PENDAHULUAN
Bakteri
(dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme
yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota
dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam
kehidupan di bumi.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi
dan penyakit,
sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti
sel, kerangka sel,
dan organel-organel
lain seperti mitokondria
dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot
dengan sel eukariot
yang lebih kompleks.
Bakteri
dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis
dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen),
bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang
dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel,
seperti sel tumbuhan
dan jamur,
tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini
disebabkan oleh flagel.
SEJARAH
Model mikroskop awal yang dirancang oleh
Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.
Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama
sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi),
mulai berkembang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh
penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch. Istilah bacterium diperkenalkan
di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani
βακτηριον (bakterion) yang
memiliki arti "batang-batang kecil". Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang
dilakukan oleh Louis
Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi. Bakteriologi
adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi
bakteri.
Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika
dan sejarahwan berkebangsaan Inggris,
menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia
pada tahun 1665
yang berisi hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop
sederhana. Akan
tetapi, Robert Hooke masih belum dapat menumukan struktur bakteri. Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang. Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari
mikroorganisme.
Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era
yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop masih sangat
sederhana. Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia membuat mikroskop rancangannya sendiri
dengan sangat baik untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media
alami pada tahun 1684. Antoni van Leeuwenhoek berhasil menemukan bakteri untuk pertama kalinya di
dunia pada tahun 1676. Hasil temuannya dikirimkan ke Royal
Society of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun
1684. Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya. Sejak saat itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme
pada umumnya pun mulai berkembang.
Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang
botanis berkebangsaan Breslau (sekarang Polandia). Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas. Ketertarikannya pada kelompok bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kelompok
bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap
suhu tinggi. Ferdinand Cohn juga berhasil menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus
yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas. Selanjutnya, ia juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan
mengembangkan beberapa metode untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri,
seperti penggunaan kapas sebagai penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan
tabung reaksi. Metode ini kemudian digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.
Robert
Koch (1843-1910), seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, banyak melakukan penelitian mengenai
penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks
yang banyak menyerang hewan ternak.
Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri
penghasil endospora.
Robert Koch juga merupakan orang pertama yang berhasil mendapatkan isolat murni
Mycobacterium tuberculosis,
bakteri penyebab penyakit tuberkulosis. Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch berhasil membuat
Postulat Koch, sebuah teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit
yang spesfik. Beliau juga berhasil menemukan metode untuk mendapatkan isolat murni dari
bakteri. Penemuan lainnya adalah penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri
di luat habitat
aslinya.
Pada awalnya ia menggunakan potongan kentang
dan kemudian dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin.
Penggunaan nutrien gelatin masih memiliki banyak kekurangan yang pada akhirnya
penggunaanya digantikan dengan agar (sejenis polisakarida)
yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga bekerja bersama
Robert Koch.
STRUKTUR SEL
Struktur sel bakteri.
Seperti prokariot (organisme yang
tidak memiliki membran inti)
pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik
(DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah
sitoplasma yang bernama nukleoid. Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel. Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar
berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri
gram positif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun
dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat,
sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis
dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal. Metode yang digunakan untuk membedakan kedua jenis
kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel
lainnya seperti flagel dan fimbria yang
digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam
melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor
virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus
pneumoniae. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula
makanan, vakuola gas, dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang
membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri
penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri
ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.
MORFOLOGI BAKTERI
Berbagai bentuk tubuh bakteri.
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu:
- Kokus (Coccus) adalah bakteri yang
berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai
berikut:
- Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
- Diplococcus, jka berganda dua-dua
- Tetracoccus, jika bergandengan empat dan
membentuk bujur sangkar
- Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
- Staphylococcus, jika bergerombol
- Streptococcus, jika bergandengan membentuk
rantai
- Basil (Bacillus) adalah kelompok
bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai
berikut:
- Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
- Streptobacillus, jika bergandengan membentuk
rantai
- Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang
berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
- Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung
kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
- Spiral, jika lengkung lebih dari
setengah lingkaran
- Spirochete, jika lengkung membentuk struktur
yang fleksibel.
Bentuk tubuh/ morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium, dan
usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel
tunggal yang dapat hidup mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya.
ALAT GERAK
Gambar alat gerak bakteri:
A-Monotrik
B-Lofotrik
C-Amfitrik
D-Peritrik.
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Bakteri yang tidak memiliki alat gerak biasanya hanya
mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau lingkungan tempat bakteri
tersebut berada. Sama seperti struktur kapsul, flagel juga dapat menjadi
agen penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki,
bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
- Atrik, tidak mempunyai flagel.
- Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah
satu ujungnya.
- Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada
salah satu ujungnya.
- Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua
ujungnya.
Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan
tubuhnya.
HABITAT
Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan
banyak ditemukan di hampir semua tempat. Habitatnya sangat beragam; lingkungan perairan,
tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam organisme
hidup. Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang
mendiami muka bumi ini adalah 5x1030. Bakteri dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama
di dalam saluran
pencernaan yang
jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah total sel tubuh manusia. Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah
mempengaruhi kondisi tubuh manusia.
Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak
diaplikasikan dalam bioteknologi.
Terdapat beragam jenis bakteri yang
mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus besar, diantaranya adalah bakteri
asam laktat dan
kelompok enterobacter . Contoh bakteri yang biasa ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus. Di samping itu, terdapat pula kelompok bakteri lain,
yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena dapat menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus
besar. Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga dapat
ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia. Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat kelompok
bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu kelompok bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal
untuk menyokong pertumbuhannya. Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida
yang berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.
Beberapa kelompok mikroorganisme ini
mampu hidup di lingkungan yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup. Kondisi lingkungan yang ekstrim ini menuntut adanya
toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik. Sebagai contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri
yang hidup pada sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80 oC. Tidak hanya di lingkungan bersuhu tinggi, bakteri juga
dapat ditemukan pada lingkungan dengan suhu yang sangat dingin. Pseudomonas
extremaustralis
ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC. Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga
dapat hidup pada berbagai lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan adanya
kehidupan (lingkungan steril). Halobacterium
salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang dapat
hidup pada kondisi garam (NaCl) yang
sangat tinggi (15-30%). Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup
pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil),
kadar air rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat
tinggi, dan rendah.
Beberapa komunitas bakteri dapat bertahan
hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 kilometer. Sebuah tim peneliti
menggunakan pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sebagai laboratorium terbang
berhasil menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai.
Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi
awan.
PENGARUH LINGKUNGAN TEHADAP BAKTERI
Kondisi lingkungan yang mendukung
dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat beberapa alat yang dapat digunakan
untuk melakukan pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut,
seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).
Suhu
Suhu berperan
penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua makhluk hidup. Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang berada
lebih tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial
lainnya sehingga sel akan mati. Demikian pula bila suhu lingkungannya berada di bawah
batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan proses kehidupan sel akan terhenti. Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi
menjadi 4 golongan:
- Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang
hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum
15 °C.
- Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang
hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° –
40 °C.
- Bakteri termofil, yaitu bakteri yang
dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu
optimum 50 - 65 °C
- Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri
yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]
Kelembaban
relatif
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban
relatif (relative humidity, RH) yang cukup
tinggi, kira-kira 85%. Kelembaban relatif dapat didefinisikan sebagai kandungan
air yang terdapat di udara. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan
pengeringan. Sebagai contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan
dan elastisitas dinding selnya saat RH lingkungan kurang dari 84%. Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban
udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan
perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.
Cahaya
Cahaya
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat
hidup dengan baik pada paparan cahaya normal. Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi dapat berakibat fatal
bagi pertumbuhan bakteri. Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu lingkungan dari bakteri
dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik iradiasi yang
mulai berkembang sejak awal abad ke-20. Metode ini telah diaplikasikan secara luas untuk
berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa
simpan dan daya tahan. Beberapa contoh bakteri patogen yang mampu dihambat
ataupun dihilangkan antara lain Escherichia
coli 0157:H7 and Salmonella.
Radiasi
Radiasi pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan
bahkan dapat bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri. Sebagai contoh pada manusia, radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker. Akan tetapi, terdapat kelompok bakteri tertentu yang
mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali
lebih besar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kelompok Deinococcaceae. Sebagai perbandingan, manusia pada umumnya tidak dapat
bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy
= 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kelompok ini dapat bertahan
hingga 5.000 Gy.
Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat
menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA. Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri
dapat mengalami kematian. Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap
mekanisme perusakan materi genetik
tersebut melalui sistem adaptasi dan adanya proses perbaikan rantai DNA yang sangat
efisien.
PERANAN
Bidang
lingkungan
Keanekaragaman bakteri dan jalur
metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang besar bagi lingkungan. Sebagai contoh, bakteri saprofit
menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran
organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain
menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih
sederhana. Contoh bakteri saprofit antara lain Proteus dan Clostridium. Tidak hanya berperan sebagai pengurai senyawa organik,
beberapa kelompok bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.
Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2
yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.
Kelompok bakteri lainnya berperan
dalam siklus nitrogen, seperti bakteri
nitrifikasi. Bakteri nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu
menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung
secara aerob di dalam tanah. Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi
(oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-))
dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)). Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan
karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi proses dinitrifikasi
yang dilakukan oleh bakteri
denitrifikasi. Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik
senyawa nitrat menjadi
nitrogen bebas (N2) yang lebih mudah diserap dan dimetabolisme oleh
berbagai makhluk hidup. Contoh bakteri yang mampu melakukan metabolisme ini
adalah Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus
denitrificans. Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen
dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O). Senyawa tersebut tidak hanya dapat berperan penting bagi
hidup berbagai organisme, tetapi juga dapat berperan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon. Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa
NO dan selanjutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2-
yang akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2).
Di bidang pertanian dikenal adanya suatu kelompok bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup bebas di tanah untuk
membantu penyuburan tanah. Kelompok bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri
pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen adalah kelompok
bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas di udara dan
mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-)
oleh bantuan enzim nitrogenase. Kelompok bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan
dan polong untuk membentuk suatu simbiosis
mutualisme berupa
nodul atau bintil
akar untuk mengikat
nitrogen bebas di udara yang pada umumnya tidak dapat digunakan secara langsung
oleh kebanyakan organisme. Secara umum, kelompok bakteri ini dikenal dengan istilah
rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium. Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan
tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium
leguminosarum, yang
hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.
Bidang
pangan
Terdapat beberapa kelompok bakteri
yang mampu melakukan proses fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan
berbagi jenis makanan. Bahan pangan yang
telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga
dapat meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut. Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme
yang berperan:
No.
|
Nama produk atau
makanan
|
Bahan baku
|
Bakteri yang
berperan
|
1.
|
Yoghurt
|
susu
|
|
2.
|
Mentega
|
susu
|
|
3.
|
Terasi
|
ikan
|
|
4.
|
Asinan buah-buahan
|
buah-buahan
|
|
5.
|
Sosis
|
daging
|
|
6.
|
Kefir
|
susu
|
|
Beberapa spesies bakteri pengurai dan
patogen dapat tumbuh di dalam makanan. Kelompok bakteri ini mampu memetabolisme berbagai
komponen di dalam makanan dan kemudian menghasilkan metabolit sampingan yang
bersifat racun. Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin,
seringkali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai
sebagai bahan dasar botox. Beberapa contoh bakteri perusak makanan:
Bidang
kesehatan
Tidak hanya di bidang lingkungan dan
pangan, bakteri juga dapat memberikan manfaat dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh
mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain
dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit. Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:
DEKOMPOSISI
Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.
Proses degradasi jasad makhluk hidup dilakukan oleh banyak organisme,
salah satunya adalah bakteri. Beberapa jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik dan menggunakannya
untuk menunjang pertumbuhannya. Proses dekomposisi ini dibantu oleh beberapa jenis enzim untuk
memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah menjadi senyawa yang
lebih sederhana. Sebagai contoh, enzim protease digunakan untuk memecah protein menjadi senyawa lebih
sederhana, seperti asam
amino. Proses dekomposisi ini juga berperan dalam pengembalian
unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke alam untuk masuk ke dalam siklus lagi.
Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh
bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot. Proses ini dipercepat saat tubuh telah dikuburkan.
Reaksi pertama dalam dekomposisi ini adalah hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino. Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH lingkungan akan turun menjadi
4-5. Reaksi ini dilakukan oleh bakteri acetogen. Pada tahap akhir, semua senyawa tersebut diubah menjadi
gas metana oleh metanogen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar