada tubuh manusia telah menjalankan tugasnya
masing-masing. Kelelahan dan stres selama pemakaian sel untuk proses
perkembangan dan pertumbuhan perlahan-lahan menyebabkan kerusakan pada sel itu
sendiri.
c)
Autoimune
Pada
proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Pada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d)
Teori Stres
Menua
terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e)
Teori Radikal Bebas
Tidak
stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik
seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
2.4.2
Teori Sosial
a)
Teori Aktifitas
Lanjut
usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
b)
Teori Pembebasan
Dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan
ganda yakni:
1)
Kehilangan peran
2)
Hambatan kontrol sosial
3)
Berkurangnya komitmen
c)
Teori Kesinambungan
Teori
ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian
pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1) Lansia tidak disarankan untuk
melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan
pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan
atau dihilangkan.
2) Peran
lansia yang hilang tak perlu diganti.
3) Lansia
dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
2.4.3
Teori Psikologi
a)
Teori Kebutuhan Manusia
menurut Hirarki Maslow
Menurut
teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki
urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi,
mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b)
Teori Individual Jung
Carl
Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase
kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda,
usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego,
ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini
kepribadian digambarkan terhadap dunia luar
atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri
(introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap
individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
2.5 Perubahan-perubahan
yang terjadi pada Lansia
2.5.1
Perubahan fisik
a) Sel
: jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan extra seluler.
b) Persarafan
: cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk
meraksi, mengecilnya saraf panca indra
sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena
meningkatnya keratin.
c) Sistem
penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis
dan hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris,
lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d) Sistem
Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, tekanan darah meninggal.
e) Sistem
respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya
aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f) Sistem
gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80%, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan
asin.
g) Sistem
genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50%, GFR menurun sampai 50%. Nilai ambang ginjal
terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran
prostat, 75% doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi
sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun,
sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h) Sistem
endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan
fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i)
Sistem integumen : pada
kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu,
sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan
rapuh.
j)
Sistem muskuloskeletal
: tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan
menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut
dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak,
otot kram dan tremor.
2.5.2
Perubahan Mental
a)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan mental adalah :
1)
Perubahan fisik,
khususnya organ perasa
2)
Kesehatan umum
3)
Tingkat pendidikan
4)
Keturunan
5)
Lingkungan
b)
Kenangan (memori) ada 2
:
1)
Kenangan jangka
panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
2)
Kenangan jangka pendek : 0-10 menit,
kenangan buruk
c)
Intelegentia Quote :
1)
Tidak berubah dengan
informasi matematika dan perkataan
verbal
2)
Berkurangnya
penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
2.5.3
Perubahan Perubahan
Psikososial
a) Pensiun
: nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan
b) Merasakan
atau sadar akan kematian
c) Perubahan
dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
2.6 Masalah-masalah
yang sering terjadi pada Lanjut Usia
2.6.1Masalah
gizi
a) Gizi
Berlebihan
Kebiasaan
makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada
lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik.
Kebiasaan makan tersebut sukar diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit
jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah
tinggi.
b) Gizi
Kurang
Gizi
kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan
protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki,
akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun kemungkinan akan
mudah kena infeksi pada organ-organ tubuh yang vital.
c) Kekurangan
Vitamin
Bila
konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, lesu, dan tidak semangat.
2.6.2
Resiko cedera (Jatuh)
Jatuh
akan menyebabkan cedera jaringan lunak bahkan fraktur pangkal paha atau
pergelangan tangan. Keadaan tersebut menyebabkan nyeri dan immobilisasi dengan
segala akibatnya. Banyak faktor resiko yang dapat diidentifikasi serta tak
sedikit hal-hal yang dapat dimodifikasi agar jatuh tak terjadi / tak terulang.
a)
Faktor Resiko Internal
Gangguan
penglihatan, gangguan adaptasi gelap, infeksi telinga, obat golongan
Aminoglikosida, vertigo, perkapuran vertebra cervikal, gangguan aliran darah
otak, artritis, lemah otot tungkai, hipotensi postural, pnemoni, penyakit
sistemik (ISK, gagal jantung, dehidrasi, diabetes melitus, hipoglikemi).
b) Faktor
Resiko Eksternal
Turun
tangga, benda-benda yang harus dilangkahi, lantai licin, kain atau celana
terlalu panjang, tali sepatu, tempat tidur terlalu tinggi atau terlalu rendah,
kursi roda tidak terkunci, penerangan kurang, tempat kaki kursi roda, WC jauh
dari kamar, WC terlalu rendah.
c) Tindakan
1) Identifikasi
faktor resiko
2) Perhatikan
kelainan cara berjalan/duduk
3) Romberg
test
4) Uji
keseimbangan sederhana
5) Berkurangnya
lebar langkah
6) Modifikasi faktor resiko internal.
2.6.3
Delirium
Salah
satu karakteristik pasien geriatri adalah gejala dan tanda penyakit tidak khas
sesuai dengan organ/ sistem organ yang sakit. Seringkali suatu penyakit
siatemik dimunculkan dalam bentuk gangguan kesadaran walaupun sistem saraf
pusat tidak terganggu.Walaupun demikian penyakit susunan saraf pusat juga tetap
dapat muncul dalam bentuk gangguan kesadaran. Dengan demikian maka perlu
ditingkatkan kewaspadaan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan – kelainan
sistemik yang dapat mendasari delirium agar penyakit tidak berkembang menjadi
berat.
a) Penyebab:
Stroke, tumor otak, pneumonia, ISK, dehidrasi, diare, hiper/hipoglikemia, hipoksia
dan putus obat.
b) Gejala:
Kurang perhatian, gelisah, gangguan pola tidur, murung, perubahan kesadaran,
disorientasi, halusinasi, sulit konsentrasi, sangat mudah lupa, hipoaktif,
hiperaktif.
c) Sikap:
1) Sakit
kepala / pusing dikaji dengan cermat
2) Perhatikan
keluahan penglihatan
3) Atasi
batuk pilek meriang secepatnya
d)
Rencana tindak lanjut:
Identifikasi dan konsul lebih lanjut bila ada keluhan berkemih, nafsu makan
berkurang, muntah berak, mual, berkeringat dingin, pingsan sesaat.
2.6.4
Immobilisasi
Immobilisasi
atau berbaring terus ditempat tidur dapat menimbulkan atrofi otot, dekubitus
dan malnutrisi serta pneumonia. Faktor resiko : Osteoartritis, fraktur, DC,
stroke, demensia, vertigo, PPOK, hipotyroidi, gangguan penglihatan, hipotensi
postural,anemia, nyeri, lemah otot, keterbatasan ruang lingkup gerak sendi, dan
sesak nafas.
2.6.5
Hipertensi
Dari
banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan
tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena
sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung, dan penyakit
jantung kroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan
oleh penyakit jantung dan serebro vaskuler.
Secara
nyata kematian karena CVD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan
pengobatan hipertensi. Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
a) Hipertensi
pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih dari
90 mmHg.
b) Hipertensi
sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 190 mmHg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
BAB III
3.1 DATA UMUM
Identitas Panti Werda:
Nama Panti :
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung
Alamat : Jln. Panglima Jenderal Sudirman V/43 Tulungagung (66212)
Telepon :
(0355) 331083
Nama Kepala Panti : Suprianto, S.Sos. MM
Tahun berdiri :
1938
Kepala Seksi Bimbingan : Sunu
Pantjadarmo, Aks,Msi
Dikelola oleh :
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
3.2 DATA INTI
a.
Sejarah Berdirinya Panti
Werda
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
merupakan tempat yang melaksanakan sebagian tugas Dinas Sosial Propinsi Jawa
Timur dibidang penyantunan, rehabilitasi, bantuan, pengembangan dan
resosialisasi. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung didirikan
pada tahun 1938 bersifat sebagai pennampung sosial (gelandangan dan pengemis,
wanita tuna susila, orang terlantar) yang mana pada waktu itu bangunan belum
permanen dan terbuat dari anyaman bambu.
Pada tahun 1984 sampai sekarang pelayanan lebih
difokuskan lagi pada lansia terlantar, sedangkan pada tahun 1987 diadakan
penataan panti dan perubahan menjadi Panti Werda Waluyo Husodo. Pada tahun 2002
dengan adanya otonomi daeran, ditindak lanjuti dengan keputusan gubernur No.51
tahun 2003 tentang fungsi dan tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi
Jawa Timur berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Sosial (UPS) ada dibawah naungan
PSTW Wlingi Blitar. Dan dengan adanya PERGUB No.119 tahun 2008 tentang
organisasi dan tata kerja Unit Pelaksan Teknis Sosial Propinsi Jawa Timur. Maka
pada tahun 2009 berubah lagi menjadi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar.
Dan di Tulungagung merupakan seksi
bimbingan dan pembinaan lanjut dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar.
Sebagai pencerminan dari UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dan
pasal 34, maka warga Negara yang sudah lanjut usia juga berhak mendapatkan
pengayoman dari pemerintah yang diwujutkan melalui pelayanan lanjut usia/ jompo
yang di tempatkan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
b.
Data Demografi
Jumlah anggota : 80 orang lansia
Jumlah personil/karyawan di tempatkan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung ada 23 orang terdiri dari :
·
PNS : 21 orang
·
Tenaga Honorer (kontrak) : 2 orang
-
Kepala Seksi : 1 orang
-
Staf Panti : 15 rang
-
Juru Masak : 2 orang
-
SAT-POL-PP : 3 orang
-
Pembimbing : 1 orang
-
Pesuruh : 1
orang
-
Tukang kebun : 1 orang
·
Luas tanah (m²)/ Status : 9.170 m2/ Hak
Pakai
·
Luas bangunan UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
-
Total : 2.083,85 m²
-
Kantor : 78 m²
-
Ruang aula : 320,85 m²
-
Ruang ibadah : 49 m²
-
Wisma : 1.476 m²
-
Dapur : 104 m²
-
Rumah dinas : 56 m²
·
Prasarana Lainyan
-
Komplek :
P. Jend. Sudirman GG. V No. 43
-
Pagar : Tembok Keliling
-
Listrik : 5 Bh
Meter Kontrol
-
Sarana Air : PDAM dan
Sanyo
-
Lapangan Olah Raga : Tenis Meja
-
Kendaraan Roda 4 : -
-
Kendaraan Roda 2 : 3 Buah
Distribusi lansia (Wisma Tulip) menurut:
Tabel 3.1 Tabel
distribusi lansia wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di
Tulungagung berdasarkan jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, tinggal dirumah
No
|
Distribusi Lansia Menurut
|
Frekwensi
|
1
|
Jenis
kelamin
Perempuan
Laki-laki
|
-
L: 20 orang
|
2
|
Umur (WHO)
60-74 tahun
75-90 tahun
Diatas 90 tahun
|
11 Orang
9 Orang
0 Orang
|
3
|
Status
perkawinan
Ø Menikah
Ø Tidak Menikah
|
16 orang
4 orang
|
4
|
Riwayat Pekerjaan
Ø Bekerja
-
Sopir
-
Sinden
-
TNI
-
Kuli Bangunan
-
TKI
-
Tani
-
Lain-lain
Ø Tidak bekerja
|
19 orang
2 orang
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
9 orang
3 orang
1 orang
|
5
|
Agama
Ø Islam
Ø Kristen
Ø Katolik
Ø Budha
Ø Hindu
Ø Lain-lain
|
15 orang
5 orang
-
-
-
-
|
6
|
Pendidikan Terakhir
SD
SMP
SMA
Tidak
Sekolah
|
8 Orang
5 Orang
5 Orang
2 Orang
|
c.
Vital
Statistik
1)
Identitas
secara umum
Pengkajian
yang terkaji
Gambar.3.1
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan jumlah lanjut usia yang terkaji.
Dari
diagram diatas
jumlah lansia sebanyak 20 ( 100%)
Jenis
Kelamin
Gambar 3.2.
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan jenis kelamin.
Dari
diagram 3.2 diketahui 100 % (20) lansia yang berjenis kelamin laki-laki.
Kategori Usia
Gambar 3.3.
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan usia
Dari
diagram diatas
jumlah 11 lansia tergolong
lanjut usia (elderly) dan 9 lansia tergolong
lanjut usia tua (old)
Status
Perkawinan
Gambar 3.4.
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan status perkawinan.
Dari
Diagram diatas
jumlah 16 lansia yang berstatus
menikah, dan 4 lansia tidak menikah (n:20 orang)
Riwayat Pekerjaan
Gambar 3.5.
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan riwayat pekerjaan
Dari
diagram diatas
jumlah lansia memiliki riwayat
pekerjaan sebagai sopir 2 orang, sinden 1 orang, TNI 1 orang, Tani 9 orang,
kuli bangunan 2 orang, TKI 1 orang , lain-lain 4 orang.(n:20 lansia)
Agama
Gambar 3. 6 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan riwayat pekerjaan
Dari diagram diatas jumlah 16 lansia beragama islam dan 4 lansia beragama
Kristen (n:20 lansia)
Pendidikan
Terakhir
Gambar 3.7 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan Pendidikan terakhir
Dari
diagram diatas jumlah 8 lansia berpendidikan terakhir SD, 5 lansia
berpendidikan terakhir SMP, 5 lansia berpendidikan terakhir SMA, dan 2 lansia
tidak pernah sekolah (n: 20 lansia)
Lama Tinggal
Gambar3. 8 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan lama tinggal dipanti
Dari
diagram diatas
jumlah 6 lansia tinggal selama , 1
tahun, 12 lansia lama tinggal 1-5 tahun, dan 2 lansia .5 tahun(n:20 lansia)
2)
Riwayat
kesehatan
Keluhan
saat ini
Gambar 3.9 . Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan keluhan saat ini
Dari diagram diatas julah 4 lansia memiliki riwayat keluhan asam urat, 2
lansia mengeluh pusing, 8 lansia mengeluh tekanan darah tinggi, 3 lansia
mengeluh pandangan kabur, 1 lansia mengeluh gatal-gatal, 1 lansia mengeluh
kembung, 1 lansia mengalami DM(n:20 lansia)
Kegiatan
hidup sehari-hari
Minum
Gambar 3.10 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan jumlah minum
Dari
diagram 10 diketahui 8 lansia memiliki kebiasaan minum <1l/hari,ada 8 lansia memiliki kebiasaan
minum 1-2 l/hari,ada 4 orang yang memiliki kebiasaan minum >2l/hari (n:20
lansia)
Istirahat
tidur
Gambar 3.11 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan istirahat.
Dari
diagram diatas
jumlah 1 lansia memiliki kebiasaan
tidur 3,5 jam/ hari, ada 2 lansia 6 jam/hari, 3 lansia 7 jam/hari, ada 7
lansia8 jam/hari, 4 lansia 9 jam/hari, ada 3 lansia ada 10 jam/hari.
Kebersihan
diri
Gambar 3.12 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan Kebersihan Diri.
Dari
diagram diatas
jumlah 16 lansia memiliki kebiasaan
mandiri, 4 lansia memerlukan bantuan minimal.
Kemandirian
Gambar 3.13 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan kemandirian ADL.
Dari
diagram diatas
jumlah 13 mrmiliki kebiasaan
mandiri, 6 lansia memerlukan bantuan minimal, 1 lansia memerlukan bantuan
beraktifitas.(n:20 lansia)
Perilaku
Terhadap Kesehatan
Merokok
Gambar 3.14 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan kebiasaan merokok.
Dari
diagram diatas
jumlah11 lansia memiliki kebiasaan
merokok, dan 9 lansia tidak merokok.
Minum
Kopi
Gambar 3.15 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan kebiasaan minum kopi.
Dari
diagram diatas
jumlah 2 lansiatidak terbiasa
merokok, 14 lansia memiliki kebiasaan minum kopi 1 gelas/ hari, 4 lansia
memiliki kebiasaan minum kopi 2 gelas/ hari.
Kebiasaan
Minum alkohol
Gambar 3.16 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan kebiasaan minum alkohol
Dari diagram diatas jumlah 100 % lansia tidak terbiasa minum alkohol (n:20 lansia)
Gula
Gambar 3.17 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan kegiatan hidup sehari-hari dalam mengkonsumsi gula
Dari
diagram diatas
jumlah 14 lansia suka mengkonsumsi
gula, dan 6 lansia tidak suka mengkonsumsi gula (n: 20 lansia)
Garam
Gambar 3.18 .
Diagram distribusi lansia Wisma Tulip UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung berdasarkan kegiatan hidup sehari-hari dalam mengkonsumsi garam.
Dari diagram diatas jumlah 14 lansia suka mengonsumsi garam, 6 lansia tidak suka mengkonsumsi
garam
c)
Nilai Terhadap Keshatan.
Menurut beberapa lansia yang
telah dilakukan wawancara dapat disimpulkan
Bahwa suatu penyakit adalah bawaan menurut usia
saat ini dan sebagian lansia beranggapan bahwa sesuatu penyakit dapat
dicegahdengan cara mengikuti senam lansia dan menyediakan obat-obatan yang
pernah diderita.
Mengenai
posyandu lansia para lansia mengatakan tidak pernah mengikuti posyandu lansia
melainkan langsung mendapat kunjungan rutin dari puskesmas setempat,untuk
mengngkapkan permasalahan atau keluhan yang saat ini dirasakan untuk diberikan
obat.
Bila
ditanya tentang cara pencegahan penyakit lansia mengatakan sudah memiliki
persediaan obat yang dibeli sendiri diwrung atau apotek terdekat.Untuk gizi
lansia,sebagian besar mereka kurang memahami dengan jelas .Terkadang ada
beberrapa lansia bila tidak suka dengan menu makanan yang diberikan oleh pihak
dapur,merka lebih memilih untuk membeli makanan diluar,atau pedagang makanan
yang masuk diwilayah Panti.
d.
Data Sub Sistem
a)
Lingkungan fisik
1)
Sarana perumahan
a.
Kontruksi :
Permanen
b.
Luas : 7656 m²
c.
Lantai : Tegel
d.
Penerangan : Lampu
e.
Pencahayaan : Baik
f.
Jenis ruangan : Petak
g.
Atap Rumah : Genteng
h.
Dinding : Tembok
i.
Kebersihan Lantai : Baik
j.
Ventilasi : 15%
luas lantai
k.
Pengaturan penataan
perabot : Baik
l.
Kelengkapan alat rumah
tangga : Tidak Lengkap
2)
Sanitasi
a.
Penyediaan air
bersih (MCK) : Sumur
b.
Penyediaan air
minum : Beli (aqua) atau air masak dari dapur
c.
Pengelolaan
jamban : Bersama
d.
Jenis Jamban : Leher angsa, 1 duduk
e.
Jarak dengan sumber
air :
< 10 meter
f.
Sarana pembuangan air
limbah : ada
g.
Petugas sampah :
Dikelola dinas
h.
Polusi udara : tidak ada
3)
Fasilitas
a.
Peternakan :
Tidak
b.
Perikanan : Ada, jenis: kolam
ikan
c.
Sarana Olah Raga : Ada, senam satu minggu 3 kali (Senin, Rabu, Jum’at)
d.
Taman : Ada
e.
Ruang Pertemuan : Ada
f.
Sarana Hiburan : televisi
4) Keamanan, Transportasi, dan Komunikasi
a.
Keamanan
Penanggulangan kebakaran : Ada
Penanggulangan bencana : Ada
b.
Transportasi
Kondisi jalan masuk Panti : Paving
Jenis transportasi yang dimiliki : Ambulan dari RS Dr.Iskak
c.
Komunikasi
Sarana komunikasi : Ada
Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti : Telepon
Cara penyebaran informasi :
Langsung
5)
Politik dan
pemerintahan
a.
struktur organisasi
:
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI
UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT
USIA BLITAR
Gambar Bagan 3.1 Bagan Struktur Organisasi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Blitar di Tulungagung
b.
Program – Program
Panti Werda :
1)
senam lansia : setiap hari senin, rabu, jumat.
2)
Bimbingan sosial : setiap hari kamis
3)
Kerajianan tangan : setiap hari selasa (2 minggu sekali
)
4)
Pengajian : setiap
hari rabu
5)
Agama Kristen : setiap hari jumat
6)
Kerja bakti : senin – minggu (jam
7.00-8.00)
7)
Pemberian alat
mandi : minggu ke 1 dan 2 ( 1 bulan 2
kali)
8)
Pemeriksaan
kesehatan : setiap hari rabu
c.
Sitem Pendanaan
Panti
Dikelola oleh Dinas Sosial
Provinsi Jawa Timur
6)
Ekonomi
a.
Status Pekerjaan
Anggota Kelompok Lansia
Sebagian besar kelompok lansia di wisma
Tulip tidak bekerja
b.
Tingkat Pendapatan
Anggota Kelompok
Kelompok lasia di wisma
Tulip mendapatkan pendapatan dari keluarga yang berkunjung ataupun
dari keluarga yang mengirim.
c.
Sarana Ekonomi Yang
Tersedia di Masyarakat ( pasar, toko, warung) : terdapat warung dan pertokoan
yang jaraknya hanya 100 meter dari UPT pelayanan Sosial Lanjut Usia.
7) Rekreasi
a.
Sarana rekreasi
yang tersedia di masyarakat
Televisi, radio, ketrampilan tangan
b.
Kebiasaan rekreasi
/ pola pemanfaatan waktu luang
Nonton televisi, keterampilan tangan dan bersantai
8) Keselamatan
a. pola penggunaan alat bantu jalan, lingkungan yang
beresiko terjadinya kecelakan pada lansia : disekitar wisma terdapat tiang
pegangan untuk membantu berjalan lansia agar tidak jatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar