MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN
Tentang
TRANSPLANTASI GINJAL
dan HAEMODIALISA
Oleh : KELOMPOK IV
- MEYDA HASNA D.W.G
- MARIA GRATIA A
- SINDIA NOVIANTI
- YOHANES P FUNAN
PRODI
DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
NUSANTARA PGRI KEDIRI
2012/2013
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN TRANSPLANTASI GINJAL
Pengertian
Transplantasi
ginjal adalah pembedahan ginjal manusia yang ditransfer dari satu individu ke
individu lain (Lucman and Sorensen).
Transplantasi
ginjal merupakan insersi pembedahan ginjal manusia dari sumber yang hidup atau
ginjal cadaver kepada klien dengan penyakit ginjal tahap akhir,untuk mengganti
hilangnya fungsi ginjal yang normal (Gorzemen and Bawdain).
Tujuan
Transplantasi
mempunyai 2 tujuan yaitu:
1. Untuk
membebaskan diri dari ketergantungan terhadap dialysis.
2. Dapat
menikmati hidup yang lebih baik, makan/minum bebas, perasaan sehat seperti
orang lain/normal.
Syarat-syarat
Recipient:
-
Usia 13-60 tahun
-
Tidak mengidap penyakit
berat, keganasan, TBC, hepatitis, Jantung
-
Harus dapat menerima
terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan harus patuh minum obat
-
Sudah mendapat HD yang
teratur sebelumnya
-
Mau melakukan
pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.
Donor:
-
Usia 18-50 tahun
-
Mempunyai
motivasi yang tinggi tanpa paksaan
-
Kedua
ginjal normal, tidak terinfeksi
-
Tidak
mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi ginjal dan komplikasi
setelah operasi
-
Hasil
laboratorium semuanya dalam batas normal.
Jika donor hidup tidak tersedia, pasien harus menunggu
jaringan yang diambil dari mayat yang cocok, dan untuk mendapatkan donor yang cocok akan
diatur oleh organisasi dibawah aturan pemerintah yaitu organisasi yang dibiayai
secara federal yang mengkoordinasi pertukaran organ,dan dengan sistim komputer
akan mencocokkan donor mayat dengan calon penerima.
Persiapan transplantasi ginjal
a. Persiapan
resipient dan keluarga
Perawat mempunyai
peran penting sebagai advokat untuk memastikan bahwa semua upaya dibuat untuk
menentukan dan bertindak atas keinginan pasien berkenan dengan pendonoran dan
perawat juga berperan vital dalam mendukung keluarga secara psikologis,
terutama saat mereka mencoba menerima donor dari mayat, serta sebagai
koordinator transplan yaitu memastikan bahwa keluarga mendapatkan informasi
yang diperlukan untuk memberikan surat persetujuan.
Setelah ada
persetujuan dari keluarga, tim akan menjelaskan mengenai operasi dan
perawatannya:
1.
Lokasi
dan letak ginjal baru
2.
Penggunaan
bermacam-macam peralatan yang mungkin diperlukan selama perawatan
3.
Pengambilan
darah yang sering dilakukan
4.
Untuk
mencegah infeksi pasien ditempatkanditempat khusus, dimana anggota keluarga
tidak diperbolehkan masuk
5.
Kemungkinan
timbul komplikasi seperti infeksi, rejeksi setelah operasi
6.
Mobilisasi:
merubah posisi, membatukkan, latih duduk dan berdiri serta cara nafas efektif.
Dengan demikian
diharapkan pasien dan keluarga akan merasa aman dan dapat bekerja sama dan
bersikap lebih terbuka untuk membantu perawatan.
b. Persiapan
donor dan keluarga
Pada prinsipnya
sama dengan persiapan operasi pada umumnya hanya spesifikasinya 2jam sebelum operasi
resipient dan donor dikompres dengan cairan bethadin pada daerah yang akan
dioperasi dan setelah operasi resipient masuk kedalam ruangan khusus dan
steril.
c. Persiapan
ruangan dan peralatan
Ruangan yang akan
dipakai setelah operasi 2 hari sebelumnya harus dibersihkan,semua peralatan dan
obat-obatan dimasukkan ke ruangan tersebut dengan disinari ultraviolet selama
24jam.
Resipient
transplantasi biasanya dirawat dalam area lengkap yang dirancang secara khusus
baik untuk fase penyembuhan maupun fase pemulihan, hal ini untuk menghindari
pemindahan pasien, menurunkan resiko terhadap infeksi bagi pasien yang
mengalami imunosupresan.
d. Persiapan
pasien sebelum operasi
Persiapan ini
termasuk pengkajian yang berhubungan dengan riwayat penyakit yang lalu (mis:
HT,DM,kanker), tingkat kecemasan pasien, pengetahuan pasien dan keluarga
tentang prosedur transplan,efek samping dari pembedahan juga termasuk
pemeriksaan laboratorium, ECG, pemeriksaan radiologi (mis: foto thorak,USG
ginjal,CT scan ginjal, IVP),pemeriksaan fisik (mis: BB, TTV, pola eliminasi
urine, adakah tanda-tanda infeksi, gangguan pernafasan, tanda-tanda
kelebihan/kekurangan cairan elektrolit) dan dialisis dalam 24 jam pembedahan.
Dialisis ini dilakukan untuk menggembalikan kimia darah ke kadar mendekati normal,
memperbaiki perubahan agregasi trombosis yang ditimbulkan oleh uremia dan
mengeluarkan kelebihan cairan.
Bila donor hidup,
persiapan dapat dilakukan sehari sebelum transplantasi, tetapi bila donor
mayat/cadaver semua persiapan harus selesai dalam beberapa jam.
e. Persiapan
pasien setelah transplantasi ginjal
-
Setelah
operasi pasien langsung ditempatkan diruangan khusus yang telah disediakan
peralatan dan obat-obatan
-
Memonitor
tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien dan derajat nyeri
-
Menghitung jumlah line
intravena yang terpasang, catat tempat insisi, jenis cairan dan kecepatan
tetesan
-
Monitor balutan abdomen
dan catat apakah ada drain
-
Catat
dan amati letak kateter urether serta drainase urine dari tiap kateter
-
Temukan
akses vaskuler dan tentukan patensinya dengan meletakkan jari atau stetoskop
tepat diatas tempat akses dan raba atau dengarkan karakteristik bunyi denyutan
disebut desiran (bruit)
-
Bila terpasang NGT
sambungkan selang tersebut ke sistim drainase yang sesuai
-
Ukur lingkar abdomen
pada insisura iliaka, ini merupakan informasi dasar yang digunakan nanti untuk
pengkajian ada tidaknya komplikasi (mis: kebocoran uretra, limfosel atau
perdarahan)
-
Pada pasien anak
dipantaunya lebih sering daripada pasien dewasa karena sifat dinamik dari
cairan anak dan status kardiovaskuler seperti tekanan darah, BB
-
Rungan harus ditutup
dan hanya anggota tim transplantasi ginjal yang diperkenankan masuk
-
Setiap petugas yang
memasuki ruangan harus memakai masker dan baju serta alas kaki yang khusus
-
Keluarga pasien tidak
diperkenankan masuk ruangan tersebut, hanya diperbolehkan melihat melalui kaca,
semua itu dilakukan untuk mencegah infeksi.
Komplikasi
Komplikasi transplantasi ginjal ada 2 yaitu:
·
Komplikasi bedah: kebocoran, trombosis pada vena renalis dan ateri
renalis
·
Komplikasi
medik: infeksi, rejeksi, toksitas obat.
Pendidikan Pasien Sebelum
Pulang
Sebelum pulang
pasien harus dapat melakukan perawatan sendiri dengan dibantu oleh keluarganya
sesuai dengan yang dilakukan di rumah sakit, oleh karena itu pasien dan keluarga
harus dilibatkan selama perawatan di rumah sakit. Misalnya mengenai obat-obatan
sebaiknya ditulis pada kertas nama obat, dosis, cara pemberian dan bila perlu
waktu/jam pemberiannya.
Disamping itu
dijelaskan juga efek sampingnya dan pentingnya obat tersebut agar dapat diminum
secara teratur dan tepat agar mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan
keinginan kita. Pasien juga dianjurkan untuk membuat catatan mengenai cairan
yang masuk dan keluar selama 24jam, tekanan darah, suhu badan, dan juga kelainan
yang mungkin terjadi juga harus dicatat.
Karena masih
mudahnya terkena infeksi, maka pasien dianjurkan untuk mandi 2x sehari, pasien
juga tidak boleh mengangkat beban yang berat, olah raga, dan pasien harus rutin
memeriksakan kesehatannya secara teratur terutama bila ada keluhan dan
kelainan-kelainan segera dilaporkan ke dokter.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRANSPLANTASI
GINJAL
PRE OPERASI
Diagnosa keperawatan
:
Ansietas berhubungan dengan
prosedur pembedahan dari transplantasi ginjal.
Kriteria hasil :
|
ü Rasa
cemas berkurang
|
|
ü Pasien
dapat menyebutkan proses transplantasi ginjal
|
|
ü Wajah
rileks.
|
Intervensi :
- Gambarkan persiapan praoperasi pada pasien termasuk puasa, pemberian infuse, dialysis dan obat praoperasi
- Terangkan bahwa dialysis mungkin perlu secara sementara setelah transplantasi ginjal
- Jelaskan prosedur pembedahan termasuk dimana ginjal akan diletakkan dalam abdomen, dan bagaimana ginjal akan berfungsi dan lamanya pembedahan
- Gambarkan adanya infus pasca operasi, drain dan kateter
- Diskusikan nyeri insisi, pastikan pasien bahwa akan ada metode untuk menurunkan nyeri termasuk obat dan pembebatan insisi
- Latih cara batuk, nafas dalam, ganti posisi tidur pasien
- Dorong keterlibatan dengan kelompok pasien yang telah menjalani transplantasi
- Gambarkan pernyataan sederhana, ulangi dan ungkapkan dengan kalimat lain jika perlu
- Beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan kecemasannya tentang pembedahan, mengungkapkan berbagai ketidakpastian dan mengajukan pertanyaan
- Tawarkan kesempatan pada pasien untuk memperjelas dengan seseorang yang telah berhasil dan tidak berhasil dalam transplantasi ginjal.
POST
OPERASI
1.
Diagnosa
keperawatan :
Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka
operasi, spasme otot, atau adanya distensi abdomen/kandung kemih.
Kriteria hasil :
|
Pasien dapat
toleransi terhadap rasa nyeri
|
|
Ungkapan rasa
nyeri berkurang/hilang
|
|
Ekpresi wajah
tenang.
|
Intervensi
:
- Beri support kepada pasien untuk menggungkapkan raya nyerinya
- Atur posisi yang nyaman
- Anjurkan untuk istirahat baring di tempat tidur
- Pantau skala nyeri nyeri, tentukan lokasi, jenis factor yang meningkatkan rasa nyeri serta tanda dan gejala yang menunjang
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Ajarkan tehnik relaksasi (latih nafas dalam)
- Longgarkan atau kencangkan bebat daerah yang sakit
- Beri kesempatan untuk istirahat selama nyeri, buat jadwal aktifitas bila nyeri berkurang
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik, oksigen dan pemeriksaan penunjang
- Berikan obat pengurang rasa sakit dan observasi 30 menit kemudian.
2.
Diagnosa
Keperawatan:
Perubahan eliminasi urine berhubungan
dengan transplantasi ginjal, penolakan,
obat-obatan nefrotoksik, gagal ginjal.
Kriteria
Hasil : Pasien akan mempertahankan keluaran
urine yang adekuat.
Intervensi
:
- Periksa haluaran urine setiap 1 jam pada awalnya
- Catat warna urine adanya bekuan
- Amati dan pertahankan terhadap patensi serta drainase urine pada setiap kateter
- Pertahankan banyaknya volume cairan intravena untuk membilas ginjal sesuai program
- Beritahu dokter terhadap adanya kebocoran urine pada balutan abdomen, nyeri abdomen hebat atau destensi abdomen
- Bila pasien oligouri progresif, teliti pemeriksaan fungsi ginjal, kaji status hidrasi dan beritahu dokter.
3. Diagnosa
Keperawatan :
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan penurunan haluaran urine, gagal ginjal, penolakkan
tranplantasi, tingginya volume cairan intravena.
Kriteria
Hasil : Pasien mengeluarkan urine yang adekuat
dan tidak menahan cairan.
Intervensi
:
- Monitor TD dan nadi setiap 1jam
- Ukur haluaran urine setiap 1jam
- Timbang BB setiap hari
- Auskultasi paru-paru setiap pergantian dinas sesuai indikasi
- Pertahankan keakuratan catatan masuk dan keluarnya cairan
- Beri banyak cairan sesuai program
- Beri obat diuritik sesuai program
- Pertahankan mesukan natrium sesuai program
- Laporkan semua temuan abnormal.
4. Diagnosa
Keperawatan :
Resiko terhadap infeksi yang
berhubungan dengan imunosupresi
Kriteria hasil :
|
ü Pasien
akan mengalami penyembuhan jaringan normal
|
|
ü Pasien
tidak demam, insisi kering, urine jernih/kuning tanpa sediment, paru-paru
bersih.
|
Intervensi :
a.
Lakukan
cuci tangan dengan bersih sebelum, selama, dan setelah merawat pasien.
b. Gunakan
tehnik aseptik dengan saksama dalam merawat semua kateter, selang infus
sentral, pipa endoktrakheal, dan selang infuse perifer.
c. Periksa
suhu tubuh setiap 4 jam.
d. Pertahankan
lingkungan yang bersih.
e. Lepaskan
kateter secepat mungkin sesuai program.
f.
Ganti
segera balutan yang basah untuk membatasi media bagi organisme.
g.
Berikan
nutrisi yang adekuat.
h.
Pertahankan
integritas kulit.
i.
Larang pengunjung dan
perawat dengan infeksi saluran pernapasan aktif untuk kontak dengan pasien.
j.
Pantau nilai-nilai
laboraturium, khususnya SDP (sel darah putih) dan periksa spicemen dari
drainase yang dicurigai untuk dikultur dan sensitivitas.
k. Inspeksi
daerah insisi tiap hari terhadap semua tanda-tanda inflamasi; nyeri, kemerahan,
bengkak, panas, dan drainase.
l.
Auskultasi
paru terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.
m.
Anjurkan
dan bantu ambulasi dini.
n. Perhatikan
karakter urine dan laporkan bila keruh dan bau busuk.
o.
Beritahu
dokter setiap adanya indikasi infeksi.
p.
Berikan
antimicrobical, sesuai program.
5. Diagnosa
Keperawatan :
Resiko tinggi terhadap cidera
berhubungan dengan resiko dari reaksi imun transplantasi dan efek samping dari
obat-obatan imunosupresi, atau kebutuhan hemodialisa lanjut.
Kriteria hasil :
|
ü Pasien
akan mempertahankan fungsi ginjal.
|
|
ü Tidak ada tanda dan gejala reaksi imun
|
|
ü Immunosupresan sesuai toleransi tanpa adanya efek
samping
|
Intervensi :
a.
Pantau
dan laporkan tanda dan gejala reaksi imun(kemerahan, bengkak,nyeri tekan diatas
sisi transplantasi, peningkatan suhu, peningkatan sel darah putih, penurunan
haluaran urine, peningkatan proteinuria, peningkatan BB tiba-tiba, peningkatan
BUN dan kreatinin, edema).
b.
Periksa
tanda-tanda vital setiap 2-4 jam.
c. Monitor
masukan dan haluaran cairan setiap jam selanjutnya setiap 3 jam.
d. Kaji
akses dialysis
e. Pantau
dan laporkan efek samping dari obat-obatan immunosupresif
f. Siapkan
pasien untuk operasi mengangkat ginjal yang ditolak jika terjadireaksi
hiperakut
g. Berikan
dukungan kepada pasien dan keluarga.
6.
Diagnosa
keperawatan :
Resiko tinggi terhadap
penatalaksanaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
perawatan diri, riwayat ketidak patuhan.
Kriteria hasil : Menyatakan mengerti tentang instruksi pulang.
Intervensi :
a.
Kembangkan rencana
penyuluhan bekerja sama dengan koordinator transplantasi. Pastikan pasien dan
anggota keluarga mengetahui:
- Nama,
frekuensi, indikai, dosis, dan efek samping dari semua obat yang di berikan.
- Tanda
dan gejala infeksi untuk di laporkan.
- Tanda
dan gejala reaksi imun untuk di laporkan.
- Diet
– biasanya pembatasan natrium; atur untuk konsul tentang diet.
- Bagaimana
mengumpulkan specimen yang di perlukan, seperti pengumpulan urine 24 jam dan
urine bersih.
- Nilai
normal laboraturium untuk kreatinin dan BUN.
- Kaji
berat badan dan suhu tubuh setiap hari. Pastikan pasien mempunyai catatan berat
badan dan suhu tubuh setiap hari.
b.
Tinjau ulang jadwal
untuk kunjungan lanjut ke kantor atau klinik transplantasi. Pastikan pasien mengetahui dimana dan seberapa sering
darah perlu di periksa. Pastikan semua instruksi perawatan mandiri dan
perjanjian evaluasi di tulis.
c. Anjurkan
pasien untuk berpartisipasi penuh dalam kegiatan perawatan diri sejak di rumah
sakit (meminum obat sendiri, mengukur berat badan sendiri, mengukur suhu,
memonitor nilai-niali laboraturium).
d. Anjurkan
pasien untuk meningkatkan kegiatan ketika di rumah sakit. Jika di ijinkan,
mungkin pasien dapat melihat fasilitas lain seperti kafetaria dan toko
souvenir.
e. Ingatkan
pasien :
- Bahwa
agen imunosupresif harus di berikan untuk mempertahankan cangkokan ginjal.
- Memakai
gelang waspada-medik untuk identifikasi diri sebagai seorang dengan cangkok
ginjal dan pengguna agen imunosupresif.
- Menghindari
diri dari kegiatan olahraga kontak.
f. Rujuk
pasien pada bimbingan pekerjaan untuk bantuan rencana kerja bila pasien merasa
siap.
g. Libatkan
anggota keluarga dalam semua penyuluhan jika memungkinkan.
h. Tekankan
kembali perlunya melaporkan lebih awal tanda-tanda.
LAPORAN
PENDAHULUAN HEMODIALISA
Pengertian
Hemodialisa adalah suatu tindakan
untuk memisahkan sampah dan produk hail metabolic esensial (sampah nitrogen dan
sampah yang lain) melalui selaput membrane semi permiabel.
Indikasi
v Penyakit
dalam (Medikal)
v ARF- pre
renal/renal/post renal, apabila pengobatan konvensional gagal mempertahankan
RFT normal.
v CRF, ketika
pengobatan konvensional tidak cukup
v Snake bite
v Keracunan
v Malaria
falciparum fulminant
v Leptospirosis
v Ginekologi
v APH
v PPH
v Septic
abortion
v Indikator
biokimiawi yang memerlukan tindakan hemodialisa
v Peningkatan BUN
> 20-30 mg%/hari
v Serum kreatinin
> 2 mg%/hari
v Hiperkalemia
v Overload cairan
yang parah
v Odem pulmo akut
yang tidak berespon dengan terapi medis
Pada CRF:
v BUN > 200
mg%
v Creatinin >
8 mg%
v Hiperkalemia
v Asidosis
metabolik yang parah
v Uremic encepalopati
v Overload cairan
v Hb: < 8
gr% - 9 gr% siap-siap tranfusi
Kontra Indikasi
v Gangguan
pembekuan darah
v Anemia berat
v Trombosis/emboli
pembuluh darah yang berat
Komponen HD
Ada 3 unsur pokok yang saling
terkait dalam proses pemisahan tersebut, yaitu: darah, ginjal buatan dan
dialisat. Pada prinsipnya dengan memakai selang darah akan dipompakan ke
ginjal buatan sementara, dari arah yang berlawanan dialisat dialirkan juga
menuju ginjal buatan. Di dalam ginjal buatan terjadi proses dialysis yang
meliputi difusi, osmosis dan ultra filtrasi. Setelah melaui proses
dialysis darah akan dipompakan kembali ke dalam tubuh pasien. Demikian
siklus proses dialisia terjadi berulang-ulang sesuai waktu yang dibutuhkan.
Prosedur pelaksanaan HD
v Persiapan
v Persiapan pasien
v Persiapan
mesin
v Persiapan
alat dan obat-obatan
Pelaksanaan
v Urutan awal
tindakan HD
v Setting:
mengeset alat HD
v Priming:
pengisian pertama kali AVBL, dialiser menggunakan Nacl
v Soaking:
(melembabkan) untuk meningkatkan permeabilitas membran
v Menentukan
dan melakukan penusukan
v Memulai
hemodialisis
v Melakukan
monitoring saat HD
v Mengakhiri
HD
Lama HD: 10-15 jam/minggu
v Creatinin
kliren 3-5 ml/m: 10 jam
v Creatinin
< 3 ml/m: 15 jam.
Tanda-tanda dialysis adekuat:
v Tercapai BB
kering
v Pasien
tampak baik
v Bebas simtom
uremia
v Nafsu makan
baik
v Aktif
v TD
terkendali
v Hb > 10
gr/dl
Keunggulan HD
v Produk
sampah nitrogen molekul kecil cepat dapat dibersihkan
v Waktu
dialisis cepat
v Resiko
kesalahan tehnis kecil
v Adequasy
dialisis dapat ditetapkan segera, underdialisis segera dapat dibenarkan.
Kelemahan HD
v Tergantung
mesin
v Sering
terjadi: hipotensi, kram otot,disequilibrium sindrom
v Terjadi
aktivasi: complement, sitokines mungkin timbul amiloidosis
v Vaskuler
access: infeksi – trombosis
v Sisa fungsi
ginjal cepat menurun disbanding peritoneal dialysis.
Proses Keperawatan
v Pengkajian
v Pengkajian
Pre HD
v Riwayat
penyakit, tahap penyakit
v Usia
v Keseimbangan
cairan, elektrolit
v Nilai
laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH
v Keluhan
subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi
v Respon
terhadap dialysis sebelumnya.
v Status
emosional
v Pemeriksaan
fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP
v Sirkuit
pembuluh darah.
v Pengkajian
Post HD
v Tekanan
darah: hipotensi
v Keluhan:
pusing, palpitasi
v Komplikasi
HD: kejang, mual, muntah, dsb
Rencana
keperawatan:
No
|
Diagnosa kep./ masalah kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
||
Tujuan & criteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1
|
Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi
sekunder terhadap penusukan & pemeliharaan akses vaskuler
|
Pasien tidak mengalami cedera dg kriteria:
kulit pada sekitar AV shunt
utuh/tidak rusak
Pasien tidak mengalami komplikasi HD
|
Kaji
kepatenan AV shunt sebelum HD
Monitor
kepatenan kateter sedikitnya setiap 2 jam
Kaji warna
kulit, keutuhan kulit, sensasi sekitar shunt
Monitor TD
setelah HD
Lakukan
heparinisasi pada shunt/kateter pasca HD
Cegah
terjadinya infeksi pd area shunt/penusukan kateter
|
AV yg sudah tidak baik bila
dipaksakan bisa terjadi rupture vaskuler
Posisi kateter yg berubah dapat
terjadi rupture vaskuler/emboli
Kerusakan jaringan dapat didahului
tanda kelemahan pada kulit, lecet bengkak, ↓sensasi
Posisi baring lama stlh HD dpt
menyebabkan orthostatik hipotensi
Shunt dapat mengalami sumbatan
& dapat dihilangkan dg heparin
Infeksi dpt mempermudah kerusakan
jaringan
|
2
|
Kelebihan volume cairan b.d:
penurunan haluaran urine
diet cairan berlebih
retensi cairan & natrium
|
Keseimbangan volume cairan tercapai setelah dilakukan
HD 4-5 jam dengan kriteria:
BB post HD sesuai dry weight
Udema hilang
Retensi 16-28 x/m
kadar natrium darah 132-145 mEq/l
|
K kaji status
cairan
T timbang bb pre
dan post hd
K keseimbangan
masukan dan haluaran
Turgor kulit dan edema
D sistensi vena
leher
Monitor vital sign
Batasi
masukan cairan
Pada saat priming & wash out hd
Lakukan hd
dengan uf & tmp sesuai dg kenaikan bb interdialisis
Identifikasi
sumber masukan cairan masa interdialisis
Jelaskan pada
keluarga & klien rasional pembatasan cairan
Motivasi
klien untuk ↑ kebersihan mulut
|
P pengkajian merupakan dasar untuk
memperoleh data, pemantauan 7 evaluasi dari intervensi
P pembatasan cairan akan menetukan
dry weight, haluaran urine & respon terhadap terapi.
U F&TMP yang sesuai akan ↓ kelebihan volume cairan
sesuai dg target BB edeal/dry weight
S sumber kelebihan cairan dapat
diketahui
P pemahaman ↑kerjasama klien &
keluarga dalam pembatasan cairan
K kebersihan mulut mengurangi
kekeringan mulut, sehingga ↓ keinginan klien untuk minum
|
3
|
Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan
tubuh b.d:
anoreksia, mual & muntah
pembatasan diet
perubahan membrane mukosa oral
|
Keseimbangan nutrisi tercapai setelah dilakukan HD yang
sdekuat (10-12 jam/mg) selama 3 bulan, diet protein terpenuhi, dengan
kriteria:
Tidak terjadi penambahan atau ↓ BB yang
cepat
turgor kulit normal tanpa udema
kadar albumin plasma
3,5-5,0 gr/dl
konsumsi diet nilai protein tinggi
|
Kaji status
nutrisi:
Perubahan BB
Pengukuran antropometri
Nilai lab. (elektrolit, BUN, kreatinin, kadar albumin,
protein
kaji pola
diet
kaji faktor
yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
kolaborasi
menentukan tindakan HD 4-5 jam 2-3 minggu
kolaborasi
pemberian infus albunin 1 jam terakhir HD
Tingkatkan
masukan protein dengan nilai biologi tinggi: telur, daging, produk susu
Anjurkan
camilan rendah protein, rendah natrium, tinggi kalori diantara waktu makan
Jelaskan rasional
pembatasan diet, hubungan dengan penyakit ginjal dan ↑urea dan kreatinin
Anjurkan
timbang BB tiap hari
Kaji adanya
masukan protein yang tidak adekuat
Edema
Penyembuhan yang lama
Albumin serum turun
|
Sebagai
dasar untuk memantau perubahan & intervensi yang sesuai
Pola diet
dahulu & sekarang berguna untuk menentukan menu
Memberikan
informasi, faktor mana yang bisa dimodifikasi.
Tindakan HD
yang adekuat, ↓ kejadian mual-muntah & anoreksia, sehingga ↑ nafsu makan
Pemberian
albumin lewat infus iv akan ↑ albumin serum
Protein
lengkap akan ↑ keseimbangan nitrogen
Kalori akan ↑
energi, memberikan kesempatan protein untuk pertumbuhan
↑ pemahaman klien sehingga mudah
menerima masukan
untuk menentukan
status cairan & nutrisi
penurunan protein
dapat ↓ albumin, pembentukan udema & perlambatan penyembuhan
|
4
|
Intoleransi aktivitas b.d.:
Keletihan
Anemia
Retensi produk sampah
Prosedur dialisis
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan & HD, klien
mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi, dengan kriteria:
berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan mandiri yang dipilih
berpartisipasi dalam ↑
aktivitas dan latihan
istirahat & aktivitas
seimbang/bergantian
|
Kaji faktor
yang menimbulkan keletihan:
Anemia
Ketidakseimbangan
cairan & elektrolit
Retensi
produk sampah
depresi
Tingkatkan
kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika
keletihan terjadi
Anjurkan
aktivitas alternatif sambil istirahat
Anjurkan
untuk istirahat setelah dialisis
|
Menyediakan
informasi tentang indikasi tingkat keletihan
Meningkatkan aktifitas
ringan/sedang & memperbaiki harga diri
Mendorong
latihan & aktifitas yang dapat ditoleransi & istirahat yang adekuat
Istirahat
yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, karena adanya perubahan
keseimbangan cairan & elektrolit yang cepat pada proses dialisis sangat
melelahkan
|
5
|
Harga diri rendah b.d:
Ketergantungan
Perubahan peran
Perubahan citra tubuh dan fungsi
seksual
|
Memperbaiki konsep diri, dengan criteria:
Pola koping klien dan keluarga
efektif
Klien & keluarga bisa
mengungkapkan perasaan & reaksinya terhadap perubahan hidup yang
diperlukan
|
Kaji
respon & reaksi klien & keluarganya terhadap penyakit &
penanganannya.
Kaji hubungan
klien dan keluarga terdekat
Kaji pola
koping klien & keluarganya
Ciptakan
diskusi yang terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit &
penangannya
Perubahan peran
Perubahan gaya hidup
Perubahan dalam pekerjaan
Perubahan seksual
Ketergantungan dg center dialisis
Gali cara
alternatif untuk ekspresikan seksual lain selain hubungan seks
Diskusikan
peran memberi dan menerima cinta, kehangatan dan kemesraan
|
Menyediakan
data klien & keluarga dalam menghadapi perubahan hidup
Penguatan
& dukungan terhadap klien diidentifikasi
Pola koping
yang efektif dimasa lalu bisa berubah jika menghadapi penyakit &
penanganan yang ditetapkan sekarang
Klien dapat
mengidentifikasi masalah dan langkah-langkah yang harus dihadapi
Bentuk
alternatif aktifitas seksual dapat diterima.
Seksualitas
mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu, tergantung dari maturitasnya.
|
6
|
Resiko infeksi b.d prosedur infasif berulang
|
Pasien tidak mengalami infeskis dg criteria:
Duhu dbn
Al dbn
Tak ada kemerahan sekitar shunt
Area shunt tidak nyeri/bengkak
|
Pertahankan
area steril selama penusukan kateter
Pertahankan
teknik steril selama kontak dg akses vaskuler: penusukan, pelepasan kateter
Monitor
area akses HD terhadap kemerahan, bengkak, nyeri
Beri
pernjelasan pd pasien pentingnya ↑satus gizi
Kolaborasi
pemberian antibiotik
|
Mikroorganisme
dapat dicegah masuk kedalam tubuh saat insersi kateter
Kuman
tidak masuk kedalam area insersi
Inflamasi/infeksi
ditandai dg kemerahan, nyeri, bengkak
Gizi yang
baik ↑daya tahan tubuh
Pasien HD
mengalami sakit khonis, ↓imunitas
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpernito, Linda juall, 1995. Nursing
Care Plans and Documentation : Nursing diagnosis and colaborative problems. Second
Edition J.B. Lippincott Company.
Engram, Barbara. 1998. Rencana asuhan keperawatan medical bedah.
Edisi bahasa Indonesia. Volume satu.
Hudak, Carolyn, 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan
Holistik. Edisi pertama. Jakarta; EGC.
Hamilton, D. 1984. Kidney Transplantation in P. J. Morris (Ed). Kidney Transplantation
: Principles and Practice. New York : Grune & Stratton.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner
Suddarth. Edisi delapan. Volume dua. Jakarta. EGC.
Barbara,
CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu
Pendekatan proses keperawatan), Bandung.
Brunner
& Suddarth, 2002, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli,
Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito,
L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi
pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E.,
Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana
Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan
Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
McCloskey&Bulechek,
1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year
book.Inc,Newyork
NANDA,
2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,
Philadelphia, USA
University
IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA
Puji
Rahardjo, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilit II, Edisi
III, BP FKUI Jakarta.
Hundak, Gallo, 1996, Keperawatan Kritis: Pendekatan
Holistik, Volume II, Jakarta, EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar