ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ASFIKSIA NEONATORUM
Disusun Oleh :
ANA
YULIANA
11.003
UNIVERSITAS
NUSANTARA PGRI KEDIRI
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PRODI
DIII KEPERAWATAN
2013
LEMBAR
PERSETUJUAN
Asuhan
Keperawatan Pada Asfiksia Neonatorum Disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Nama Mahasiswa
Ana Yuliana
|
Menyetujui
Siti Aizah, S.Kep.,Ns. M.Kes
|
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ASFIKSIA NEONATORUM
A. KONSEP
DASAR
1. Pengertian
Asfiksia
pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Asfiksia
neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas spontan dan
teratur dalam satu menit setelah lahir ( Mansjoer.2000 ).
Asfiksia
bearti hipoksia yang progresif, penumpukan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh mengakibatkan kerusakan otak atau kematian
bayi. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (
Saiffudin.2001 ).
2. Etiologi
a. Factor
ibu
·
Preeklamsi dan eklamsi
·
Perdarahan ante partum
abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) Partus lama atau partus macet
·
Demam sebelum dan
selama persalinan
·
Infeksi berat (
malaria, sifilis, TBC, HIV)
·
Kehamilan lebih bulan (
>42 minggu )
b. Factor
plasenta dan tali pusat
·
Infark plasenta
·
Hematom plasenta
·
Lilitan tali pusat
·
Tali pusat pendek
·
Simpul tali pusat
·
Prolapsus tali pusat
c. Factor
bayi
·
Bayi kurang bulan
/premature ( <37 minggu )
·
Air ketuban campur
mekonium
·
Kelainan congenital
yang memberi dampak pada pernapasan bayi
·
Persalinan dengan tindakan
( ekstrasi vakum, ekstrasi forcep, sungsang)
3. Klasifikasi
Asfiksia
a. Asfiksia
ringan ( vigorus baby )
Skor APGAR 7-10,
bayi dianggap sehat
b. Asfiksia
sedang ( mid moderate asphyksia )
Skor APGAR 4-6
pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung > 100 x/mnt, tonus otot
kurang baik/baik, sianosis, reflek iritabilita tidak ada.
c. Asfiksia
berat
Skor APGAR 0-3
pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 x/mnt, tonus otot
buruk, sianosis berat, kadang-kadang pucat, reflek iritabilita tidak ada. Pada
asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih
dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang setelah
lahir.
Tabel : Nilai APGAR
Tanda
|
0
|
1
|
2
|
Appreance (
warna )
|
Biru
pucat
|
Tubuh merah muda,
ekstremitas biru
|
Merah muda seluruhnya
|
Pulse ( denyut
jantung )
|
Tidak
ada
|
Lambat, <100 x/mnt
|
>100 x/mnt
|
Grimace
( kepekaan reflek)
|
Tidak
ada
|
Meringis
|
Menangis
keras
|
Activity (
Tonus Otot )
|
Flaksid
|
Beberapa fleksi
ekstremitas
|
Gerakan
aktif
|
Respiratori
(pernapasan)
|
Tidak
ada
|
Lambat,
tidak teratur
|
Menangis
baik
|
4. Manifestasi
Klinis
a. Pada
kehamilan
DJJ > 160
x/mnt atau <100 x/mnt, halus dan irregular serta adanya pengeluaran
mekonium.
Ø Jika
DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
Ø Jika
DJJ > 160 x/mnt dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
Ø Jika
DJJ < 100x/mnt dan ada mekonium : janin dalam gawat
b. Pada
bayi post partum
Ø Pucat
kebiruan
Ø Hipoksia
Ø Asidosis
metabolic atau respiratorik
Ø Usaha
napas minimal atau tidak ada
Ø Perubahan
fungsi jantung
Ø Kejang
Ø Penurunan
kesadaran
- Pemeriksaan Penunjang
a. Analisa
gas darah
b. Foto
polos dada
c. USG
kepala
d. Serum
elektrolit
e. Pemeriksaan
EGC dan CT-Scan
f. Baby
Gram
- Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
awal
1) Pertahankan
suhu tubuh bayi agar tetap hangat misalnya dengan cara menyelimuti tubuhnya terutama
pada bagian kepala atau penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar.
2) Bebaskan
jalan napas
Hisap lender, cairan pada mulut dan hidung bayi
sehingga jalan napas bersih dari cairan ketuban, mekonium/lender dengan
menggunakan penghisap lender.
3) Rangsangan
taktil
Ada 2 cara untuk memberikan rangsangan taktil yaitu
:
a) Menepuk
atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi
b) Menggosok
punggung bayi secara cepat, mengusap dan mengelus tubuh, tungkai dan kepala
bayi
b. Penatalaksanaan
lanjut
1) Lakukan
resusitasi pada asfiksia berat
2) Pemberian
terapi oksigen
3) Pemberian
terapi cairan
- Komplikasi
a. Edema
otak dan perdarahan otak
b. Anuria
atau oliguria
c. Kejang
d. Hiperbilirubinemia
e. Koma
B. KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
- Pengkajian
a. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, anak keberapa, jumlah saudara, dan identitas orang tua. Yang
ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnose Asfiksia Neonatorum.
b. Keluhan
utama
Pada pasien dengan asfiksia yang sering tampak
adalah sesak napas
c. Riwayat
kehamilan dan persalinan
1) Riwayat
antenatal yang perlu dikaji atau yang diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus asfiksia yaitu :
·
Keadaan ibu selama
hamil dengan anemi, hipertensi, gizi buruk, merokok, ketergantungan obat-obatan
atuau dengan penyakit seperti : DM, kardiovaskuler dan paru.
·
Kehamilan dengan resiko
persalinan preterm misalnya kehamilan multiple, inkompetensia serviks,
hidramnion, kelainan congenital.
·
Pemeriksaan kehamilan
yang tidak teratur atau periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
·
Gerakan janin selama
kehamilan aktif atau semakin menurun.
2) Riwayat
natal
·
Kala I : ketuban keruh,
berbau mekoneal, perdarahan antepartum baik solosio placenta maupun plasenta
previa.
·
Kala II : persalinan
lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan persalinan dengan tindakan (
vacuum ekstrasi, forcep ekstrasi ).
·
Adanya trauma lahir
yang dapat mengganggu system pernapasan.
·
Persalinan dengan tindakan
bedah SC, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan system
pusat pernapasan.
3) Riwayat post natal
·
APGAR skore BBL 1 menit
pertama dan 5 menit pertama
·
Adanya kelainan
congenital seperti anenchepal, hidrocephalus
d. Pola
nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral
karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna. Selain itu juga bertujuan
untuk membatasi atau mencegah terjadinya aspirasi.
e. Pola
eliminasi
Dapat berkemih saat lahir
f. Neurosensori
Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua
ekstremitas
Reflek morrow : kaget bila dikejutkan ( tangan
menggenggam )
Sadar dan aktif mendemonstrasikan reflek menghisap
30 menit pertama.
- Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan
Umun : pada umumnya dalam keadaan lemah, sesak napas, pergerakan tremor, reflek
tendon hyperaktif, dan ini terjadi pada stadium pertama.
b. TTV
: RR meningkat, Hipotermi, tekanan darah menurun, nadi turun
c. Kulit
: sianosis, akral dingin
d. Kepala
: bentuk kepala bukit, frontanella mayor dan minor masih cekung, sutura belum
menutup dan kelihatan masih bergerak.
e. Mata
: pupil miosis saat diberi cahaya
f. Hidung
: pernapasan cuping hidung
g. Dada
: ditemukan pernapasan irregular dan frekuensi napas cepat, retraksi
intercosta, terdengar weezing.
II.
Diagnosa Keperawatan
- Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi
- Resiko cedera b.d kerusakan otak
- Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan perfusi ventilasi
- Proses keluarga terhenti b.d perubahan status kesehatan, kematian bayi
- Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d suplai oksigen dalam darah menurun
- Gangguan perfusi jaringan b.d suplai oksigen ke jaringan menurun
III.
Intervensi
- Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan pola napas menjadi efektif
KH :
- pasien
menunjukan pola napas yang efektif
- ekspansi
dada simetris
- tidak
ada bunyi napas tambahan
- kecepatan
dan irama respirasi dalam batas normal
intervensi :
1) Pantau
status pernapasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan
R/ untuk mengetahui perkembangan dari hasil tindakan
2) Pertahankan
kepatenan jalan napas dengan menghisap lender
R/ untuk mengurangi obstruksi jalan napas sehingga
tidak terjadi hiperventilasi
3) Auskultasi
jalan napas
R/ untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi
4) Kolaborasi
pemeriksaan GDA dan pemakaian alat bantu napas
R/ mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi,
perlu dalam kelanjutan terapi
5) Kolaborasi
pemberian oksigen sesuai kebutuhan
R/ agar oksigen terpenuhi dan untuk menurunkan kerja
paru
- Resiko cedera b.d kerusakan otak
Tujuan : Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan resiko cedera dapat dicegah.
KH :
- Bebas dari cedera / komplikasi
- Mendiskripsikan aktifitas yang tepat dari level
perkembangan anak
- Mendiskripsikan teknik pertolongan pertama
Intervensi :
1)
Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah merawat bayi
R/ untuk mencegah terpajannya organisme infeksius
2)
Pakai sarung tangan
steril
R/ menurunkan resiko cedera
3)
Lakukan pemeriksaan
fisik secara rutin terhadap BBL, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan
adanya anomali
R/ untuk mengetahui perkembangan bayi
4)
Ajarkan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayan
kesehatan
R/ agar mendapatkan penanganan dengan baik
5)
Berikan agen
imunisasi sesuai indikasi
R/ untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut
- Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan perfusi ventilasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan kerusakan pertukaran gas teratasi
KH :
- Tidak sesak napas
- Fungsi paru dalam batas normal
Intervensi :
1)
Kaji bunyi paru,
frekuensi napas, kedalaman napas dan produksi sputum
R/ untuk mengevaluasi derajat distres pernapasan
2)
Pantau saturasi O2
dengan oksimetri
R/ untuk memastikan intake O2 yang adekuat
3)
Pantau hasil
analisa gas darah
R/ PaCO2 meningkat dan PaO2 menurun
pada asfiksia sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih
besar
- Proses keluarga terhenti b.d perubahan status kesehatan pada anggota keluarga, kematian bayi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat
KH 1: Koping
keluarga
- Percaya dapat mengatasi masalah
- Kestabilan prioritas
- Mempunyai rencana daruran
- Mengatur ulang cara perawatan
KH 2 : Status kesehatan keluarga
- Status kekebalan angota keluarga
- Anak mendapat perawatan tindakan pencegahan
- Kesehatan fisik anggota keluarga
Intervensi 1 : pemeliharaan proses keluarga
1)
Tentukan tipe
proses keluarga
R/ Untuk mengetahui pada tahapan apa keluarga tersebut
2)
Identifikasi
perubahan efek pertukaran peran dalam proses keluarga
R/ untuk mengetahui dampak dari perubahan peran
3)
Bantu anggota
keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada
R/ untuk mendapatkan support yang maksimal
4)
Bantu anggota
keluarga untuk merencanakan strategi norma dalam segala situasi
R/ agar tidak terjadi peran keluarga
Intervensi 2 :
Dukungan keluarga
1)
Pastikan anggota
keluarga bahwa pasien memperoleh perawatan yang terbaik
R/ mengurangi kecemasan keluarga
2)
Tentukan prognosis
beban psikologi dari keluarga
R/Untuk mencegah terjadinya gangguan psikologi keluarga
3)
Beri harapan
realistik
R/ agar keluarga merasa mendapatkan dukungan
- Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d suplai O2dalam darah menurun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal ( 36-37,5 oC )
KH :
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak gelisah
- Warna kulit tidak sianosis
Intervensi : Temperatur regulasi
1)
Monitor gejala yang
berhubungan dengan hypotermi misal : fatique, apatis, perubahan warna
kulit(sianosis), dll
R/ untuk mencegah hypotermi lebih lanjut
2)
Monitor temperatur
BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil
R/ untuk mengetahui perkembangan suhu tubuh BBL
3)
Jaga temperatur
suhu tubuh bayi agar tetap hangat
R/ mencegah hipotermi
4)
Tempatkan BBL pada
inkubator bila perlu
R/ menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat
- Gangguan perfusi jaringan b.d suplai O2 ke jaringan menurun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan gangguan perfusi jaringan teratasi
KH :
- Tidak terjadi palpitasi
- Kulit tidak pucat dan hangat
- Membran mukosa lembab
Intervensi :
1)
Kaji secara
komprehensif terhadap sirkulasi perifer ( misalnya nadi perifer, CRT, warna
kuliat dan suhu )
R/ tanda gangguan perfusi jaringan adalah gangguan pada
sirkulasi perifer
2)
Pantau status
cairan, termasuk intake dan output
R/ untuk mengetahui keseimbanga intake dan output
3)
Pantau analisa gas
darah
R/ untuk mengetahui PaO2 dalam darah
DAFTAR RUJUKAN
Hidayat, A.A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I.
Jakarta : Salemba Medika
Judith & Nancy.2011.Diagnosa Keperawatan Nanda
Nic-Noc. Jakarta : EGC
Pelatihan Emergensi Dasar Pada Neonatus. Dep Ika RSPAD
Gatot Subroto Ditkesad. 2010
Pamela & Patty.2010. Pedoman Keperawatan Emergency
edisi 2. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar