Sabtu, 29 Juni 2013

Asuhan Keperawatan



ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ASFIKSIA NEONATORUM







Disusun Oleh :
ANA YULIANA
11.003







                      

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2013



LEMBAR PERSETUJUAN

            Asuhan Keperawatan Pada Asfiksia Neonatorum Disetujui pada :

Hari                 :
Tanggal            :


Nama Mahasiswa


Ana Yuliana

Menyetujui


Siti Aizah, S.Kep.,Ns. M.Kes







ASUHAN KEPERAWATAN PADA ASFIKSIA NEONATORUM

A.    KONSEP DASAR
1.      Pengertian
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir ( Mansjoer.2000 ).

Asfiksia bearti hipoksia yang progresif, penumpukan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh mengakibatkan kerusakan otak atau kematian bayi. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya ( Saiffudin.2001 ).

2.      Etiologi
a.       Factor ibu
·         Preeklamsi dan eklamsi
·         Perdarahan ante partum abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) Partus lama atau partus macet
·         Demam sebelum dan selama persalinan
·         Infeksi berat ( malaria, sifilis, TBC, HIV)
·         Kehamilan lebih bulan ( >42 minggu )
b.      Factor plasenta dan tali pusat
·         Infark plasenta
·         Hematom plasenta
·         Lilitan tali pusat
·         Tali pusat pendek
·         Simpul tali pusat
·         Prolapsus tali pusat
c.       Factor bayi
·         Bayi kurang bulan /premature ( <37 minggu )
·         Air ketuban campur mekonium
·         Kelainan congenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi
·         Persalinan dengan tindakan ( ekstrasi vakum, ekstrasi forcep, sungsang)

3.      Klasifikasi Asfiksia
a.       Asfiksia ringan ( vigorus baby )
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat
b.      Asfiksia sedang ( mid moderate asphyksia )
Skor APGAR 4-6 pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung > 100 x/mnt, tonus otot kurang baik/baik, sianosis, reflek iritabilita tidak ada.
c.       Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 x/mnt, tonus otot buruk, sianosis berat, kadang-kadang pucat, reflek iritabilita tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang setelah lahir.

Tabel : Nilai APGAR
Tanda
0
1
2
Appreance ( warna )
Biru pucat
Tubuh merah muda, ekstremitas biru
Merah muda seluruhnya
Pulse ( denyut jantung )
Tidak ada
Lambat, <100 x/mnt
>100 x/mnt
Grimace ( kepekaan reflek)
Tidak ada
Meringis
Menangis keras
Activity ( Tonus Otot )
Flaksid
Beberapa fleksi ekstremitas
Gerakan aktif
Respiratori (pernapasan)
Tidak ada
Lambat, tidak teratur
Menangis baik

4.      Manifestasi Klinis
a.       Pada kehamilan
DJJ > 160 x/mnt atau <100 x/mnt, halus dan irregular serta adanya pengeluaran mekonium.
Ø  Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
Ø  Jika DJJ > 160 x/mnt dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
Ø  Jika DJJ < 100x/mnt dan ada mekonium : janin dalam gawat
b.      Pada bayi post partum
Ø  Pucat kebiruan
Ø  Hipoksia
Ø  Asidosis metabolic atau respiratorik
Ø  Usaha napas minimal atau tidak ada
Ø  Perubahan fungsi jantung
Ø  Kejang
Ø  Penurunan kesadaran
  1. Pemeriksaan Penunjang
a.       Analisa gas darah
b.      Foto polos dada
c.       USG kepala
d.      Serum elektrolit
e.       Pemeriksaan EGC dan CT-Scan
f.       Baby Gram
  1. Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan awal
1)      Pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat misalnya dengan cara menyelimuti tubuhnya terutama pada bagian kepala atau penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar.
2)      Bebaskan jalan napas
Hisap lender, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan napas bersih dari cairan ketuban, mekonium/lender dengan menggunakan penghisap lender.
3)      Rangsangan taktil
Ada 2 cara untuk memberikan rangsangan taktil yaitu :
a)      Menepuk atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi
b)      Menggosok punggung bayi secara cepat, mengusap dan mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi
b.      Penatalaksanaan lanjut
1)      Lakukan resusitasi pada asfiksia berat
2)      Pemberian terapi oksigen
3)      Pemberian terapi cairan
  1. Komplikasi
a.       Edema otak dan perdarahan otak
b.      Anuria atau oliguria
c.       Kejang
d.      Hiperbilirubinemia
e.       Koma


B.     KONSEP DASAR KEPERAWATAN
  1. Pengkajian
a.       Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah saudara, dan identitas orang tua. Yang ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnose Asfiksia Neonatorum.
b.      Keluhan utama
Pada pasien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas
c.       Riwayat kehamilan dan persalinan
1)      Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau yang diketahui dari riwayat antenatal pada kasus asfiksia yaitu :
·         Keadaan ibu selama hamil dengan anemi, hipertensi, gizi buruk, merokok, ketergantungan obat-obatan atuau dengan penyakit seperti : DM, kardiovaskuler dan paru.
·         Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kehamilan multiple, inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan congenital.
·         Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur atau periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
·         Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
2)      Riwayat natal
·         Kala I : ketuban keruh, berbau mekoneal, perdarahan antepartum baik solosio placenta maupun plasenta previa.
·         Kala II : persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan persalinan dengan tindakan ( vacuum ekstrasi, forcep ekstrasi ).
·         Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu system pernapasan.
·         Persalinan dengan tindakan bedah SC, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan system pusat pernapasan.
3)       Riwayat post natal
·         APGAR skore BBL 1 menit pertama dan 5 menit pertama
·         Adanya kelainan congenital seperti anenchepal, hidrocephalus
d.      Pola nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna. Selain itu juga bertujuan untuk membatasi atau mencegah terjadinya aspirasi.
e.       Pola eliminasi
Dapat berkemih saat lahir
f.       Neurosensori
Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas
Reflek morrow : kaget bila dikejutkan ( tangan menggenggam )
Sadar dan aktif mendemonstrasikan reflek menghisap 30 menit pertama.
  1. Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan Umun : pada umumnya dalam keadaan lemah, sesak napas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif, dan ini terjadi pada stadium pertama.
b.      TTV : RR meningkat, Hipotermi, tekanan darah menurun, nadi turun
c.       Kulit : sianosis, akral dingin
d.      Kepala : bentuk kepala bukit, frontanella mayor dan minor masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak.
e.       Mata : pupil miosis saat diberi cahaya
f.       Hidung : pernapasan cuping hidung
g.      Dada : ditemukan pernapasan irregular dan frekuensi napas cepat, retraksi intercosta, terdengar weezing.

II. Diagnosa Keperawatan
  1. Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi
  2. Resiko cedera b.d kerusakan otak
  3. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan perfusi ventilasi
  4. Proses keluarga terhenti b.d perubahan status kesehatan, kematian bayi
  5. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d suplai oksigen dalam darah menurun
  6. Gangguan perfusi jaringan b.d suplai oksigen ke jaringan menurun

III. Intervensi
  1. Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola napas menjadi efektif
KH :
-    pasien menunjukan pola napas yang efektif
-    ekspansi dada simetris
-    tidak ada bunyi napas tambahan
-    kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal
intervensi :
1)      Pantau status pernapasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan
R/ untuk mengetahui perkembangan dari hasil tindakan
2)      Pertahankan kepatenan jalan napas dengan menghisap lender
R/ untuk mengurangi obstruksi jalan napas sehingga tidak terjadi hiperventilasi
3)      Auskultasi jalan napas
R/ untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi
4)      Kolaborasi pemeriksaan GDA dan pemakaian alat bantu napas
R/ mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi, perlu dalam kelanjutan terapi
5)      Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan
R/ agar oksigen terpenuhi dan untuk menurunkan kerja paru
  1. Resiko cedera b.d kerusakan otak
Tujuan : Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan resiko cedera dapat dicegah.
KH :
-    Bebas dari cedera / komplikasi
-    Mendiskripsikan aktifitas yang tepat dari level perkembangan anak
-    Mendiskripsikan teknik pertolongan pertama
Intervensi :
1)      Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi
R/ untuk mencegah terpajannya organisme infeksius
2)      Pakai sarung tangan steril
R/ menurunkan resiko cedera
3)      Lakukan pemeriksaan fisik secara rutin terhadap BBL, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya anomali
R/ untuk mengetahui perkembangan bayi
4)      Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayan kesehatan
R/ agar mendapatkan penanganan dengan baik
5)      Berikan agen imunisasi sesuai indikasi
R/ untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut
  1. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan perfusi ventilasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kerusakan pertukaran gas teratasi
KH :
-    Tidak sesak napas
-    Fungsi paru dalam batas normal
Intervensi :
1)      Kaji bunyi paru, frekuensi napas, kedalaman napas dan produksi sputum
R/ untuk mengevaluasi derajat distres pernapasan
2)      Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
R/ untuk memastikan intake O2 yang adekuat
3)      Pantau hasil analisa gas darah
R/ PaCO2 meningkat dan PaO2 menurun pada asfiksia sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar
  1. Proses keluarga terhenti b.d perubahan status kesehatan pada anggota keluarga, kematian bayi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat
KH  1: Koping keluarga
-    Percaya dapat mengatasi masalah
-    Kestabilan prioritas
-    Mempunyai rencana daruran
-    Mengatur ulang cara perawatan
KH 2 : Status kesehatan keluarga
-    Status kekebalan angota keluarga
-    Anak mendapat perawatan tindakan pencegahan
-    Kesehatan fisik anggota keluarga
Intervensi 1 : pemeliharaan proses keluarga
1)      Tentukan tipe proses keluarga
R/ Untuk mengetahui pada tahapan apa keluarga tersebut
2)      Identifikasi perubahan efek pertukaran peran dalam proses keluarga
R/ untuk mengetahui dampak dari perubahan peran
3)      Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada
R/ untuk mendapatkan support yang maksimal
4)      Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi norma dalam segala situasi
R/ agar tidak terjadi peran keluarga
Intervensi 2 : Dukungan keluarga
1)      Pastikan anggota keluarga bahwa pasien memperoleh perawatan yang terbaik
R/ mengurangi kecemasan keluarga
2)      Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga
R/Untuk mencegah terjadinya gangguan psikologi keluarga
3)      Beri harapan realistik
R/ agar keluarga merasa mendapatkan dukungan
  1. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d suplai O2dalam darah menurun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal ( 36-37,5 oC )
KH :
-    Suhu tubuh dalam batas normal
-    Tidak gelisah
-    Warna kulit tidak sianosis
Intervensi : Temperatur regulasi
1)      Monitor gejala yang berhubungan dengan hypotermi misal : fatique, apatis, perubahan warna kulit(sianosis), dll
R/ untuk mencegah hypotermi lebih lanjut
2)      Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil
R/ untuk mengetahui perkembangan suhu tubuh BBL
3)      Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat
R/ mencegah hipotermi
4)      Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu
R/ menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat
  1. Gangguan perfusi jaringan b.d suplai O2 ke jaringan menurun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan gangguan perfusi jaringan teratasi
KH :
-    Tidak terjadi palpitasi
-    Kulit tidak pucat dan hangat
-    Membran mukosa lembab
Intervensi :
1)      Kaji secara komprehensif terhadap sirkulasi perifer ( misalnya nadi perifer, CRT, warna kuliat dan suhu )
R/ tanda gangguan perfusi jaringan adalah gangguan pada sirkulasi perifer
2)      Pantau status cairan, termasuk intake dan output
R/ untuk mengetahui keseimbanga intake dan output
3)      Pantau analisa gas darah
R/ untuk mengetahui PaO2 dalam darah







DAFTAR RUJUKAN

Hidayat, A.A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika
Judith & Nancy.2011.Diagnosa Keperawatan Nanda Nic-Noc. Jakarta : EGC
Pelatihan Emergensi Dasar Pada Neonatus. Dep Ika RSPAD Gatot Subroto Ditkesad. 2010
Pamela & Patty.2010. Pedoman Keperawatan Emergency edisi 2. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar