Kamis, 30 Mei 2013

Laporan Pendahuluan Angina Pectoris

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
ANGINA PEKTORIS
A. Definisi
Angina pektoris ialah suatu klinis dimana pasien mendapat serangan sakit dada yang khas, seperti ditekan/terasa berat didada yang menjalar ke lengan kiri. Biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitas. (Sjaifoellah, 1996: 249)
Angina Pektoris adalah nyeri dadainterminten yang disebabkan oleh iskemia miokardium yang reversibel dan sementara. (Robbins, 2007: 409)
Angina Pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan didada depan. (Smeltzer, 2009: 779).
B. Klasifikasi
1. Angina stabil atau angina klasik
Terjadi suaktu arteri koroner yang ameroskerotik tidak dapat bedilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhanoksegen.
2. Angina prinzmetal
Terjadi tanpa peningkatan beban kerja jantung
3. Angina tidak stabil
Merupakan kombinasi dari angina klasik dan angina varian
C. Etiologi
Angina Rektoris diperkirakan karena berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak kuat, atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit jantung ateroklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama.
Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina :
1. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah masentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung (pada jantung yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk).
4. Stres atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan menigkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
(Smeltzer, 2001: 779)
D. Klasifikasi
1. Angina stabil
Terjadi sewaktu arteri koroner yang asteroklerotik dan tidak dapat berdilatasi untuk meningkatka aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen.
2. Angina prinzmetal
Terjadi tanpa peningkatan beban kerja jantung
3. Angina tidak stabil
Merupakan kombinasi angina klasik dan angina varian.
()
E. Tanda dan Gejala

1. Nyeri pada dada
2. Pasien memperlihatkan rasa sesak dan tercekik terus menerus.
3. Rasa faal / lemah dilengan atas.
4. Pergelangan tangan dan tangan mulai nyeri.
(Smeltzer, 2001: 780)
F. Patofisiologi
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard. Karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan karena penyempita pembuluh darah koroner karena proses ateroeklerosis. Walaupun kebutuhan suplai darah berkurang masih cukup untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat. Oleh karena itu sakit dada angina timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas fisik, misalnya sedang berjalan cepat atau berjalan mendaki
(Soeparman, 2001 ; 1082)
Angina Pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan didada depan. Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner yang menyebabkan suplai oksigen kejantung tidak adekuat, atau dengan kata lain suplai kebutuhan jantung meningkat.Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit jantung ateros klerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama.
(Smeltzer, 2009: 779).
G. Komplikasi
1. Infraksi miokardium yang akut (serangan jantung).
2. Kematian karena serangan jantung secara mendadak.
3. Aritma kardiak.
4. Hipoksemia
5. Trombosis vena dalam
6. Syok kardiogenik
(Carpenito, 1999: 68)
H. Pemeriksaan Diagnosa
1. Enzim / isoenzim jantung, biasanya DBM : meningkat, menunjukkan kerusakan miokard.
2. EKG : biasanya normal bila pasien istirahat tetapi datar depresi pada segmen ST gelombang T menunjukkan iskemia. Peninggian ST atau penurunan lebih dari 1 mm selama nyeri tanpa abnormalitas bila bebas nyeri menunjukkan Iskemia Miokard Transien Distritmia dan blok jantung juga ada.
3. Foto Dada
Biasanya normal, namun infiltrat mungkin ada menunjukkan dekompensasi jantung atau komplikasi paru.
4. Kolesterol / trigeliserida serum
Mungkin meningkat (faktor resiko CAD).
5. Kateterisasi jantung dengan Angiografi
Di indikasikan pada pasien dengan iskemia yang diketahui dengan angina atau nyeri tanpa kerja, pada pasien dengan kolesterolemia dan penyakit jantung. Keluarga yang mengalami nyeri dada pada penyakit katup, gangguan kontraktilitas, gagal ventrikel, dan abnormalitas sirkulasi. Catatan : 10% pasien dengan angina tidak stabil mempunyai arteri koroner yang tampak normal.
(Doenges, 1999: 74)
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor resiko.secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angioplasti koroner transliminal perkutan (PTCA = percutaneous transluminal coronary angioplasty), (didiskusikan di bawah). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
Seperti yang akan didiskusikan kemudian, terdapat beberapa pendekatan yang akhir-akhir ini sering di gunakan untuk revaskularisasi jantung. Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner utnuk meningkatkan aliran darah, penggunaan untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi. Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dipakai oleh salah satu atau seluruh teknik diatas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran proses angina yang di derita pasien.
Terapi Farmakologi
Nitrogliserin. Senyawa nitrat masih merupakan obat utama untuk menangani angina pektoris. Nitrogliserin diberikan untuk menurunkan konsumsi oksigemn jantung yang akan mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri augina.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi baik vena maupun arteria sehingga mempengaruhi perifer. Dengan pelebaran vena terjadi pengumpulan darah vena di seluruh tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung dan terjalah penurunan tekanan pengisian (preload). Nitrat juga melemaskan arteriol sistemik dan menyebabkan penurunan tekanan darah (penurunan afterload). Semuanya itu berakibat pada penurunan kebutuhan oksigen jantung, merupakan suatu keadaan yang lebih seimbang antara suplai dan kebutuhan.
Nitrogliserin biasanya diletakkan dibawah lidah (subtingual) atau dipipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit.
a. Pasien diminta tidak menggerakkan lidah dan jangan menelan ludah sampai tablet nitrogliserin larut. Bila nyeri sangat berat, tablet dapat dikunyah untuk dapat mempercepat penyerapan di bawah lidah.
b. Sebagai pencegah, pasien harus selalu membawa obat ini. Nitrogliserin bersifat sangat tidak stabil dan harus di simpan dalam botol gelap tertutup rapat. Nitrogliserin tidak boleh di simpan dalam botol plastik atau logam.
c. Nitrogliserin mudah menguap dan menjadi tidak aktif bila terkena panas, uap, udara, cahaya dalam waktu lama. Bila nitrogliserin masih segar, pasien akan merasa terbakar di bawah lidah dan kadang kepala terasa tegang dan berdenyut. Persediaan nitrogliserin harus diperbaharui setiap 6 bulan sekali.
d. Selain menggunakan dosis yang telah ditentukan, pasien harus mengatur sendiri dosis yang diperlukan, yaitu dosis terkecil yang dapat menghilangkan nyeri. Obat harus digunakan untuk mengantisipasi bila akan melakukan aktivitas yang mungkin akan menyebabkan nyeri. Karena nitrogliserin dapat meningkatkan toleransi pasien terhadap latihan dan stress bila di gunakan sebagai pencegahan (misalk sebelum latihan, menaiki tangga, hubungan seksual) maka lebih baik gunakan obat ini sebelum rasa nyeri muncul.
e. Pasien harus mengingat berapa lama kerja nitrogliserin dalam menghilangkan nyeri, bila nyeri tidak dapat dikurangi dengan nitrogliserin, harus dicurigai adanya ancaman terjadinya infark miokardium.
f. Bila nyeri menetap setelah memakai tiga (3) tablet sublingual dengan interval 5 menit, pasien dianjurkan segera dibawa ke fasilitas perawatan darurat terdekat.
Efek samping nitrogliserin meliputi rasa panas, sakit kepala berdenyut, hipertensi, dan takikardia. Penggunaan preparat nitrat long-acting masih diperdebatkan. Isorbid dinitrat (isordil) tampaknya efektif sampai 2 jam bila digunakan dibawah lidah, tetapi efeknya tidak jelas bila diminum peroral.
Salep Nitrogliserin Topikal. Nitrogliserin juga tersedia dalam bentuk lanonin-petrolatum. Bentuk ini dioleskan di kulit sebagai perlindungan terhadap nyeri angina dan mengurangi nyeri. Bentuk ini sangat berguna bila digunakan pada pasien yang mengalami angina pada malam hari atau yang harus menjalankan aktivitas dalam waktu cukup lama (misal main golf) karena mempunyai efek jangka panjang sampai 24 jam. Dosis biasanya ditingkatkan sampai terjadi sakit kepala atau efek berat terhadap tekanan darah atau frekuensi jantung, kemudian diturunkan sampai dosis tertinggi yang tidak menimbulkan efek samping tersebut. Cara pemakaian salep biasanya dilampirkan pada kemasan. Pasien selalu diingatkan untuk mengganti tempat yang akan dioleskan salep untuk mencegah iritasi kulit.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Berikan posisi semifowler
b. Berikan oksigen konsentrasi tinggi (6-10 liter/menit)
c. Kolaborasi pemberian nitrogen, bete bloker dan kalsium anatagonis)
d. Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan
e. Lakukan EGC
f. Observasi bunyi jantung
g. Observasi adanya mual, muntah dan konstipasi
( Smeltzer, 2001: 780)
J. Fokus Pengkajian
1. Aktifitas Istirahat
Gejala :
- Pola hidup, menonton, kelemahan.
- Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah 1 tahun.
- Nyeri dada bila kerja.
- Menjadi terbangun bila nyerie dada.
Tanda : dispenia saat kerja
2. Sirkulasi
Gejala :
- Takikardia, disritmia
- Tekanan darah normal meningkat / menurun
- Bunyi jantung : mungkin normal ; 54 lambat / murmur sistolik transien lambat (disfungsi otot tapilaris) mungkin ada saat nyeri.
- Kulit / membran mukosa lembab, dingin, pucat pada adanya vasokontriksi.
3. Makanan / Cairan
Gejala : - Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan.
Tanda : - Takikardia, disritmia
- Tekanan darah normal, meningkat atau menurun.
4. Integritas Ego
Gejala : stresor kerja, keluarga, dan lain-lain.
Tanda : ketakutan, mudah marah
5. Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala :
- Nyeri dada subternal, antenor yang menyebar ke rahang, leher, bahu dan ekstremitas atas (lebih pada kiri daripada kanan).
- Kualitas : macam ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terbakar.
- Durasi biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit).
- Faktor pencetus : nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi besar, seperti marah atau hasrat seksual, olah raga pada suhu ekstrim atau mungkin tak dapat diperkirakan dan atau terjadi selama istirahat.
- Faktor penghilang : nyeri mugkin responsif terhadap mekanisme penghilang tertentu (contoh : istirahat, obat antiangina)
- Nyeri dada baru atau terus menerus yang telah berubah frekuensi, durasinya, karakter atau dapat diperkirakan (contoh : tidak stabil, bervariasi, prinzmetal).
6. Pernapasan
Gejala : dispenia saat kerja, riwayat merokok
Tanda : meningkat pada frekuensi / irama dan gangguan kedalaman.
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : - riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes.
- Penggunaan / kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat yang dijual bebas.
Pertimbangan DRG menunjukkan secara lama dirawat 3,8 hari
Rencana perulangan : - Perubahan pada penggunaan / terapi obat.
- Bantuan / pemeliharaan tugas dengan perawat di rumah.
- Perubahan pada susunan fisik rumah.
( Doenges, 1999: 73)
K. Pengkajian Intervensi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan respon otomatis
Kriteria hasil : - Menyatakan / menunjukkan nyeri hilang.
- Melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi, durasi dan beratnya.
Intervensi :
a. Kaji dan catat respons pasien / efek obat.
R. memberikan informasi tentang kemajuan penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien napas pendek.
R. memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang.
c. Berikan penyuluhan tentang angina pektoris.
R. memberikan pengetahuan tentang penyakit yang diderita pasien.
d. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
R. meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard / mencegah iskemia.
(Doenges, 1999: 75)
2. Curah jantung menurun berhubungan dengansuplai darah dan oksigen berkurang
Tujuan : curah jantung pasien normal dan tidak gelisah lagi.
Kriteria hasil : berpartisipasi pada perilaku / aktifitas yang menurunkan kerja jantung.
Intervensi :
a. Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung, TD
R. Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia dan menurunnya curah jantung.
b. Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam / melakukan aktivitas perawatan diri, sesuai indikasi.
R. penghematan energi, menurunkan kerja jantung.
c. Berikan penyuluhan tentang anatomi jantung kepada pasien.
R. untuk memberikan pengetahuan tentang organ-organ dan fungsi dari jantung.
d. Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
R. meningkatkan kesediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk memperbaiki kontraktilitas, menurunkan iskemia dn kadar asam laktat.
(Doenges, 1999: 77)
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
Tujuan : pasien tidak cemas lagi
Kriteria hasil : menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai.
Intervensi :
a. Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stres.
R. menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan prognasis.
b. Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi dan marah.
Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi normal. Catat pernyataan masalah, contoh : “serangan jantung tak dapat terelakkan”.
R. perasaan tidak di ekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan gambaran diri.
c. Dorongan keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperti sebelumnya.
R. meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga kerja tidak berubah.
d. Berikan sedatif, tranquilizer sesuai indikasi.
R. mungkin diperlukan untuk membantu pasien rilek sampai fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat.
(Doenges, 1999: 79)
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta; EGC.
Soeparman. 1987. Penyakit Dalam. Jakarta; Balai Penerbit FKUI.
Smetzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar