Informasi By : http://sixxmee.blogspot.com/
A. HERPES SIMPLEK
1. Definisi
Herpes Simplek adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh virus herpes simplek
tife I atau tife II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok
di atas kulit yang sembab dan eritemetosa pada daerah dekat mukokutan,
sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.
2. Epidemiologi
Penyakit
ini tersebar kosmopolitan dan menyerang baik pria maupun wanita dengan
frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh virus herpes simplek tife I
biasanya dimulai pada usia anak – anak, sedangkan infeksi infeksi verpes
simplek tife II biasamnya terjadi pada decade II dan III, dan berhubungan
dengan peningkatan aktivitas seksual.
3. Etiologi
Verpes simpleks tife I dan II merupakan virus herpes hominis
yang merupakan virus DNA. Pembagian tife I dan II berdasarkan karekkteristik
pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis .
4. Gejala Klinis
Infeksi ini berlangsung dalam 3 tingkat
yaitu :
·
Infeksi primer
Tempat
predileksi VHS tife I didaerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan
hidung, biasanya dimulai pada usia anak – anak. Inokulasi dapat terjadi secara
kebetulan misalnya kontak langsung dengan kulit . Infeksi primer oleh VHS tife
II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah terutama di daerah
genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus .
Infeksi
primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira – kira 3 minggu dan sering
disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese dan anoreksia, dan dapat
ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional .
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok diatas
kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi
seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang – kadang mengalami ulserasi yang
dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatric. Pada perabaan tidak terdapat indurasi.
Kadang – kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberikan gambaran yang
tidak jelas. Umumnya didapati pada orang yang kekurangan antibody VHS. Pada
wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80 % infeksi VHS pada genetalia
eksterna disertai infeksi serviks
·
Fase Laten
Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi
VHS ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis
·
Infeksi rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak
aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu ini dapat berupa trauma fisik ( demam, infrksi, kurang tidur,
hubungan seksual, dll ), trauma psikis
( ganguan emosional, menstruasi dan dapat pula timbul akibat jenis
makanan dan minuman yang merangsang .
Gejala klinis yang timbul lebih ringan daripada infeksi primer dan
berlangsung kira – kira 7 – 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal local
sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens
ini dapat timbul pada tempat yang sama
( loco ) atau tempat lain / disekitarnya ( non loco )
5.
Pemeriksaan Diagnostik
·
Biopsy kulit dari vesikel karena virus yang khas
akan menunjukkan : lesi inta epidermal atau di dermis tengah sampai atas,
degerasi hidropik dari sel – sel
raksasa karena virus besra dan berinti
banyak
·
Suatu preparat apus sitologi dari vesikula,
tujuannya mencari sel – sel raksasa
·
Virus bisa dibiakkan dengan mudah dan cepat dari
cairan vesikula ( 48 jam )
·
Titer antibody pe ntral akan meningkat sesuadah
minggu pertama dari infeksi primer dan mencapai puncak dalam 2 – 3 minggu
6. Penatalaksanaan
- Tindakan pencegahan
Pengunaan
vaksinasi cacar ternyata belum terbukti dapat Herpes simpleks yang kumat –
kumatan. Langkah – langkah khusus dapat diambil untuk melawan factor perangsang
diantaranya menghindari paparan sinar matahari yang terlalu lama, menghindari
trauma dan mengkonsumsi makanan yang mempunyai gizi tinggi guna meningkatkan
daya tahan tubuh .
·
Terapi aktif
Infeksi primer
a. Analgetik,
jika salisilat tidak cukup kuat mungkin perlu opiat untuk 7 – 10 hari pertama
b. Kumur
pembersih mulut
c. Vulvovaginitis
dan lesi genital bisa diatasi dengan berendam air hangat dengan menggunakan
atau tanpa menggunakan Aveeno ( R ) colloidal oatmeal
d. Cairan
intravenous dan antibiotik topical bila diperlukan
·
Infeksi yang kumat – kumatan
a. Obat
– obat pengering dan pereda sakit local ( 70 % alcohol, 10 % aluminium acetate,
blistex ( R ) )
b. Antibiotik
topical dioles pada lesi – lesi yang sedang sembuh akan mencegah super infeksi
bakteri
c. Beberapa
beranggapan bahwa fluorinated steroid yang keras akan mengurangi derajat
keparahan
7. Prognosis
Selama
pencegahan rekurens masih merupakan problem, hal tersebut secara psikologik
akan memberatkan penderita. Pengobatan secara dini dan tepat memberikan
prognasis yang lebih baik , yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan
rekurens lebih jarang
Pada
orang dengan gangguan imunitas, misalnya pada penyakit – penyakit dengan tumor
di sitem retikuloendotelial, pengobatan dengan immunosupresan atau fisik yang
sangat lemah menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat – alat dalam dan
dapat berakibat fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya
usia seperti pada orang dewasa
B. HERPES ZOSTER
1. Definisi
Herpes
Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus visela – zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktifasi virus yang terjadi
setelah infeksi primer
2.
Epidemiologi
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini seperti yang diterangkan
dalam definisi merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita
mendapat varisela. Kadang – kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi
ada penderita yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari
pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.
3. Patogenesis
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion
kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkatdengan
daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang – kadang virus ini juga menyerang
ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala – gejala
gangguan motorik.
4. Gejala
Klinis
Daerah
yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah – daerah lain
tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedang mengenai
umur lebih sering pada orang dewasa.
Sebelum timbul gejala kulit terdapat gejala prodromal baik sistemik (
demam, pusing, malaise ), maupun gejala prodromal local ( nyeri otot- tulang,
gatal, pegal dan sebagainya ). Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu
singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa
dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh ( berwarna abu – abu ),
dapat menjadi pustula dan krusta. Kadang – kadang vesikel mengandung dasrah dan
disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder
sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.
Masa tunasnya 7 – 12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi – lesi
baru yang tetap timbul berlangsung kira – kira seminggu, sedangkan masa
resolusi berlangsung kira – kira 1 – 2 minggu. Disamping gejala kulit dapat
juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional.
Lokalisasi penyakit adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang terjadi kelainan
motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena
strukturganglion kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah
yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka seringdisebabkan oleh
karena gangguan pada nervus trigeminus ( dengan ganglion gaseri ) atau nervus
fasialis dan oftikus ( dari ganglion genitalium )
Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus
trigeminus, sehingga menimbulkan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan
ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya. Sindrom Ramsay
Hunt disebabkan oleh gangguan nervus fasialis dan optikus, sehingga memberikan
gejala paralysis otot muka( paralysis bell ), kelainan kulit yang sesuai dengan
tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan
pengecapan.herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu
yang singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritema.
Pada herpes zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental
ditambah kelainan kulit yang yang menyebar secara generalisata berupa vesikel
yang solitar dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau
pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma
malignum.
Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat
berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun- tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam
kehidupan sehari – hari. Kecendrungan ini dijumpai pada orang yang mendapat
herpes zoster di atas usia 40 tahun.
5. Komplikasi
Neuralgia pascaherpetik dapat timbul diatas 40 tahun, presentasenya 10 –
15 %. Makin tua penderita makin tinggi presentasenya.
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya pada
penderita yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan atau
berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan
jaringan nekrotik.
Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi,
diantaranya ptosis paralitik, skleritis, uveitis dan korioretenitis.
Paralysis motorik terdapat pada 1 – 5 % kasus, yang terjadi akibat
penjalaran virus secara perlahan.dari ganglion sensorik ke system saraf yang
berdekatan. Paralysis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya
lesi. Berbagai paralysis dapat terjadi, misalnya dimuka, diafragma, batang
tubuh, ekstrimitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.
Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam, misalnya paru, hepar dan otak
6. Pembantu
Diagnosis
Pada pemeriksaan percobaan Tzanck dapat ditemukan
sel datia
berinti banyak.
7. Diagnosis
Banding
·
Herpes simpleks
·
Pada nyeri yang merupakan gejala prodromal local
sering salah diagnosis dengan penyakit reumatik maupun dengan angina pectoris,
jika terdapat setinggi jantung.
8. Pengobatan
Teraphi sistemik umumnya
bersifat simptomayik, untuk nyerinya diberikan analgetik. Jika disertai infeksi
sekunder diberikan antibiotik.
Indikasi
pemberian obat antiviral adalah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan
defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa digunakan adalah
asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Sebaiknya diberikan dalam 3
hari pertam sejak lesi muncul.
Dosis asiklovir yang dianjurkan adalah 5 x 800 mg sehari dan biasanya
diberikan 7 hari, sedangkan
valasiklovir cukup 3 x 1000 mg sehari karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru
masih tetap timbul obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah
2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.
Isoprinosin sebagai imunostilator tidak berguna karena awitan kerjanya
baru setelah 2 – 8 minggu , sedangkan masa aktif penyakit kira – kira hanya
seminggu.
Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk sindrom Ramsay
Hunt.pemberian harus sedini mungkun untuk mencegah terjadinya paralysis. Yang
biasa diberikan adalah prednison dengan dosis 3 x 20 mg sehari, setelah
seminggu dosis diturunkan secara bertahap.
Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga
lebih baik digabung dengan obat
antiviral. Dikatakan kegunaannya untuk mencegah vibrosis ganglion.
Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium
vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel
agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka.
Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
9. Prognosis
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada
tindakan perawatan secara dini.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Apakah ada
rasa gatal, nyeri pada kulit
b. Apakah
kulit terasa panas seperti terbakar
c. Apakah
terjadi demam, malese, anoreksia
d Apakah
ada perubahan warna kulit pada lesi
e. Apakah
menyertai kekurangan gizi / penurunan daya tahan tubuh
f. Apakah
pernah mempunyai riwayat penyakit kulit yang sama sebelumnya
2. Pemeriksaan
Fisik
a. Pembengkakan
kelenjar getah bening
b. Integritas
kulit ; vesikel berkelompok sembab, eritematosa, krustosa
c. Warna
kulit ; adakah perubahan warna kulit
d. Lokasi
lesi ; didaerah oral.genital, daerah torakal, daerah saraf tepi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pada fase
infeksi primer
a. Perubahan
kenyamanan ; nyeri,gatal
Berhubungan dengan ;
·
Infeksi virus
·
Erupsi dermal
Ditandai dengan ;
·
Klien mengeluh gatal pada daerah yang terkena
infeksi
·
Klien mengeluh nyeri pada daerah lesi
·
Skala nyeri pada angka ….. (skala 1 – 10 )
·
Klien tanpa menggaruk daerah yang terinfeksi
b. Kerusakan
integritas kulit
Berhubungan
dengan ;
·
Lesi
·
Krusta pada kulit,pruritus
Ditandai dengan ;
·
Tampak kulit tidak utuh
·
Tampak lesi pada kulit yang terinfeksi virus
c. Perubahan
suhu tubuh
Berhubungan
dengan ;
·
Infeksi virus
Ditandai dengan ;
·
Klien demam
·
Klien tampak menggil
·
Suhu tubuh meningkat ( lebih dari 37 o C
)
d. Resiko ter
hadap kerusakan interaksi social
Berhubungan
dengan ;
·
Ketakutan akan keadaan yang memalukan
·
Reaksi yang negatif dari orang lain
Ditandai dengan
·
Klien malu untuk bergaul
·
Klien merasa rendah diri
e. Resiko
terhadap penularan infeksi
Berhubungan
dengan ;
·
Sifat menular dari organisme
·
Kontak langsung dengan klien
·
Kurangnya pengetahuan
2. Fase
infeksi Rekurens
a. Gangguan
rasa nyaman ; nyeri, gatal
b. Gangguan
kerusakan integritas kulit
c. Resiko
terhadap penularan
e. Kerusakan
interaksi sosial
C. PERENCANAAN
1. Diagnosa
keperawatan 1
Tujuan
:
Perubahan
kenyamanan teratasi dengan criteria :
·
Rasa gatal hilang
·
Rasa nyeri berkurang samapi dengan hilang
·
skala nyeri pada angka nol
·
tidak tampak menggaruk lagi
Rencana :
NO
|
RENCANA
|
RASIONAL
|
1
2.
3.
4.
5.
|
Observasi
lokasi dan intensitas nyeri, gatal
Anjurkan
klien klien untuk tidak menggaruk terlalu keras
Ajarkan
dan anjurkan klien melakukan tehnik relaksasi dan distraksi
Anjurkan
mengganti pakaian dalam sesering mungkin
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian :
-
kumur pembersih mulut
-
obat rendam
-
analgetik
|
Mengetahui
lokasi dan intesitas nyeri sehingga dapat merencanakan tindakan selanjutnya
Menghindari
terjadinya lesi yang terlalu dalam
Dapat
menyebabkan otot – otot menjadi relaksasi dan mengurangi rangsangan
/ hantaran
nyeri,gatal
Dapat
menghindari berkembangnya bakteri/virus yang dapat memperberak keadaan klien
Dapat
mengurangi / menghilangkan keluhan
nyeri
|
2. Diagnosa
Keperawatan II
Tujuan
:
Ganguan
integritas kulit tidak terjadi dengan criteria :
·
tidak lesi pada kulit
·
kulit tampak utuh
Rencana ;
NO
|
RENCANA
|
RASIONAL
|
1.
2.
3.
4.
|
Anjurkan
klien meningkatkan personal hygiene kulit dengan mandi 3x sehari secara
teratur dengan air bersih
Anjurkan
memperbaiki status gizi
Anjurkan
untuk selalu memakai onat kumur / obat rendam yang seseuai dengan infeksi
yang diderita
Ajarkan
cara oral hygiene dan vulva hygiene sesuai prosedur
|
Mencegah
penyebaran virus serta mencegah terjadinya infek sekunder
Status
gizi yang baik mencegah terjadinya infeksi semakin berat
Mencegah
lesi menyebar luas dan semakin dalam
Mencegah
infeksi menyebar
|
3. Diagnosa
keperawatan III
Tujuan
;
Kerusakan
interaksi sosial dapat dihindari dengan criteria ;
·
klien dapat menerima keadaannya
·
klien tidak malu untuk bergaul
·
klien tidak merasa rendah diri
Rencana ;
NO
|
RENCANA
|
RASIONAL
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kaji
mekanisme koping klien
Bina
hubungan saling percaya dengan klien
Beri
kesempatan klien untuk mengunkapkan perasaannya
Berikan
motivasi pada klien bahwa masalah kulit yang diderita akan dapat diatasi
dengan kesadaran klien untuk berobat
Berikan
alternatif pemecahan masalah
|
Mengetahui
koping yang dipergunakan klien dalam menghadapi masalahnya sehingga dapat
menentukan tindakan yang akan diberikan
Kepercayaan
akan dapat menyebabkan klien kooperatif atas tindakan yang dilakukan
Menunjukkan
penerimaan dan memudahkan untuk belajar dan untuk mengetahui keadaan
psikologi sklien
Meningkatkan
kepercayaan diri klien dan merangsang klien untuk menuntaskan pengobatan yang
harus dilakukan
Memudahkan
klien untuk beradaptasi terhadap keadaan yang dialaminya saat ini
|
4. Diagnosa
keperawatan IV
Tujuan
:
Resiko
penularan tidak terjadi / dapat dihindari
Rencana
:
NO
|
RENCANA
|
RASIONALISASI
|
1.
2.
3.
4.
|
Identifikasi
factor – factor predisposisi terjadinya penularan
Anjurkan
klien menjaga kebersihan diri ( kulit terutama daerah oral dan vulva,pakaian
, lingkungan )
Anjurkan
klien untuk melakukan pengobatan dan perawatan penyakitnya secara teratur dan
sampai tuntas
Anjurkan
klien untuk menghindari kontak langsung dengan orang lain terutama hubungan
seksual
|
Agar
mengetahui factor predisfosis terjadinya penyakit sehingga dapat untuk
dihindari
Dengan
menjaga kebersihan diri dapat mencegah berkembangbiakan virus
Pengobatan
yang teratur dan tuntas dapat mencegah kekambuhan, selain itu untuk
mempercepat penyembuhan
Mencegah
terjadinya penularan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar